Rehan dengan cepat melepas tangan Desi, dia melihat mata Aisyah yang sedang menatapnya dengan tatapan tajam.
Desi melipat tangan kesal mendapati Rehan masih menjaga perasaan istrinya.
Melihat suaminya salah tingkah, Aisyah memaksakan bibirnya tersenyum lalu menghampiri pasangan selingkuh itu. "Kok tangannya di lepas, mas? Lihat tuh wajahnya udah betek begitu, genggam lagi gih tangannya!". Bisik Aisyah di telinga Rehan.
Rehan tersenyum mendengar Aisyah memintanya agar menjaga perasaan Desi, itu bukti bahan istrinya itu benar- benar mengizinkannya untuk menjalin hubungan bersama Desi. Bukannya mengambil kembali tangan Desi, Rehan malah memeluk Aisyah hangat.
"Mas! Hampir tumpah makanannya!". Aisyah kaget dan hampir menjatuhkan makanan yang dia pegang, kemudian dia melihat wajah Desi yang tidak terima kalau Kekasihnya memeluk wanita lain tepat di depan matanya, walaupun itu istrinya sendiri.
"Kamu kenapa sih, mas? Kayak nggak pernah peluk aku aja, kan mas selalu peluk aku di kamar m, tidak perlu di umbar kek gini kemesraannya, nanti Desi cemburu loh!". Aisyah berucap dengan nada manja supaya Desi semakin terbakar api cemburu.
Desi menghentakkan kakinya keluar menuju ruang makan dengan perasaan gerah melihat kekasihnya memeluk istrinya tepat di hadapan nya.
"Emang enak! Rasain itu! Kamu ingin membuat aku cemburu kan, lihat siapa yang cemburu sekarang? Aku tidak peduli tuh, kamu mau gandengan tangan atau pelukan sampai jungkir balik dengan mas Rehan pun, aku tidak peduli!". Batin Aisyah puas melihat ekspresi cemburu Desi.
Rehan melepas pelukannya lalu menggenggam satu tangan Aisyah lembut. "Terima kasih ya, sayang. Kamu istri yang begitu baik untuk aku, terima kasih karena kamu tidak keberatan jika aku menjalin hubungan dengan wanita lain, aku pasti akan selalu adil dalam memperlakukan kalian berdua". Rehan menatap tepat ke mata Aisyah dan berucap tulus dari hati.
Aisyah memutar bula matanya tidak ingin menatap Rehan, dia jengkel di tatap seperti itu oleh lelaki yang sudah mengkhianatinya terang- terangan.
"Kamu apa- apaan sih, mas? Aku risih tau di tatap seperti itu. Keluar sana bawa piring ini! Aku akan membawa yang lain nya keluar nanti". Bohong Aisyah. Dia tidak ingin berlama- lama dalam situasi seperti ini, hatinya sudah mulai tidak suka menatap wajah Rehan yang mengibah.
Rehan keluar dengan membawa piring yang di sodorkan kepadanya, sedangkan Aisyah menuju wastafel membasuh mukanya untuk menetralkan kembali perasaanya, dia tahu lepas ini pasti akan ada drama yang akan membuatnya emosi.
Setelah merasa dia kuat untuk menahan emosinya, dia mendekati tiga manusia yang sedang asik bercengkrama di ruang makan. Wajah mereka bertiga begitu bahagia hingga Aisyah menghampiri mereka tapi tetap tidak mengindahkan kedatangannya.
"Ibu tahu, aku sekarang sudah berkerja di kantor mas Rehan, aku bahagia banget bisa selalu dekat dengan mas Rehan! Mas Rehan pun semangat kerjanya jika ada aku, iya kan mas?". Tanya Desi sambil menggenggam tangan Rehan meminta persetujuan dari ucapannya barusan.
Rehan hanya tersenyum menanggapi celoteh Desi yang sedang mengobrol akrap dengan Ibunya, dia turut bahagia melihat senyuman terukir di sudut bibir dua wanita beda generasi itu. Dia tidak terlalu ingin serius menanggapi Desi karena kini disampingnya juga ada Aisyah yang perlu dia jaga hatinya.
"Bagus lah kalau begitu, perasaan kalian bisa di pupuk kembali seperti dulu, ibu senang jika kalian kembali menjalin hubungan, jika perlu sering- sering lah menginap di sini, ibu pasti akan datang temani kamu juga di sini, ibu bahagia bila sering mengobrol sama kamu, Mulan!". Wahida girang dan memeluk Desi hangat.
"Iya ibu, Aku pasti akan sering datang ke sini, kok! Tapi yang aku khawatir akan ada yang marah jika aku datang menginap di sini ibu". Desi melirik Aisyah yang asik menikmati sarapannya.
"Kamu jangan khawatir! Tak kan ada yang melarang kamu datang dan menginap di sini, ini rumah anak ibu, jadi tiada yang berhak mengatur selain ibu di sini. Rehan saja tidak akan membantah apa yang ibu ingin kan, apa lagi orang yang hanya menumpang hidup di sini". Wahida juga melirik Aisyah, dia sengaja memancing emosi wanita itu.
Tapi Aisyah tidak terusik dan tetap menikmati sarapannya, sesekali tertawa mendengar ocehan nggak jelas mereka.
"Ada yah ibu yang berhak mengatur rumah anaknya yang sudah berumah tangga? Malah menganggap istri anaknya hanya menumpuk hidup di rumah suami sendiri, itu kan tanggung jawabnya sebagai suami, dasar mertua otak cetek!". Gumam Aisyah membatin mendengar ucapan mertuanya.
"Bila kalian akan menikah?". Setelah lama terdiam, akhirnya Aisyah melontarkan pertanyaan keramat.
Rehan tersedak oleh pertanyaan Aisyah, Desi dengan sigap mengambil kan air minum untuknya. Aisyah hanya menatap mereka jijik.
"Kenapa mas terkejut? Pertanyaan aku memang betul kan, takkan mas hanya ingin menjadikan Desi sebagai simpanan aja? kan kasihan, wanita secantik Desi hanya berstatus simpanan kamu mas". Sindir Aisyah mendapat tatapan tajam dari dua wanita di depannya.
Aisyah lalu berdiri dan meninggal mereka bertiga karena sudah berhasil membuat hati mereka terusik, memilih makan di kamar Albar sambil memberikan susu untuk anaknya lebih bermanfaat saat ini daripada melihat mertuanya yang sengaja memancing emosi.
"Iya, mas! Bila kamu akan menikahi aku? Aku tidak mau hanya menjadi simpanan kamu seperti ucapan istri kamu tadi". Ucap Desi ngambek pada Rehan.
"Kamu jangan mendengarkan ucapan wanita rubah tadi, sayang! Dia itu jelas lihat kalian berhubungan, anak ibu pasti akan menikahi kamu secepatnya, yah!". Bujuk Wahida pada calon menantu idamannya.
Rehan terdiam memikirkan apa yang di ucapkan Aisyah tadi, dia memang ingin menikahi Desi, tapi di kantor sekarang sedang banyak kerjaan, dia takut tidak bisa mengatur masa untuk menyiapkan pesta pernikahannya bersama Desi. Dia akhirnya memikirkan cara agar Desi merasa tidak hanya permainkan.
"Kamu kan tahu sekarang di kantor sedang banyak sekali pekerjaan, sayang! Kamu mau kita melangsung kan pernikahan secara mendadak tanpa persiapan yang matang dulu, nanti apa yang akan teman- teman kamu katakan, mantan suami kamu juga pasti akan mentertawakan kamu!". Bujuk Rehan dengan rayuan mautnya.
Desi berpikir sejenak, pikirnya apa yang di katakan oleh Rehan ada benarnya juga, gengsi lah jika dia menikah tapi kalah mewah dari pernikahannya yang pertama, pasti mantan suaminya akan menertawakan nya.
"Betul apa yang di katakan Rehan, sayang! Kamu sabar aja dulu yah, jika kamu sedang ingin berduaan dengan Rehan sekarang kan juga bisa, anggap saja kalian sudah menikah". Bujuk Wahida memberi lampu hijau agar mereka berbuat dosa.
"Tapi janji ya, mas! Kamu akan menikahi aku secepatnya, kita atur wedding kita perlahan bersama yah!". Desi mulai melunak dan tidak memaksa lagi untuk di nikahi.
"Iya sayang".
Akhirnya mereka menghabis kan sarapan mereka lalu berangkat ke kantor barengan menaiki mobil Rehan, Desi berniat menginap di sini malam ini okeh sebab itu dia meninggalkan mobilnya di sini.
Wahida melepas kepergian mereka dengan perasaan bahagia, dia turut bahagia melihat anaknya lebih semangat dari sebelum bertemu Desi.
**
Malamnya di rumah megah keluarga Purbalingga Jayangkara, sedang melangsungkan makan malam bersama dengan bakal besan mereka yang tak lain adalah sahabat dan sekaligus rekan bisnis mereka.
Di meja, terhidang makanan mewah hasil tangan chef profesional kelas atas yang di pekerjakan khusus memasak di dapur rumah megah milik keluarga ini.
"Jadi hubungan kalian sudah sampai kemana? Apa kalian siap jika kalian di nikahkan tahun ini juga?".
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 297 Episodes
Comments