Setelah puas berpelukan melepas rindu masing- masing, Aisyah menceritakan kelus kesahnya kepada Fatimah, ibu panti yang setia merawatnya dengan penuh kasih sayang. Wanita yang sudah berumur itu dengan sabar merawat semua anak yati piatu terlebih lagi Aisyah, dia menganggapnya seperti anaknya sendiri.
Albar di titipkan kepada seorang wanita yang turut andil menjaga anak-anak di panti ini.
Aisyah menceritakan bagaimana dia di perlakukan oleh mertuanya semasa baru saja menikah hinggalah sekarang, cacian, ketidakpeduliannya kepada Albar serta sikap mertuanya yang sering membandingkannya dengan wanita lain.
"Sabar ya, sayang! Semua itu pasti ada hikmahnya, yang penting kamu dan suami kamu saling menguatkan antara satu sama lain, biar apa pun badai menerjang pernikahan kalian, jika kalian saling berinteraksi positif maka baik la jadi nya". Ucap Fatimah menguatkan.
Aisyah tertunduk lesu, ini yang menyebabkan dia lemah dan tidak berdaya sekarang. Lelaki yang selama ini menjadi penopang semangatnya, jelas telah mendua di hadapannya.
"Suamiku selingkuh dengan mantan kekasihnya ummi, wanita yang selama ini menjadi menantu idaman mertuaku, pelakor pilihan mertuaku dengan senang merebut kembali suamiku". Lirih Aisyah sedih.
Fatimah tercengang, dia dapat mengerti pokok permasalahan Aisyah hingga wajah perempuan itu kusut seperti itu. Dia turut merasa kan betapa perihnya hari Aisyah ketika ini. Fatimah kembali memeluk Aisyah menyalurkan kekuatan.
"Terus kamu mau apa sekarang, sayang? Apa kamu sanggup terus mempertahankan pernikahanmu itu? Jika kamu sanggup, maka pertahankan suamimu, temui wanita itu untuk pergi menjauh dari suamimu!". Saran Fatimah, tapi mendapat gelengan kepala dari Aisyah.
"Tidak Ummi! Tertangkap jelas di mataku niat sebenar Rehan, dia terlihat begitu ingin menikahi mantannya itu, bahkan sempat mengenalkannya padaku semalam, mereka beranggapan aku tidak sakit dan berbuat sesuka hari mereka tanpa mempedulikan perasaan aku".
"Apa lagi mertuaku itu terlihat sangat bahagia dengan kedatangan calon menantu idamannya, aku menjadi istri yang tidak berhak melarang suamiku mencintai wanita lain, dia masih belum move on dari wanita itu, Ummi" Lirih Aisyah dengan suarak serak menahan perih di dadanya.
"Terus apa rencana kamu kedepannya? Jika kamu berpisah dengan Rehan, bagaimana nasip anak kamu? Bercerai itu tidak seindah yang kamu bayangkan, Syah". Fatimah mengingatkan Aisyah. Walau bagaimanapun dia pernah melalui masa terpuruk setelah bercerai dengan suaminya.
Fatimah kembali teringat masa- masa pahit dulu ketika dia tidak memiliki uang sedikit pun lantaran menuntut cerai suaminya tanpa persiapan sedikit pun untuk melawat di pengadilan.
Tapi dia bernasip baik karena masih memiliki yayasan rumah sakit tempatnya bernaung, suka dukanya dia tetap bertahan demi yayasan ini.
Aisyah tertunduk, dia juga tidak tahu harus berbuat apa sekarang, dia juga takut mengambil keputusan terburu- buru. Dia juga melihat perjuangan Fatimah ketika beru bercerai dengan suaminya dulu sewaktu dia masih kecil, yayasan juga sedang krisis ekonomi waktu itu. Bertambah beban di hati Fatimah tapi wanita itu kuat demi dirinya dan anak panti yang lain.
"Begini saja! Kita akan menyewa pengacara terbaik di kota ini, kamu tenang aja, wanita tidak perlua terus mengalah jika terus di sakiti tanpa ada yang mau menghargai kehadiran kita". Fatimah berusaha memberi solusi agar Aisyah tetap bahagia meski harus berpisah dengan lelaki yang selama ini menopang dirinya.
Aisyah mendongak menatap Fatimah, secercah semangat kembali masuk setelah mendengar saran Fatimah barusan.
"Bila kita akan bertemu dengan pengacara itu ummi?".
"Kamu tenang aja dulu, Ummi akan menghubungi sahabat Ummi yang pernah memakai jasa penguam itu, katanya penguam itu dengan mudah mengalahkan mantan suaminya dulu semasa di persidangan, mendapatkan hak asuh semua anaknya serta harta gono gini yang banyak".
"Iya ummi, saya tunggu kabar dari ummi aja". Wajah Aisyah sembringan, semangatnya kembali berkobar setelah mendapat solusi yang dapat membantunya lepas dari jeratan pernikahannya yang dapat menguntungkannya juga.
"Sekarang kita keluar, yuk! Ada tamu yang akan datang berkunjung ke sini". Fatimah menarik tangan Aisyah antusias keluar dari ruangannya.
Aisyah tercengang melihat ruangan yang sudah di hias dengan rapih dengan banyak balon dan bunga kertas buatan tangan. Aisyah terlihat takjup dengan pemandangan yang dia lihat sepanjang lorong pintu masuk yayasan.
"Kenapa tadi waktu aku melewati lorong ini, tidak terhias seperti ini Ummi? Apa baru aja hiasannya di pasang?". Tanya Aisyah bingung.
"Tidak kok! Hiasan ini udah dari semalam siap, kami seluruh ahli keluarga di yayasan ini begitu antusias menyambut tamu kita ini, sehingga kami tidak tidur dua malam menghias lorong ini dengan begitu indah seperti sekarang!". Imbuh Fatimah, wajahnya terlihat berseri- seri menunggu kedatangan tamu terhormat itu.
"Siapa sih, ummi? Jangan buat aku penasaran deh, pasti gebetan ummi, yah?". Goda Aisyah. Dia lupa sejenak dengan masalahnya melihat wajah Fatimah seolah sedang kasmaran.
"Wish, ada- ada aja kamu itu lah! Siapa juga yang ingin dengan wanita tua seperti ummi ini, sayang? Dia itu adalah donatur yang paling banyak menyumbang ke dalam yayasan panti asuhan ini, dia itu anak dari pemilik perusahaan yang sangat besar dan terkenal, apa nama perusahaannya, ummi lupa. . .dia tu pria yang berkarisma, sangat baik, dermawan, penyayang . ..."
"Aduh sempurna sekali pria itu yah, Ummi". Sindir Aisyah. Membuat Fatimah terdiam.
Sebuah mobil Pajero sport berhenti di depan gerbang yayasan.
Semua berlarian keluar untuk menyambut pengemudi mobil itu. Aisyah turut mengikuti langkah mereka, dia melihat Albar sedang di gendong oleh bu Yanti di depan turut menyambut pria itu. Aisyah menghampirinya ingin mengambil Albar dari bu Yanti.
Setelah mendapatkan Albar, Aisyah mencoba menerobos keluar dari kerumunan anak- anak panti yang antusias menyambut tamu terhormat. Dengan tidak sengaja, Aisyah di dorong hingga hampir terjatuh.
Aisyah menutup matanya dan memeluk Albar erat dipekukannya. Aisyah merasa lega menyadari ada sepasang tangan yang berhasil menyambutnya agar tidak terjatuh ke tanah.
Aisyah membuka perlahan matanya dan melihat siapa yang berhasil menyambutnya. Betapa terkejutnya dia melihat wajah pria tampan sangat dekat dengan wajahnya, hanya berjarak satu senti saja dari wajahnya.
Waktu seakan terhenti, jantung Aisyah berdetak cepat, hawa panas menjalar ke seluruh tubuhnya. Dengan cepat Aisyah tersadar dan mencoba menyeimbangkan tubuhnya, dia menghindar dari lelaki itu tanpa mengucapkan terima kasih terlebih dahulu.
Mereka menggeleng- gelengan kepala melihat Aisyah yang seolah malu- malu setelah di tolong tadi. Ada juga yang tertawa melihat Aisyah salah tingkah. Pria yang menolongnya hanya tersenyum hangat kepada mereka semua, tidak memperdulikan kepergian Aisyah.
Seluruh ahli keluarga yayasan panti asuhan mengiring langkah tamu mereka memasuki ruangan khusus untuk menjamu tamu terhormat mereka itu. Sesampai di dalam, mereka bercanda tawa, bernyanyi, berpuisi, menyampaikan dongeng bahkan meminta tamu merek untuk menyumbangkan sebuah lagu.
Aisyah sedari tadi hanya menguping di balik pintu, dirinya begitu segan turut serta dalam penyambutan hangat itu, dirinya seakan tidak pantas aja, tapi jiwa kepo nya meronta terus memangilnya untuk memerhatikan seperti apa sosok istimewa dalam acara itu.
Sebelum maju ke depan menuruti keinginan semua yang memintanya menyumbangkan lagu, pria itu menoleh ke arah Aisyah terlebih dahulu, menatapnya dengan kekaguman dan perasaan yang tidak dapat dia tafsir dengan kata- kata.
Aisyah gelagapan karena ketahuan sedang memperhatikan pria tampan itu, dia menghindar dan bersembunyi di balik dinding. Dia begitu malu dan perasaanya tidak karuan. Dia bingung mengapa dengan dirinya sekarang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 297 Episodes
Comments
Juragan Jengqol
calon ayah sambungnya albar?
2023-05-26
0
Wiwin Anwar
semangat Aisyah
2022-10-20
0