"Lunetta akan pergi ke Korea. Entah kenapa Saya merasa dia akan pergi sebentar
lagi. Beberapa hari ini saya bertemu dengan dia, dia tampak murung dan memantapkan tekatnya untuk pergi ke Korea." Lira yang diminta untuk menghadap Radith, dan menceritakan semua yang dia alami beberapa hari ini. Radith menganggukkan kepalanya saat Lira berhenti bercerita.
"Saya akan urus passport dan visa kamu untuk tinggal di Korea. Kamu harus nyari kerja sampingan dulu ya, biar nanti visanya bisa visa kerja," ujar Radith yang diangguki oleh Lira. Sebenarnya Lira tak mau meninggalkan Adiknya sendiri di negara ini, namun karna diancam oleh Bosnya sendiri, Lira harus menurutinya.
Lira menyiapkan segala keperluannya hingga jika nanti Luna benar - benar ingin pergi ke Korea, dia tinggal berangkat. Jika nantinya pun Luna tidak mengajaknya, Lira akan bermain peran seolah bertemu secara tidak langsung oleh gadis itu agar Luna tak curiga, dan akhirnya Lira akan tetap tinggal bersama dan menjaga gadis itu.
"Memang dia kurang kaya atau bagaimana? Kenapa harus Gue yang diutus sama pak Radith buat jagain dia? Apa ini cara pak Radith buat ngejauh dari Gue? Gak elit banget caranya," ujar Lira yang terus menggerutu jika mengingat apa yang Radith lakukan padanya. Radith memang bos, namun sikapnya sangat menyebalkan.
"Coba aja kalau Gue gak hutang Budi sama dia, Gue udah pergi dari sini. Lo sih, harusnya Lo gak naif, harusnya Lo tahu kalau orang kaya semua tuh mikir bisnis, mana ada orang baik yang tulus di jaman sekarang?" tanya Lira pada dirinya sendiri. Lira duduk di kursinya dan memegang kepalanya yang terasa pusing.
'Kirimkan data diri lengkap kamu sekarang juga. Isi form yang saya kirimkan. Cepat, selagi saya longgar, akan saya kirim agar surat yang kamu butuhkan cepat jadi.' Baru saja Lira menghela napas, Radith sudah memintanya melakukan sesuatu yang lain. Lira akan sedikit Iklas melakukannya jika Radith menyebutkan kata 'tolong', namun lelaki itu sama sekali tak melakukannya.
"Bossy banget sih Dia. Iiih, pantes gak ada yang betah kerja jadi asisten Dia. Emang gajinya besar, tapi harus punya hati dan otak yang besar juga. Haahh, gak guna Lo menyesal sekarang Ra, baru tahu kan Lo sikap asli bos Lo?"
Lira tak benar benar membenci Radith. Dia hanya terus mengungkapkan kejelekan Radith agar hatinya merespon umpatan tersebut dengan menghapus rasa sukanya pada Radith. Dia hanya ingin hidup sebagai pegawai biasa, dan jika nanti hutangnya sudah lunas, Dia ingin pergi dari tempat ini dan bekerja di tempat lain yang lebih manusiawi.
Gadis itu mengerutkan keningnya dan mengambil ponselnya yang berbunyi. Lira melihat nama Luna di sana, namun dia harus segera mengiri form yang diberikan oleh Radith. Lira akhirnya mengangkat panggilan dari Luna sekaligus mengisi form yang diberikan oleh Radith, Lira berkonsentrasi dengan apa yang dia kerjakan agar hal itu segera selesai dan Radith tidak marah marah lagi.
"Li.. Lira, Lo ada waktu gak? Lo, Lo bisa ketemu sama Gue gak? Ka.. Kalau Lo ada waktu, Lo temuin Gue di Cafe Kencana ya? Gue, Gue mau curhat." Lira langsung terdiam dan mendengar apa yang Luna katakan. Lira langsung tahu jika Luna sedang menangis dan gadis itu membutuhkan teman curhat.
"Ah, Lo tunggu aja di sana. Tapi Gue mungkin sampai sana setengah jam lagi, Gue lagi ada kerjaan. Gini aja, Gue selesaiin ini dulu sebentar, terus Gue samperin Lo di sana. Lo jangan ngapa - ngapain ya, jangan bertindak bodoh." Lira langsung menutup telpon Luna dan segera menyelesaikan Form yang diberikan oleh Radith.
Lira mengambil tasnya dan memasukkan ponselnya ke dalam tas, Lira segera masuk ke ruangan Radith untuk ijin menemui Luna. Radith rupanya tidak sedang berada di kantor, hingga Lira hanya mengiriminya pesan dan langsung pergi dari sana segera. Lira khawatir Luna terlalu bodoh dan nekat melakukan hal gila saat frustasi.
Gadis itu bisa melihat Luna yang duduk dengan air mata yang dia usap berkali kali. Lira langsung berjalan cepat ke arah Luna dan langsung duduk di depan Luna. Luna melihat Lira dengan mata yang kabur, namun saat tahu Lira yang datang, Luna langsung berdiri dan memeluk Lira dengan erat.
"Lira, Lira, maaf ya Gue tiba tiba peluk Lo kayak orang aneh. Kasih Gue waktu buat peluk Lo dulu, Gue, Gue gak tahu harus apa, Gue gak tahu harus gimana lagi Ra. Gue, Gue cuma kepikiran Lo dan Gue langsung telpon Lo." Lira tak menjawab, dia mengelus Luna dan membiarkan Luna menangis sepuasnya.
"Kalau Lo udah selesai, kita pindah dari sini dulu. Lo gak malu dilihatin banyak orang kayak gitu? Pada heran loh lihat Lo kayak gini," ujar Lira pelan dan hanya berbisik di telinga Luna agar Luna tak malu. Luna langsung menghentikan tangisnya.
Luna melepaskan pelukannya dan dengan terisak mengajak Lira untuk pergi dari sana. Lira menurut saja dengan apa yang dilakukan Luna, ternyata Luna mengajak Lira ke dalam mobil dan langsung kembali menangis. Lira sampai tak sabar sendiri karna Luna sangat betah menangis, namun Lira juga tak bisa menghentikan Luna menangis.
"Luna, Lo suruh Gue ke sini cuma buat dengar Lo nangis atau gimana? Gue gak bisa ikut sedih karna Gue gak tahu kenapa Lo nangis. Lo kasih tahu Gue dulu biar Gue bisa ada empati sama Lo," ujar Lira yang membuat Luna teringat akan tujuannya menelpon Lira, untung saja Lira mengingatkannya, kalau tidak, dia akan menangis sampai nanti malam.
"Lo masih ada niat buat pergi ke Korea gak? Gue satu Minggu lagi mau pergi ke Korea, dan kalau Lo minat, Lo bisa pergi sama Gue dan kita bisa hidup di sana berdua, jadi gak usah beli atau sewa rumah sendiri - sendiri. Gimana?" tanya Luna yang langsung pada Intinya, terlalu mendadak bagi Lira untuk mendengar pernyataan itu.
"Kenapa Lo tiba tiba mau pergi ke sana? Lo udah gak sabar mau ketemu Oppa Oppa yang ada di Drakor? Atau Lo mau jadi anak anak hits yang foto pakai baju tradisional Korea?" tanya Lira yang dijawab senyuman kecut dari Luna, gadis itu menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.
"Lo ingat gak dulu gue pernah nanya tentang mencintai dan dicintai? Gue nanya itu karna Gue bingung, sampai sekarang Gue suka sama dua orang, yang satu tunangan Gue, yang satu lagi Sahabat gue," ujar Luna dengan gamblang dan tentu mengejutkan untuk Lira, bagaimana bisa Luna menceritakan hal itu dengan mudah?
"Sebenernya Gue itu udah mau nikah, tapi tunangan Gue tiba tiba ngebatalin semua rencana itu karna dia udah bikin anak orang hamil. Dan Lo tahu? Yang ada di sisi Gue selama ini cum Sahabat Gue itu, Menurut Lo gue harus gimana?" tanya Luna yang membuat Lira termangu.
"Tunggu, Tunangan Lo ngehamilin anak orang? Serius?" tanya Lira yang tak bisa menahan untuk tak mau tahu urusan Luna. Luna menganggukkan kepalanya dan menghela napasnya dengan berat, dia berusaha keras aga air matanya tak terjatuh lagi karna napasnya sudah sesak terlalu banyak menangis.
"Gue gak tahu itu anak siapa, tapi entah kenapa Gue ngerasa itu bukan anak Tunangan Gue, tapi dia tipe orang yang apa apa diurus sendiri dan bahkan Gue gak tahu apapun, dia gak bisa percaya sama Gue dan malah milih buat batalin pernikahan kami, Gue gak bisa apa - apa."
"Te.. Terus, kenapa Lo gak pacaran sama Sahabat Lo itu aja? Kan Lo suka sama Dia, dia juga selalu ada buat Lo kan? Kenapa Lo masih pertahankan cowok yang kayak tunangan Lo itu?" tanya Lira yang sengaja memancing Luna agar gadis itu mau membuka suara tentang perasaannya ke Radith.
"Karna sahabat Gue itu gak pernah suka sama Gue, gak sedikitpun. Ceritanya panjang banget, pokoknya Gue sama Dia gak mungkin jodoh, dia cuma anggap gue sahabat dan emang dia itu loyal, Gue gak bisa taruh hati ke dia lebih lama atau gue bakal kecewa berkali - kali," ujar Luna pelan.
"Lagipula, Gue udah punya niat dan emang udah mulai gue lakuin, Gue pingin menyerahkan sepenuhnya hati, pikiran dan hidup Gue buat tunangan Gue itu. Tapi, Tapi ternyata dia malah ngelakuin hal itu. Sedangkan Gue juga gak mau terlalu bergantung sama Sahabat Gue, Gue gak mau makin suka sama Dia."
"Karna itu Gue putuskan buat pindah ke Korea, Gue mau nenangin diri sekaligus lari dari semua orang yang ada di sekitar Gue. Gue gak mau bergantung sama siapapun dan akhirnya terluka sendirian, Gue gak mau lagi," ujar Luna yang dijawab anggukan kepala oleh Lira. Lira mengerti apa yang dirasakan oleh Luna.
"Oke, kalau keputusan Lo udah bulat, Gue bakal temenin Lo ke sana. Gue gak tega biarin Lo sendirian di negeri orang, sedangkan bahasa Korea Lo gak Upgrade sama sekali. Setidaknya ada Gue yang bisa jadi temen sekaligus Translator buat Lo," ujar Lira yang membuat Luna tersenyum senang.
"Makasih ya, makasih banget Lo udah mau temenin Gue, makasih Lo udah mau ikut Gue ke sana. Untuk biaya hidup atau apapun Lo gak usah khawatir, Gue bukan orang miskin kok," ujar Luna dengan nada bercanda. Lira pun menanggapinya dengan mengelus dadanya sendiri. Luna mengerutkan keningnya saat melihat apa yang dilakukan oleh Lira.
"Untung aja Lo anak orang kaya, kalau gak Gue yang repot pasti karna tinggal di negara orang gak punya uang smaa sekali, hahahaha." Mereka tertawa bersama, melepaskan sedikit beban yang ada di benak Luna. Namun tidak dengan Lira, batinnya terasa berat dan merasa bersalah setelah mendengar cerita Luna.
Lira merasa dia seharusnya mengatakan bahwa Radith sangat mencintainya, namun Radith tak bisa mengatakan itu. Lira seharusnya meminta Luna untuk bersama dengan Radith agar mereka berdua bahagia, namun Lira tak melakukan itu, Lira bahkan tak mau Luna tahu jika Radith mencintai gadis itu dengan tulus.
'Maaf, maafin gue yang egois kali ini aja. Lagian Lo gak mungkin balik ke Radith setelah Lo batal nikah, Gue gak rela Radith dijadikan pelampiasan. Maafin Gue.' - batin Lira.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 168 Episodes
Comments
Eline
Lunetta...
tp gw baca nya jadi Nutella mulu..
😁😅
2020-12-18
0
Kimyumi
iss lira Egoiisss
2020-12-15
1
Swastika Yulianti
ich lira ngeselin banget siii..demi radhit dan luna aku baca novel inii..thor bantuu ya radhit dan luna
2020-06-12
1