Bab 9

Suara detak jam di dinding terdengar karna ruangan yang hening. Seorang pria terdiam sambil memainkan pulpen di tangannya. Pandangannya menerawang karna dia sedang berpikir, memikirkan sesuatu yang tak pernah terlintas di benaknya sebelum dia pergi ke tempat itu. selama ini dia berpikir bagaimana caranya menjadi sukses, namun kini orang gadis membuka matanya tengtang hal baru.

"Selama ini gue Cuma mikirin gimana usaha gue berkembang. Kenapa sekarnag gue keganggu banget sama isi pikiran dia? Ck, tahu gitu gue gak pergi ke rumahnya kemarin. Kayaknya gue harus lakuin sesuatu," ujar Radith yang langsung bangkit dari duduknya. Dia keluar dari ruangan dan menatap ruang karyawan yang kini dihuni banyak orang.

"Kalau kerjaan kalian udah selesai, kalian bleh pulang. Saya ada urusan jadi gak bisa kasih kalian kerjaan lain. Kalau belum selesai kalian harus lembur, gak ada protes, saya pergi sekarang." Radith yang hanya berdiri di depan pintu langsung pergi dari sana usai memberikan intruksi pada mereka.

"Kerjaan gue banyak, lembur deh gue hari ini," ujar salah satu pegawai yang langsung menundukkan kepalanya, padahal dia berencana mengerjakan setengah dari pekerjaannya dan setengahnya lagi besok, namun Radith malah memberikan perintah yang membuatnya tidak bisa melakukan hal itu. sementara itu teman – temannya menatap dia dengan tatapan kasihan.

"Tenang aja, kerjaan gue Cuma dikit, nanti kalau gue udah selesai, Lo kirim aja ke PC gue, nanti gue bantu kerjain," ujar seorang yang lain. Lira yang tidak ada kerjaan pun ikut menyimak mereka. Pekerjaan Lira sudah selesai dan bahkan jika dia ingin pulang, dia bisa pulang saat ini juga, namun dia merasa harus solider dengan teman – temannya.

"Eh, kalian kok pakai Lo- Gue di jam kerja? Di sini kan ada saluran Audio, apa gak papa? Nanti kalau pak Radith tahu gimana?" tanya Lira yang menyadari hal itu. Mereka tertawa melihat Lira, namun mereka ingat Lira anak baru di sini, wajar saja Lira bingung dan bertanya.

"Kalau pak Radith kasih intruksi kayak tadi, berarti kerja kita udah bebas, sebebas – bebasnya. Lo boleh panggil orang – orang di sini pakai nama apapun, dan kalau pekerjaan Lo udah selesai, Lo boleh langsung balik dari sini," ujar pegawai itu yang membuat Lira mengangguk paham.

"Ah iya, kerjaan Gue udah selesai. Kerjaan Lo banyak kan? Ada yang bisa gue bantu gak? Mana tahu ada yang gampang jadi bisa gue kerjakan," tawar Lira dengan senyum di wajahnya. orang itu menggelengkan kepala dengan ringisan di wajahnya, hal itu tentu saja membuat Lira bingung, bukankah dia butuh bantuan? Kenapa menolak bantuan Lira?

"Lo jangan pernah nawarin bantuan tentang pekerjaan kantor, atau nanti yang Lo kasih bantuan malah yang kena. Lo di sini sebagai asisten pak Radith dan di sini Cuma Lo yang kerjanya nunggu apa yang pak Radith kasih dan gak boleh ngerjain pekerjaan yang gak dia kasih."

"Bisa gitu juga? Bukannya kalau gue udah selesai gue bisa berguna dengan bantu kalian? Kenapa asisten pribadi gak boleh melakukan itu?" tanya Lira yang masih tak paham dengan sistem yang ada di perusahaan ini. Mereka boleh saling membantu dan Lira kini bagian dari mereka, kenapa Lira tdak boleh ikut membantu?

"Pokoknya gak boleh. Ini udah ketentuan dari perusahaan. Gue lihat sendiri gimana Gio dipecat langsung waktu asisten pak Radith yang dulu bantuin pekerjaan dia. Pak Radith itu bos yang baik, banget banget sumpah, tapi kalau dia udah marah, gak ada yang bisa kami lakukan, dan dia gak suka asistennya kerja buat orang lain."

"Iya bener, dia bakal ngerasa kalau orang lain itu lancang dan menganggap dirinya sebagai bos dengan membuat asisten pribadi bos kerja buat dia. Lo ngerti apa yang gue omongin kan? Gue udah lihat dan gue gak mau ada yang bernasib sama kayak Gio," ujar mereka yang membuat Lira paham.

"Jadi ini enaknya menjabat sebagai asisten CEO? Ya udah deh, kalian belum makan atau minum kan? Gue mau ke cafetaria, kalian mau nitip gak? Ini gue bukan kerja buat kalian kok, Gue mau ambil buat diri gue, mana tahu kalian nitip kan?" Mereka mengangguk dan tersenyum, Lira memiliki jiwa solider yang tinggi.

"Gue nitip latte aja deh, kayaknya gue sampai malam di sini, butuh kopi gue," ujar salah seorang yang membuat Lira mengerutkan keningnya.

"Lah, Latte malah bikin Lo rileks dan akhirnya tambah ngantuk lah. Aturan kalau Lo mau gak ngantuk, Lo minumnya kopi hitam, pasti kebuka deh tuh mata," ujar Lira dengan memelototkan matanya, mereka langsung tertawa melihat tingkah Lira yang dirasa menggemaskan.

" Gue gak doyan kopi hitam, pahit. Hidup gue udah pahit, masak minum yang pahit – pahit, latte aja dah," ujar orang itu yang membuat Lira terkekeh, namun dia mengangguk dan beralih pada temannya yang lain, mereka menyebutkan apa yang ingin mereka makan dan minum sebelum akhirnya Lira pergi dari sana untuk mengambil pesanan mereka.

Mereka melanjutkan pekerjaan masing – masing sampai waktu kerja habis, dua dari mereka terpaksa lembur karna pekerjaan mereka belum selesai, sementara Lira yang harus segera pulang pun pamit tidak bisa menemani mereka, dia harus memasakkan sesuatu untuk adiknya, mereka pun mengerti dan berterima kasih pada Lira yang mau menemani mereka.

Lira naik angkot untuk sampai ke rumahnya dan harus berjalan lagi memasuki gang – gang sempit yang hanya bisa dilalui oleh satu sepeda motor. Dalam hati Lira selalu memikirkan kapan dia bisa pindah ke tempat yang lebih baik? Atau paling tidak dia bisa meningkatkan taraf hidupnya.

"Liora, yuk bersyukur yuk, banyak yang jauh lebih merana dari Lo. Masih untung pihak sekolah adik Lo masih mau kasih keringanan satu minggu, Gue harus cari kemana pinjaman uang dua juta? Tuhan, Liora percaya Tuhan pasti kasih jalan buat Liora."

Lira mnghembuskan napasnya dan berjalan cepat ke rumahnya. Dia membuka pintu dan melepas sepatunya. Lira memijit tumitnya yang memerah. Nasib membeli sepatu yang murah, dia harus siap merasakan lecet yang menyiksa jika berjalan cukup jauh menggunakan sepatu ini. Jika bisa, Lira ingin sekali mengganti sepatunya dengan sepatu yang lebih 'layak' pakai.

"Mbak, makasih ya mbak, mbak udah bayarin sekolah aku. aku jadi bisa ikut ujian minggu depan. Maaf karna mbak harus repot repot cari uang atau cari pinjeman, aku bakal ganti kalau besok aku udah kerja, aku bakal buat mbak bahagia dan hidup nyaman." Adik Lira langsung muncul dari kamar dan tersenyum lebar menatap Lira.

"Kamu ngomong apa? Gak usah ngelantur, mbak capek harus jalan jauh karna jalan utama ditutup, angkot jadi berhenti agak jauh," ujar Lira sambil memijit kakinya. Adiknya tentu menatap Lira dengan heran, mengapa Lira menganggap dirinya melantur?

"Lah mbak, tapi kan bener mbak udah bayarin semua tagihan sekolah aku, nih buktinya kartu ujian aku udah turun, aku udah bisa ikut ujian minggu depan. Kok mbak bilang aku ngelantur sih?" tanya Adik Lira yang membuat Lira menatapnya dengan heran, kini Lira yang tampak kebingungan dengan pernyataan adiknya.

"Ah, kamu pasti lihat mbak kemarin di sekolah kamu ya? Itu mbak belum bayar sekolah kamu. Itu tuh mbak minta keringanan waktu, mbak minta keringanan sampai minggu depan, mungkin karna itu kartu kamu dikasihkan. Kamu gak usah mikirin tentang biaya sekolah, mbak bakal usaha buat nyari pinjeman atau apapun itu, kamu bejalar aja yang rajin biar gak nyecewain mbak," ujar Lira datar.

"Tapi kata gurunya semua udah lunas mbak, aku gak bohong. Ya kalik tuh guru mau ngelunasin biaya sekolah aku. kalau bukan mbak yang lunasin terus siapa? Emang kita punya sodara lain di dunia ini?" tanya adik Lira yang memasang wajah serius. Mereka tak punya saudara, ayah ibu mereka anak tunggal dan kini sudah meninggal, hanya mereka berdua garis keturunan yang tersisa.

"Gue yang bayarin." Lira dan adiknya langsung menoleh kaget ke arah pintu dimana sudah ada seorang pria yang mengenakan kemeja berdiri di sana. Lira reflek bangun dari duduknya dan menatap orang itu dengan kaget sekaligus bingung.

"Anda siapa?" tanya Adik Lira dengan tatapan yang menyelidik. Lira sendiri masih terlalu terkejut dan hanya mematung di tempatnya. Untuk apa orang ini datang ke rumahnya? Bukankah tadi dia bilang ada urusan dan segera pergi dari kantor? Tidak mungkin dia menyempatkan waktu ke rumahnya, memang Lira siapa?

"Gue minta orang buat cari tahu latar belakang keluaarga Lo dan gue turut berduka cita atas meninggalkan ibu bapak Lo. Gue juga jadi tahu kalau Lo punya adik yang udah gede gini dan butuh biaya buat lanjut sekolah. Untungnya gue selalu pantau orang yang kerja sama gue, masa depan adik Lo sedikit terselamatkan."

"Jadi, pak Radith yang udah bayar biaya sekolah adik saya?" tanya Lira dengan kaku.

"Ini bukan jam kantor. Lo ingat peraturannya kan?" tanya Radith dengan wajah dinginnya. Lira menutup mulutnya dengan kaget dan mengangguk, hal itu membuat adik Lira makin bingung karna dia tak mengenal orang yang ada di hadapan mereka.

"Gue udah cari tahu tentang Alex dari pihak sekolah. dia anak yang pinter, banyak prestasinya, sayang kalau dia harus berhenti sekolah karna kakaknya gak becus urus dia, kakaknya gak mampu buat biayain sekolahnya. Anak berbakat gak boleh kehilangan kesempatan Cuma karna masalah biaya." Adik Lira langsung memicingkan matanya mendengar Radith menghina Lira.

"Saya tidak tahu anda siapa, tapi anda tidak berhak menghina kakak saya, karna dia orang yang paling becus dan paling mampu untuk urus saya di dunia ini. Anda ini siapa? Datang – datang kok cari ribut di rumah orang," ujar Alex dengan sinis, membuat Radith mengangkat sudut bibirnyaa sedikit.

"Saya yang sudah bayar semua biaya kamu untuk sekolah bahkan sampai biaya wisuda, kalau kamu butuh untuk masuk ke universitas, kamu tinggal hubungi saya, saya akan bantu semua biaya asal prestasi kamu tidak menurun." Mendengar itu Alex terkejut, namun dia juga tak bisa membiarkan orang asing menginjak – injak mereka berdua.

"Terima kasih karna anda sudah membantu biaya sekolah saya, tapi bukan berarti anda bisa merendahkan orang lain. Jangan mentang – mentang anda kaya dan bisa melakukan banyak hal dengan uang, anda bisa menghina orang lain dan mengatakan orang lain tidak mampu. Saya akan mengganti uang yang sudah anda keluarkan dan saya tidak akan melupakan jasa anda, jadi saya mohon pada anda untuk pergi dari rumah saya."

"Alex, dia ini bosnya mbak, kamu masuk kamar dulu gih, biar mbak ngobrol sama bos mbak dulu," ujar Lira yang diangguki oleh Adiknya dan langsung masuk ke dalam kamar tanpa mengucapkan maaf sama sekali, Lira pun tahu adiknya tak mungkin meminta maaf karna adiknya sangat teguh pada prinsipnya.

"Maaf karna adik gue gak sopan, tapi dia ada benarnya, Lo gak bisa hina orang seenaknya gitu, tapi makasih Lo udah bantuin gue buat bayar dulu sekolah adik gue, untuk bayarnya bis apotong gaji aja gak? Biar gue gak perlu gali lobang tutup lobang."

"Lo tenang aja, uang segitu Cuma cemilan buat gue, yang penting gue gak sia – sia bayarin sekolah adik Lo, toh gue gak sembarangkan bayar, gue cek dulu dia layak gak buat dapat itu semua, dan gue rasa dia cukup layak."

"Makasih banyak, gue gak tahu lagi harus ngomong apa, makasih udah baik sama gue dan keluarga gue, makasih," ujar Lira yang makin memelan karna sesuatu membuat tenggorokannya tersedak. Dia merasa akan segera menangis, di saat dia kebingungan, Tuhan memberikan cara yang snagat tidak Lira duga dari orang yang tidak Lira duga.

"Gak usah nangis, lebay banget jadi orang, gue ke sini Cuma mau kasih Lo ini," ujar Radith melempar satu map berisi berkas dan ditangkap oleh Lira. Lira tak tahu maksud Radith, apakah ini pekerjaan yang harus dia selesaikan di luar jam kantor? Radith hanya memberikan padanya tanpa mengatakan apapun.

"Gue balik, apapun yang Lo lihat, gue gak mau itu dibahas di kantor." Radith langsung berbalik tanpa menunggu respon Lira. Lira langsung membuka isi map itu dan tangannya langsung lemas, map itu sampai terjatuh dan isinya berceceran. Lira berlari ke depan rumahnya, namun Radith sudah menghilang tanpa jejak.

Gadis itu kembali memungut kertas – kertas itu dengan tangan bergetar, memastikan matanya tidak salah membaca. Entah mengapa dia langsung terharu dan menatap ke arah luar yang gelap dan kosong, seakan ada Radith yang sedang melihat ke arahnya. Lira tersenyum dan duduk di sofa sambil membaca kembali isi surat itu.

Tak lama kemudian dia mendapat sebuah pesan di ponselnya, membuat senyum di bibirnya makin berkembang dan bahkan dia tak tahu hrus menajwab apa. Dia hanya membaca pesan itu dan meletakkannya kembali. Pesan yang ada di ponselnya berbunyi :

'Ijin untuk membuat bangunan sekolah ribet dan butuh waktu lama, gue bakal minta tolong Wilkinson turun tangan. Gue udah sewa rumah sementara dan rumah itu bisa jadi rumah pintar. Gue udah siapin guru buat mereka, Lo urus sisanya.'

"Tampang dan mulutnya emang iblis, tapi kenapa hatinya malaikat banget? Kenapa gue jadi deg – degan gini kalau ingat dia?" tanya Lira sambil memegang dadanya yang berdebar lebih kencang.

Terpopuler

Comments

Kimyumi

Kimyumi

keerrennn Mas Raditt😍😍😍

2020-12-15

0

VanillaLatte

VanillaLatte

eeell. seneng banget aku Baca.nya .radith ngk pernah berubah dari dulu. aku suka banget sama karakter radith... aku pada mu ell

2020-05-30

2

Alvi Danis

Alvi Danis

Radith keren

2020-05-30

1

lihat semua
Episodes
1 1. Bab 1
2 2. Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Chapt 102
103 Chapt 103
104 Chapt 104
105 Chapt 105
106 Chapt 106
107 Chapt 107
108 Chapt 108
109 Chapt 109
110 Chapt 110
111 Chapt 111
112 Chapt 112
113 chapt 113
114 Chapt 114
115 Chapt 115
116 Chapt 116
117 Chapt 117
118 Chapt 118
119 Chapt 119
120 Chapt 120
121 Chapt 121
122 Chapt 122
123 Chapt 123
124 Chapt 124
125 Chapt 125
126 Chapt 126
127 Chapt 127
128 Chapt 128
129 Chapt 129
130 Chapt 130
131 Chapt 131
132 Chapt 132
133 Chapt 133
134 Chapt 134
135 Chapt 135
136 Karya Baru Gaessss
137 Chapt 136
138 Chapt 137
139 Chapt 138
140 Chapt 139
141 Chapt 140
142 Chapt 141
143 Chapt 142
144 Chapt 143
145 Chapt 144
146 Chapt 145
147 Chapt 146
148 Chapt 147
149 Chapt 148
150 Chapt 149
151 Chapt 150
152 Chapt 151
153 Chapt 152
154 Chapt 153
155 Chapt 154
156 Chapt 155
157 Chapt 156
158 Chapt 157
159 Bab 158
160 Chapt 158
161 Chapr 159
162 Chapt 160
163 Chapt 161
164 Chapr 162
165 Chapt 163
166 Chapt 164
167 Chapt 165
168 Chapt 166 - LAST
Episodes

Updated 168 Episodes

1
1. Bab 1
2
2. Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Chapt 102
103
Chapt 103
104
Chapt 104
105
Chapt 105
106
Chapt 106
107
Chapt 107
108
Chapt 108
109
Chapt 109
110
Chapt 110
111
Chapt 111
112
Chapt 112
113
chapt 113
114
Chapt 114
115
Chapt 115
116
Chapt 116
117
Chapt 117
118
Chapt 118
119
Chapt 119
120
Chapt 120
121
Chapt 121
122
Chapt 122
123
Chapt 123
124
Chapt 124
125
Chapt 125
126
Chapt 126
127
Chapt 127
128
Chapt 128
129
Chapt 129
130
Chapt 130
131
Chapt 131
132
Chapt 132
133
Chapt 133
134
Chapt 134
135
Chapt 135
136
Karya Baru Gaessss
137
Chapt 136
138
Chapt 137
139
Chapt 138
140
Chapt 139
141
Chapt 140
142
Chapt 141
143
Chapt 142
144
Chapt 143
145
Chapt 144
146
Chapt 145
147
Chapt 146
148
Chapt 147
149
Chapt 148
150
Chapt 149
151
Chapt 150
152
Chapt 151
153
Chapt 152
154
Chapt 153
155
Chapt 154
156
Chapt 155
157
Chapt 156
158
Chapt 157
159
Bab 158
160
Chapt 158
161
Chapr 159
162
Chapt 160
163
Chapt 161
164
Chapr 162
165
Chapt 163
166
Chapt 164
167
Chapt 165
168
Chapt 166 - LAST

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!