Lira meletakkan kepalanya di meja dengan lelah. dia sudah menghafal separuh dari buku yang diberikan oleh Radith, buku itu bahkan tidak menjelaskan apapun tentang perusahaan, bahkan lebih mirip buku keamanan pemrograman, entah untuk apa Lira menghafalkan semua itu, apakah Radith berharap Lira membobol sistem keamanan di perusahaan ini? Lelaki itu sangat aneh.
" Kerjaan ini belum kelar, masih harus nyiapin semua file berkas, masih harus ini, harus itu. gaji gede tapi rambut rontok. Lama – lama gue kerja buat buat ngumpulin biaya pengobatan," keluh Lira sambil membolak balik kertas yang dia pegang, sesekali melihat ke layar PC dimana pekerjaannya sedang diproses. Pantas saja tidak ada yang betah jadi asisten Radith, pekerjaannya sangat banyak.
" Kamu udah gak kuat? Yah, padahal kamu bakal mengalami hari yang lebih berat dari ini. tapi kalau kamu segini udah nyerah, kamu gak akan kuat sih sama masalah yang ada di kemudian hari," ujar Sekretaris yang kini Lira tahu namanya Veta. Lira tersenyum tipis menjawab hal itu, jika saja tidak ingat gaji yang besar, Lira sudah malas diminta bekerja seperti ini.
" Percaya sama aku, kerja di sini itu enak kok. Kalau kerjanya gak enak pasti kami semua yang ada di sini udah keluar dari lama. Tapi nyatanya kami bertahan, emang pak Radith itu suka nyeleksi siapa yang layak kerja jadi staff inti, makanya sering ngasih job yang gak masuk akal," ujar Veta yang diangguki oleh Lira.
" Semoga saja saya bisa kuat bertahan. Saya juga butuh banyak uang untuk bertahan hidup di kota besar ini, hahaha," ujar Lira mencairkan suasana dan kembali larut dengan pekerjaannya. Bahkan seluruh meja Lira sudah dipenuhi oleh note kecil yang berisi inti buku di tangannya. Dia takut melupakan inti – inti itu dan nantinya akan berakibat fatal.
' masuk ke ruang saya sekarang. Gak pakai protes dan gak usah lihat kanan kiri. Waktu kamu tiga puluh detik dari sekarang.' Lira langsung melotot dan segera bangkit dari duduknya. Sedikit berlari untuk masuk ke ruang CEO.
Lira membuka pintu dengan tergesa dan mendapati Radith yang melepas dasinya dan bahkan hanya mengenakan kemeja santai. Lira dengan napas yang memburu memandang Radith. Lelaki itu mengambil tas kecil dan mengisinya dengan dompet dan ponsel, lalu berjalan ke arah Lira dengan wajah tanpa ekspresi.
" Ambil buku yang saya minta buat kamu hafalkan, lalu susul saya ke bawah. Saya beri waktu kamu lima menit untuk menyusul saya. Bawa ponsel dan dompet kamu, kita harus menemui klien sekarang," ujar Radith dengan datar sambil keluar dari ruangannya meninggalkan Lira yang masih mencerna perintah Radith.
" EMPAT MENIT!" Teriak Radith dari luar ruangan yang membuat Lira langsung panik dan kembali berlari keluar dari ruangan itu. Lira mengambil tas kecilnya dan memasukkan ponslenya ke sana. Gadis itu juga membawa buku yang diperintahkan oleh Radith dan berlari lari menyusul pria itu.
" Mati gue, gue gak tahu harus nyusul dimana. Haduh, mati gue, mati gue," ujar Lira sambil berjalan cepat. Gadis itu menepuk kepalanya berkali – kali dan menuju lift. Dia tak tahu Radith kemana, namun jika urusannya dengan klien, mereka pasti keluar dari gedung ini, Lira harus segera menuju lobby."
" Berasa main subway surf, gue yang jadi polisi lagi ngejar anak tengil yang coret – coret badan kereta. Gini amat sih nyari uang," ujar Lira yang sudah lelah karna terburu – buru, gadis itu keluar dari lift dan mendapati Radith yang keluar dari pintu utama gedung itu. Lira langsung berlari untuk mengejar bos yang sama tengilnya dengan tokoh utama di game yang tadi dia sebutkan.
" Bagus, hampir saya meninggalkan kamu karna kamu sudah terlambat, tapi ya sudah, karna kamu sudah di sini, buruan masuk ke mobil itu, saya gak mau satu mobil sama kamu," ujar Radith menunjuk mobil yang ada di hadapannya dengan dagunya. Lira memajukan bibirnya melihat sikap Radith itu.
" Memang saya beneran terlambat pak?" tanya Lira pelan, takut membuat Radith merasa marah atau tak nyaman, namun Radith malah mengangkat bahunya, membuat Lira mengerutkan keningnya melihat respon itu, respon yang menurut Lira sangat ambigu.
" Mana saya tahu, saya kan gak pegang stopwacth. Kalau saya bilang kaamu telat, ya berarti kamu telat, gak ada protes dan gak ada alasan," ujar Radith yang hendak masuk ke dalam mobil. Lira mengepalkan tangannya dan ingin menonjok lelaki itu, namun Radith langsung berbalik dan menatap Lira dengan tajam.
" Mau apa kamu? Mau pukul saya? Sini kalau berani. Ini belum jam empat," ujar Radith yang malah menantang Lira. Gadis itu langsung tersenyum kikuk dan menggerakkan tangannya seolah dia sedang melakukan peregangan. Lira meninju udara dengan ringisan di wajahnya, seolah dia merasa pegal dan melakukan itu untuk mengurangi rasa pegalnya.
" Enggak kok pak. Tadi kelamaan duduk sama pegang PC, tangannya jadi kaku semua," ujar Lira tanpa menghentikan aktivitasnya. Radith langsung memutar bola matanya dan masuk ke dalam mobil, tak lupa menutup pintu mobil itu cukup keras, bahkan sampai membuat Lira terkejut. Gadis itu segera berjalan menuju mobil yang lain dan masuk ke sana.
" Nutup pintu mobil mewah kayak nutup pintu mobil angkot, kerasnya gak kira – kira. Dasar OKB," ujar Lira dengan kesal sambil duduk di dalam mobil itu. supir yang mengantar Lira tentu tertawa mendengar celoteh gadis itu, membuat Lira tersadar dia bukan satu – satunya orang yang ada di sini.
" Pak, jangan kasih tahu Pak Radith ya Pak? Saya baru dua hari kerja pak, kalau pak Radith tahu, saya bisa dikerjain habis – habisan, bisa – bisa gak ada seminggu saya kerja di sini pak," ujar Lira yang mengatupkan kedua tangannya dan menatap pak Supir dengan melas.
" tenang saja nona. Nona bukan satu – satunya orang yang bingung dan kesal dengan tingkah laku ajaib tuan CEO. Tapi Nona harus tahu jika taun CEO orang yang baik, sangat baik. Nona akan merasakan hal itu sendiri nantinya," ujar supir itu yang membuat Lira melega, setidaknya dia tak akan diadukan.
" Lagipula, tanpa saya mengadukan, tuan CEO sudah tahu semua hal yang nona katakan barusan, karna di semua mobil yang dimiliki tuan CEO, terda[at audio yang terhubung satu sama lain dan hanya tuan CEO yang bisa mengaksesnya," ujar supir itu yang membuat Lira melotot, baru saja dia merasa lega, namun kini dia merasa takut lagi.
" Kuajak kau melayang tinggi, dan kuhempaskan ke bumi. Tahu gak pak Rasanya udah diangkat tinggi terus dijatuhkan ke dasar jurang? Nah, kayak pak supir gini nih yang gitu, menyebalkan," ujar Lira yang membuat supir itu tertawa, tidak menjawab apapun dan membiarkan Lira merasa cemas seteleah ini.
Mereka berhenti di sebuah restoran dan Lira langsung turun dari mobil setelah melihat Radith yang berdiri di samping mobilnya. Radith memandang Lira dengan sinis, Lira sendiri langsung membuang muka dan menghindari tatapan mata itu, membuat Radith berdecih dan masuk ke restoran itu dengan kesal. Lira menghendakkan kaki ke tanah sebelum menyusul Radith yang berjalan dengan langkah lebar.
" Gue sengaja nutup keras itu karna gue kesal sama Lo, bukan karna gue OKB. Terus juga Lo tahu, karna Lo ini, supir yang tadi ada di mobil Lo bakal gue pecat, puas kan Lo?" tanya Radith yang mendapat menjadi informal dengannya. Lira terkejut, namun dia lebih fokus dengan apa yang dikatakan oleh Radith.
" Kenapa pak Supirnya dipecat? Pak supirnya kan gak salah apa – apa pak, kasihan dong pak, dia juga cari rejeki untuk keluarganya," ujar Lira dengan tergesa, tanggapan Lira yang berisik membuat Radith mengerutkan keningnya dan menutup matanya.
" Itu peringatan buat Lo. Lo harus jaga mulut dan kelakuan Lo selama jam kerja. Sekarang Lo lihat orang lain yang ak bersalah hrus menanggung akibat dari Lo. Oh tapi dia gak sepenuhnya gak bersalah sih, karna dia juga salah udah jelek – jeleik gue padahal dia tahu kalau ada Audio terhubung."
" Pak, kalau masalah pak Radith dengan saya, pak Radith jangan libatkan orang lain yang tak bersalah pak. Saya siap menanggung semua kesalahan saya, bahkan jika saya harus dipecat, saya akan terima, tapi jangan sampai orang lain yang menanggungnya pak," ujar Lira pelan dan takut, dia merasa bersalah dengan keputusan Radith.
" Makan, kalau kamu bisa habiskan semua yang saya pesan, saya gak akan jadi pecat dia. Sebaliknya, kalau kamu gak bisa habiskan semua, saya bakal pecat dia, sekaligus pecat kamu," ujar Radith dengan dingin dan memisahkan piring ke dua bagian meja yang berbeda. Lelaki itu memesan berbagai jenis makanan dalam uda porsi.
" Tidak adil jika pak Radith hanya meminta saya untuk menghabiskan semua, bagaimana jika sedikit bertaruh, jika saya menghabiskan jauh lebih banyak dari pak Radith, pak Radith harus membatalkan semua itu, tapi jika pak Radith yang leebih banyak, silakan lakukan seperti yang anda mau," ujar Lira dengan berani.
" Lancang sekali. Kenapa aku harus bertaruh denganmu di saat aku bisa melakukan itu tanpa meminta pendapatmu?" tanya Radith yang balik menantang gadis tak tahu malu dan tak kenal takut yang ada di hadapannya. Lira tersenyum manis dan memiringkan kepalanya.
" Jika pak Radith takut, pak Radith bisa menyerah sekarang," ujar Lira dengan nada mengejek.
" Deal," ujar Radith singkat dan mulai memakan makanan yang ada di hadapannya. Lira tersenyum penuh arti dan menatap makanan yan gada di hadapannya. Dia harus menilai mana yang harus dia habiskan terlebih dahulu, dia tidak boleh merasa kenyang atau eneg, dia harus menghabiskan semua secara bertahan.
Lira mengambil piring berisi steak daging, gadis itu mulai memasukkan banyak potongan besr dan mengunyahnya lalu memakannya. Radith yang melihat itu tentu kaget, dia tak menyangka Lira memiliki selera makan yang besar. Lelaki itu mulai merasa terancam dan makin cepat memakan makanan yang ada di hadapannya.
" Sekadar informasi, aku dulu anak SMK dan porsi makanku sangat banyak. Seharusnya kamu berpikir dulu sebelum bertinda," ujar Radith yang meminum cairan dalam gelas yang ada untuk menghilangkan rasa berat di tenggorokannya. Lira tak menyahut, gaids itu fokus pada makanan yang ada di depannya. Lira berhasil menghabiskan satu poris steak beserta sayur – sayurnya.
Satu persatu makanan yang ada di meja itu habis. Lira sudah merasa kenyang, namun dia tetap memaksa makan semua makanan itu, sementara Radith yang sudah lama tidak makan banyak langsung merasa pusing dan meletakkan kepalanya di senderan kursi. Lelaki itu kesulitan bernapas dan merasa begah di perutnya.
" Apa pak Radith menyerah? Pak Radith tidak harus memaksa untuk meenghabiskan semua jika memang tidak sanggup," ujar Lira yang mendapat tatapan sinis dari Radith, namun lelaki itu kembali mengelus perutnya, bahkan perutnya sudah mirip dengan perut ****, kerja kerasnya selama ini langsung sia – sia dalam waktu singkat.
" Jika pak Radith harus menghabiskan banyak makanan, pak Radith jangan terlalu banyak minum, karna pada akhirnya pak Radith akan kenyang karena kembung dan tidak ada ruang tersisa untuk makanan itu," ujar Lira dengan tenang sambil meminum sedikit cairan yang ada di gelasnya. Radith melihat gelasnya dan gelas Lira. Gelas Lira masih penuh sedangkan gelasnya nyaris kosong.
" Oke, saya akui saya kalah kali ini. saya akan menarik semua perintah saya. Kamu menang, say atidak menyangka gadis yang kecil seperti lidi memiliki porsi makan seperti sapi," ujar Radith menggelengkan kepalanya menatap Lira yang tak tampak kenyang sama sekali. Lira tak terima dengan pernyataan itu, namun dia memilih diam agar tak timbul masalah baru.
" Eum pak, pak Radith tadi bilang akan menemui klien, tapi dimana klien itu pak? Dan kenapa saya hanya diminta untuk membawa buku dan bukannya file – file keperluan meeting?" tanya Lira yang baru menyadari hal itu. dia tak melihat kedatangan tamu mereka sedari tadi.
" Tidak ada klien yang datang hari ini. Saya hanya sedikit bosan berada di kantor dan saya ingin mengerjai kamu, malah kamu yang mengerjai saya," ujar Radith tanpa dosa yang tentu tak masuk akal bagi Lira. Lelaki itu berstatus CEO, sikapnya dingin, namun sangat jahil dan ajaib.
" Saya sedang dalam mood yang baik, jadi saya gak akan mempermasalahkan apa yang kamu lakukan ke saya. Tapi jika mood saya sedang buruk, bahkan jika kamu adalah perempuan, saya gak segan menggantung kamu di pohon kelapa dengan posisi terbalik, jadi berhati – hatilah," ujar Radith yang menyeruput sisa cairan yang ada di gelasnya.
" Saya tidak akan berani mengerjai atasan saya sendiri terlepas dari apapun yang pak Radith lakukan pada saya," ujar Lira yang membuat Radith menaikkan sebelah alisnya dengan bingung.
" Memang saya melakukan apa?" tanya Radith tanpa rasa bersalah sedikitpun. Lira menghela napasnya dan kembali meletakkan gelas yang dia pegang.
" Meminta saya melakukan hal – hal yang aneh. Menghafalkan isi buku ini dalam waktu yang singkat. Bahkan meminta saya menyalin buku laporan ke buku lain," ujar Lira tanpa ragu sedikitpun. Dia ingin meminta penjelasan dari semua yang Radith perintahkan kepadanya.
" Aahh, itu bukan salah saya, kamu sendiri yang minta kerjaan kan? Salahkan diri kamu sendiri."
Yaps, dan jawaban ajaib itulah yang Lira terima. Lira menyerah dan menganggap jawaban itu sebagai angin lalu agar emosinya tak mencuat dan membuat hidung atasannya ini berdarah karna patah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 168 Episodes
Comments
Retno Rosmayanti
kasian radit thor
2020-05-16
1
Dematu Elissandri Sihite
hahah,,
jadi ceritanya si radith di tonjok kwkw,,
jodoh yg sepadan..
2020-05-14
1
🍀ʀaʀa
😂😂😂 lnjut thorrr ..
semoga mereka berjodoh😁
2020-05-14
3