Berminggu – minggu berlalu. Lira mulai terbiasa mengerjakan semua pekerjaannya di sini tanpa Luna ketahui, apalagi dengan bekerja dari jauh, dia jauh lebih berkonsentrasi dan memberikan kontribusi yang besar untuk perkembangan kasus ini. Apalagi Lira berhasil menemukan beberapa pelaku lain dan bahkan sudah bisa memprediksi dimana markas utama musuh – musuh Radith ini.
"Ra, Lo kok sibuk banget sih Ra? Gue yang kerja aja gak sesibuk itu loh. Kali – kali kek Lo gak mainan laptop. Emang apa sih kerjaan Lo? Kenapa Gue gak boleh tahu coba?" tanya Luna yang berusaha mengintip, namun Lira langsung menutup laptopnya dan membawa laptop itu ke dalam kamarnya. Jika sudah begini, memang dia lebih baik tak melanjutkan pekerjaannya.
"Tunangan Lo yang waktu itu datang ke sini udah gak ke sini lagi? Dia gak mau gangguin Lo lagi?" tanya Lira yang langsung mengalihkan pembicaraan. Benar saja, Luna menggelengkan kepalanya dan langsung lupa dengan pertanyaannya mengenai pekerjaan Lira. Semudah itu pikirannya dialihkan. Padahal dia sudah dewasa.
"Gue udah damai sama dia, tapi kalau buat jadi pacar lagi, Gue yang gak bisa, Gue juga gak mau dalam waktu dekat ini. toh kami masih bisa berteman, yah walau gak bisa komunikasi sama dia, setidaknya Gue gak akan dendam sama dia kan?" tanya Luna yang membuat Lira tersenyum.
"Ya udah, berhenti aja bahas yang beginian. Mending kita bahas aja Lo udah beneran mau kerja jadi model sama Leo Leo itu? Lo yakin Lo bisa percaya sama dia? Kalau dia ternyata orang jahat dan dia Cuma manfaatin Lo gimana? Lo gak boleh terlalu naif gitu sih," ujar Lira yang memperingati Luna, namun Luna tampaknya tak mendengarkan ocehan itu dengan serius.
"Udah lah, kita coba dulu. Kan Gue gak kemana – mana dan Gue punya Lo yang jagain Gue kemanapun kan? Lagipula nih ya, di sekitar kita itu banyak banget pengawal, Gue pasti aman pokoknya kalau sama mereka." Lira langsung menyerah dan membiarkan saja apa yang terjadi pada Luna nantinya.
"Ah iya, kalau emang Lo mau kerja sama dia, Gue kasih tahu ke Lo. Kerja itu berat dan Lo gak bsia seenaknya sendiri. Pokoknya Lo harus lebih disiplin dan hati – hati, jadi gak akan merugikan banyak pihak," ujar Lira yang membuat Luna membungkam mulutnya.
"Iya – iya, Gue tahu. Gue tahu semua hal itu. makasih udah mau ingatkan Gue, nanti kalau Gue butuh bantuan, Gue pasti kabarin ke Lo dan Gue pasti minta bantuan Lo, Oke? Sip sayang," ujar Luna yang membuat Lira menghela napasnya. Lira benar – benar menyerah kali ini.
*
*
*
Beberapa bulan berlalu. Lira bisa melihat hubungan Luna dan Leo makin dekat, mereka bahkan sudah berlibur tanpa Lira ke suatu tempat. Lira cukup lega karna Luna tak harus kembali pada tunangannya yang jahat itu, dan Luna juga tidak kembali pada Radith yang dia sukai, semua akan merasa bahagia kan?
"Lira, Gue diajak sama Leo buat ikutan pesta halloween, menurut Lo gimana? Gue mau ikutan ah, Gue mau minta bokap buat siapin baju yang keren biar nanti Gue menang kostum terbaik. Lo mau ikut gak?" tanya Luna yang membuat Lira menggelengkan kepalanya. Dia tidak tertarik sama sekali.
"Eh, kalau Gue gak ikut, Lo gak boleh ikut. Udah lah gak usah aneh – aneh, kalau halloween itu Lo kan gak bisa lihat wajah orang, gak tahu siapa aja yang ada di sekitar Lo, bahaya," ujar Lira yang mencoba mengingatkan Luna tentang hal itu. Luna bukan orang yang bisa sembarangan pergi ke tempat seperti itu.
"Ya makanya Gue ajak Lo. Jadi pilihannya sih Lo mau ikut atau enggak, karna Gue mau ikut, Gue pengen ngerasain ikutan pesta gitu, kan Gue gak pernah ikutan pesta kayak gitu," ujar Luna yang membuat Lira menghela napasnya lagi dan lagi, sulit sekali memberitahu Luna padahal sudah cukup lama mereka tinggal bersama.
"Ya udah iya, Gue ikut, tapi jangan minta Gue buat pakai baju yang aneh – aneh dan Lo harus janji sama Gue, di sana Lo harus ikut apa yang Gue bilang, jadi semua merasa diuntungkan," ujar Lira yang disetujui oleh Luna, yang penting Luna bisa hadir di acara yang sudah pasti menyenangkan itu.
Lira masuk ke dalam kamarnya saat Luna menelpon seseorang yang Lira yakin adalah papanya, karna Luna langsung meminta kostum yang dia lihat contohnya di google. Sepertinya uang memang bukanlah hal penting di keluarga ini. memesan baju khusus hanya untuk pesta semalam, itu merupakan pemborosan.
Saat hari H tiba, Lira memilih untuk berdandan seperti zombie, namun karna iseng, dia menambahkan make up yang cukup mengerikan agar wajahnya benar – benar nampak seperti zombie yang dia tonton di internet. Lira membuat efek robek di mulutnya dan membuat luka palsu di sana.
"Wih, yang katanya gak mau ikut tapi dandannya niat banget. Yuk ah berangkat, udah ada Leo di depan," ujar Luna yang diangguki oleh Lira. Mereka segera pergi ke tempat pesta diselenggarakan. Lira selalu ada di sebelah Luna dan tak mmebiarkan Luna hilang dari pandangannya. Apalagi dia belum memberitahu Radith tentang ini, jadi lelaki itu tak menyiapkan pengawal lebih.
"Eh, Lo mau minum gak? Kalau Lo mau minum, Lo duduk di sini. Jangan kemana – mana, Gue gak percaya kalau Lo yang ambil sendiri. Lo ingat ya, Lo gak kenal siapa – siapa dan Lo gak bisa bahasa Korea, jadi Lo nurut aja sama Gue," ujar Lira yang dipatuhi oleh Luna.
Sebenarnya Luna juga merasa sedikit ngeri dengan ramainya tempat yang gelap ini. Luna merasa sedikit trauma dengan tempat yang ramai, dia nyaris kehilangan kesuciannya setelah menegak minuman dari orang asing. Dia tak mau kejadian serupa terjadi, dia akan menunggu Lira untuk kembali.
Sementara itu Lira yang mencari minuman non alkohol akhirnya menemukan meja berisi minuman bersoda. Namun saat dia hendak berbalik, dia melihat ada seseorang dengan hawa yang aneh melewatinya. Entah mengapa dia memiliki feeling untuk mengikuti orang itu. Lira mengikutnya pelan sampai akhirnya orang itu pergi ke balkon dan melompat begitu saja.
Lira tentu kaget melihat hal itu. Lira berlari ke arah balkon namun tak mendapati siapapun di sana. Orang itu benar – benar menghilang dari sana. Lira langsung teringat pada Luna, Gadis itu langsung berlari masuk ke dalam ruangan lagi, namun karna dia teringat masih ada dalam suasana pesta, Lira memilih untuk tetap tenang dan tak mengundang perhatian.
Sesampainya di sana, Lira tak menemukan Luna dimanapun, dia langsung panik dan berpikiran aneh – aneh. Bahkan Luna melepaskan sayap besar yang ada di pundaknya, membuatnya makin sulit dikenali mengingat baju yang Luna gunakan serba hitam dan tenggelam dalam gelapnya ruangan ini. Lira memanggil Leo dan meminta bantuannya.
Mereka berdua langsung berkeliling untuk mencari Luna sementara kekasih Leo yang ternyata juga hadir menunggu di kursi jika nanti Luna kembali, dia akan menghubungi Lira dan Leo. Lira berkeliling dan menatap satu persatu orang yang ada di sana dengan jeli, namun dia tak menemukan jejak – jejak Luna di sana.
"Lo kemana sih? Kenapa Lo itu bebal banget kalau dibilangin. Kalau Lo kenapa – napa, Gue yang bakal dipenggal," ujar Lira dengan panik. Gadis itu melangkahkan kakinya ke luar ruangan saat yakin Luna tak ada di ruangan itu. Leo juga mengikuti Lira yang pergi ke luar, Leo merasa bersalah karna dialah yang membawa Luna kemari.
"Ah, ini tanduk yang dipakai oleh Luna. Ini satu – satunya petunjuk yang kita punya buat nyari dia. Kalau ini ada di luar, kemungkinan besar Luna ssudah tidak ada di sini. Aku akan mencarinya, kau lanjutkan saja pestanya," ujar Lira yang dijawab gelengan kepala oleh Leo.
"Aku yang membawa kalian kemari, aku memiliki tanggung jawab untuk memastikan kalian baik – baik saja," ujar Leo yang tak begitu digubris oleh Lira. Lira memberikan tanda dan langungsaja banyak orang keluar dari persembunyian mereka menghadap Lira. Hal itu membuat Leo menjadi takut dan merapatkan dirinya ke Lira.
"Aku udah bilang, kau lanjutkan saja berpesta. Ah ya, jangan sampai ada yang tahu tentang hal ini. Aku yang akan membereskan tentang Lunetta, kau cukup bantu aku dengan tidak membocorkan masalah ini ke siapapun," ujar Lira yang diangguki oleh Leo. Lelaki itu merasa ngeri dengan banyaknya pengawal di sana, dia lebih baik menurut atau sesuatu yang buruk akan terjadi.
Lira mengangguk dan langsung pamit dari sana. Lira langsung meminta pengawal itu untuk mencari Luna dan memblokade jalan untuk keluar negeri, orang – orang itu segera menyebar dan langsung melakukan tugasnya masing – masing, sementara Lira langsung menghubungi Radith dengan sisa keberanian yang masih dia miliki.
"Lo hebat, Gue udah tahu tentang mereka yang jadi musuh kita. Mereka ada di benua Afrika," ujar Radith dengan senang. Namun Lira langsung menghancurkan berita baik itu dengan berita buruk yang dia miliki, dia sangat menyesal karna tak bisa menjaga Luna dengan baik.
"Lo tenang aja, ini semua bukan kesalahan Lo. Gue yang bakal urus setelah ini. Lo pulang aja ke Indonesia kalau semua duah beres. Jangan sampai Lo juga kena, Lo sembunyi, apapun yang terjadi, Lo harus hidup karna Gue gak bisa jagain Lo juga," ujar Radith yang disetujui oleh Lira. Lira segera mematikan sambungan telpon dan tumbang.
Gadis itu duduk di pinggir jalan dan menangis, dia takut sesuatu yang buruk terjadi pad una dan itu karna dia tak becus menjaga Luna. Meski tak ada yang menyalahkannya, rasa bersalah itu tetap muncul dan berputar – putar di otaknya. Untung saja ada satu pengawal yang menemani Lira dan membantu gadis itu agar sampai di rumahnya dengan selamat.
"Lo harus selamat Lun, Gue gak akan bisa maafin diri Gue sendiri kalau Lo kenapa – napa. Gue mohon, Lo selamat."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 168 Episodes
Comments