"Selamat pagi pak Radith, ada yang bisa saya bantu pak?" Pagi itu, Radith langsung memanggil sekretarisnya saat seseorang menelponnya dan menyebutkan sebuah nama. Sekretaris itu datang dengan cepat karna biasanya Radith hanya memanggil Lira dan meminta Lira untuk menyampaikan pesan pada yang lain. Radith langsung meminta data orang yang menelponnya.
"Menurut data yang kita punya, nama dia Caroline pak, bapak ketemu sama dia waktu di gatering perusahaan, dia direktur, atau manager ya pak? Yang jelas bukan dari pulau ini pak, maaf pak, kami belum mengumpulkan data itu karna tidak ada urusannya dengan perusahaan ini," ujar Sekretaris itu yang membuat Radith makin berpikir.
"Dia bukan dari pulau sini, tapi kenapa dia minta saya menjadi tour guidenya? Apa dia dipindah tugas dari sini?" tanya Radith yang tentu tidak diketahui oleh sekretarisnya. Sekretarisnya tidak bertugas untuk mencari informasi pribadi orang – orang yang ada maupun tidak ada di perusahaan ini. Radith langsung meminta sekretaris itu untuk pergi.
"Ah iya, minta Lira untuk datang ke tempat ini dan membawa laptop yang ada di sudut ruangan kalian, cepat ya," ujar Radith sebelum sekretarisnya benar – bena pergi. Radith duduk di kursinya dan menatap ke langit – langit ruangan yang sudah menjadi rumah kedua untuknya. Dia tak mengingat nama Caroline sama sekali, tapi orang itu ingat pada Radith.
"Pak Radith, bapak panggil saya?" tanya Lira setelah mengetuk dan membuka pintu sambil membawa laptop yang diminta oleh Radith. Radith langsung meminta Lira untuk duduk dan menyalakan laptop itu. Lira menuruti apa kata Radith dan mulai menyalakan laptop yang di pegangnya.
"Duduk di sofa aja," ujar Radith yang berdiri dari duduknya dan duduk di sofa, Lira mengikuti Radith dengan perasaan yang campur aduk. Dia tak akan bisa biasa saja duduk di sebelah lelaki yang diam – diam sudah mencuri hatinya. Siapa yang tidak deg deg an duduk dan bertatapan lama dengan seseorang yang disukainya?
"Kamu buka bagian pencarian data, kamu coba cari data Caroline. Ada gak?" tanya Radith yang mendikte Lira namun dia sendiri malah sibu kdengan hal lain. Lira mengangguk dan mengikuti arahan yang Radith berikan. Lira kesulitan untuk mengopreasikan benda yang ada di pangkuannya ini, membuat Radith gemas dan merebut benda itu.
"Sini, lihat dan pelajari bagaimana caranya menggunakan laptop ini," ujar Radith dengan galak dan langsung mengoperasikan laptop dengan lancar. Fokus Lira terpecah antara laptop yang ada di hadapannya dan Radith yang sibuk mengajarinya dengan menunjuk layar laptop. Jari Radith sangat indah di mata Lira. Ah, bagi Lira semua yang ada di rubuh Radith itu indah.
"Hei! Yang ngajak ngomong di sini, otak kamu lari kemana?" tanya Radith yang menyentil dahi Lira dengan cukup keras, membuat pemilik dahi itu mengaduh kesakitan dan memegangi dahinya yang memerah. Lira memajukan bibirnya dan mencoba fokus dengan apa yang Radith tunjukan. Radith mengulangi apa yang dia lakukan agar Lira paham.
"Tidak ada yang tahu isi laptop ini dan tidak ada yang bisa menyentuh laptop ini tanpa ijin dariku. Jadi kalau ada orang yang memintamu untuk mengecek isi laptop ini dan itu bukan aku, jangan pernah mau. Atau kamu sendiri yang akan menanggung akibatnya," ujar Radith yang membuat Lira meneguk slaivanya susah payah.
"Memang isi dari laptop ini apa pak ? Saya harus tahu biar saya gak penasaran dan membukanya sendiri," ujar Lira dengan cengiran di wajahnya. Radith memandang wajah itu dengan sinis, lalu meraup wajah mungkin itu dengan tangan Radith yang berjari panjang dan lentik.
"Wajahnya gak usah ngeselin bisa kalik ya. Isinya itu data semua orang yang ada di perusahaan Wilkinson. Mulai dari Satpam, OB, bahkan sampai Direktur direkturnya. Nah, data ini gak boleh sembarangan dipakai atau disebar, nanti aku yang bakal kena marah sama tuan Wilkinsonnya," ujar Radith yang diangguki oleh Lira.
"Tapi pak, yang namanya Caroline di sini ada tiga, harus pilih yang mana?" tanya Lira saat menemukan tiga nama yang sama, dan ketiganya bukan berasal dari pulau Jawa. Radith mengambil alih laptop itu dan langsung melihat ke arah ketiganya, mengamati dan berusaha mengingat siapa wajah yang pernah bertemu dengannya.
"Ah, ini dia, oke, kamu duduk manis aja di situ sampai saya selesai mempelajari siapa dia," ujar Radith yang akhirnya mengingat nama itu. Radith harus membaca tentang orang ini agar dia nyambung saat diajak bicara. Radith ingat jika Caroline adalah orang yang dibantunya saat gatering, apakah orang itu datang karna terkesan dengaan sikap Radith?
"Lira, apakah menurutmu aku sangat mempesona?" tanya Radith tiba - tiba yang tentu membuat Lira terkaget. Apakah Radith tahu jika Lira sudah menyukai Radith dan Radith menanyakan itu untutk memastikan? Ah, tidak mungkin, Lira tak pernah menunjukkan jika dia menyukai Radith, Radith tak mungkin mengetahuinya dengan mudah.
"Oke gak usah diajwab. Ternyata memang aku sangat mempesona. Aku akan pergi entah sampai nanti siang atau sore, kosongkan jadwalku, aku harus menemui Caroline ini. jika da yang mencariku, bilang saja aku sedang ada urusan penting." Radith mengembalikan laptop itu dan berjalan ke arah lemari kecil bersisi baju – baju untuk Radith.
"Kamu bisa kembali ke ruanganmu. Matikan laptopnya dan jangan sampai orang lain curiga dengan isinya," ujar Radith yang masuk ke dalam kamar mandi di ruangan itu. Lira tak langsung mematikan laptop yang dipegangnya. Melainkan melihat dahulu siapa Caroline yang dimaksud oleh Radith dan mengapa Radith mengatakan itu adalah urusan penting?
"Ah, saingan sama calon bidadari aja udah gak mungkin. Sekarang saingan nambah lagi satu, cantik banget lagi," ujar Lira dengan sedih dan frustasi. Lira mematikan laptop itu dan kembali ke ruangannya dengan lesu. Dia tahu tak mungkin meminta Radith untuk menyukainya, namun sulit sekali jika tahu Radith menyukai yang lain.
"ini cinta ssegi berapa? Aku suka sama dia, si Lunetta suka sama dia, di Caroline suka sama dia, tapi dia gak jelas suka sama siapa. Ah Lira, jangan bermimpi yang tidak – tidak, kentang tetaplah kentang, bagaimana kamu berharap dia memilih kentang dibanding berlian?" ujar Lira pada dirinya sendiri. Lira kembali ke mejanya dan melanjutkan pekerjaannya yang tinggal sedikit.
Sementara itu Radith keluar dari kamar mandi setelah menyegarkan diri dan langsung mengambil ponsel serta dompetnya. Lelaki itu memakai baju yang cukup santai, dia berharap akan terjadi hal baik saat bertemu kedua kalinayd enagn Caroline, misalnya dia akan mengembangkan usaha bersama dengan orang ini.
Radith tak menyapa seorang pun yang ada di ruangan itu, dia bergegas untuk masuk ke dalam lift dan pergi dari tempatnya untuk menjemput Lira yang katanya da di sebuah restoran dekat sini. Radith bergegas menuju restoran itu dan menemui orang yang bernama Caroline. Radith langsung mengenai wajah Caroline yang duduk di dekat pintu.
"Hai, sorry, nunggu lama ya?" tanya Radith yang membuat gadis itu mengdongak. Karin melihat ke arah Radith dan terpaku sejenak, namun akhirnya di tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Karin mempersilakan Radith untuk duduk dan memesan makanan. Radith pun hanya memesan minum karna dia tak merasa lapar.
"Setahuku kamu bukan dari pulau Jawa kan? Kamu dipindah tugas atau Cuma liburan di sini?" tanya Radith membuka pembicaraan agar suasana tidak canggung, meski tetap terasa aneh bersikap ramah dengan orang yang menurutnya masih asing. Namun Radith berusaha tak menampakkan perasaan itu. Radith berusaha untuk bersikap hangat pada Caroline.
"Ah iya, aku diminta buat kerja dan mengelola kantor di sini. Aku masih gak tahu cara kerjanya, dan aku ingat aku save nomor kamu. Sebenarnya kalau kamu gak keberatan, aku pingin minta ajarin sama kamu sih, kalau aku bingung bisa tanya – tanya gitu," ujar Caroline yang membuat Radith mengangguk –anggukan kepalanya.
"Boleh aja sih, siapa tahu ke depannya kita bakal ad aproyek bareng. Walau sebenarnay kita smaa – sama di bawah perusahaan Wilkinson, tapi kalau kita ada proyek kan keuntungan juga buat kita berdua," ujar Radith yang diangguki oleh Caroline. Mereka mengobrol untuk mencairkan suasana dan makin mengenal satu sama lain.
"Ah, aku lupa, aku harus pergi ke toko buku untuk membelikan peralatan sekolah adikku," ujar Caroline saat melihat ke arah jam yang ada di tangannya. Radith menatap jam tangannya dan mendapati waktu masih siang, dia masih bisa mengantar 'tamu' dan teman barunya untuk mencarikan apa yang dia butuhkan di kota baru ini.
"Apa kamu tahu toko buku yang bagus dan murah di sekitar sini? Jika tidak aku akan mengantarmu. Kamu naik apa ke sini?" tanya Radith yang dijawab oleh Caroline. Caroline harus naik taksi karna dia tak membawa ataupun membeli kendaraan di sini, dia masih berusaha beradaptasi sebelum memutuskan akan menerima tawaran dari atasannya atau tidak .
"Ah, taksi online? Akan membutuhkan banyak biaya. Ak uakan mengantarmu, dan kalau kamu mau, aku bisa meminjamkan mobil untuk transportasimu selama di sini atau sampai kamu beli mobil untukmu sendiri," ujar Radith yang membuat Caroline merasa tak enak, lagipula dia tak bisa mengendarainya.
"Baiklah, pikirkan hal itu lagi nanti. Sekarang kita pergi dulu ke toko buku, nanti sore sepertinya aku ada jadwal, jika tak bisa diundur berarti aku haarus egera kembali ke kantorku, ayo," ujar Radith setelah mengeluarkan uang sejumlah bill yang ad adi meja dan langsung meninggalkan restoran itu untuk menuju ke toko buku.
"Terima kasih sudah mau membantuku. Kalau dipikir, kamu selalu membantuku saat kita bertemu, ini seperti takdir," ujar Caroline yang membuat Radith terkekeh. Takdir apanya jika Caroline sengaja menelpon Radith? Tak mungkin kan Radith menolak aatau bersikap sombong pada teman satu perusahaannya? Walau secara teknis mereka bergerak di perusahaan masisng – masing sih.
"Nah, udah sampai," ujar Radith yang memarkirkan mobilnya dan mengjaak Caroline untuk turun. Mereka melihat – lihat buku dan peralatan lain, sementara Caroline memilih, Radith berinisiatif untu kemgnambil keranjang agar tidak kesulitan saat membawa barang yang akan mereka beli. Caroline sendiri langsung tersenyum saat melihat sikap Radith yang snagat manis.
"Wah, udah baik, ramah, ternyata juga peka banget. Pacarable banget ya kamu, hahaha," ujar Caroline yang bergurau, namun sebenarnya dia serius dalam mengatakannya. Caroline kembali memilih barang penting yang mendesak karna besok pagi adiknya harus sudah masuk ke sekolah dan dia belum membeli peralatan apapun.
"Ternyata harga buku dan peralatan tulis yang ada di pulau Jawa jauh lebih murah dari yang ada di bayanganku," ujar Lira yang membuka diskusi dengan Radith, mereka memilih barang sambil mendiskusikan banyak hal, terutama perbedaan suasana ibu kota dan kota di pulau lain, meeski sama – sama ibukota provinsi, tetap saja Rasanya akan berbeda.
"Radith? Lo ada di sini juga? Lo lagi ngikutin gue ya?" Radith langsung membalikkan tubuhnya dan melihat Luna sedang bediri dengan wajah yang sumringah, namun wajah sumringah itu segera berganti dengan wajah bingung dan penasaran melihar Radith membawa keranjang dengan seorang gadis yang pergi bersamanya. Kenapa Luna merasa sedih melihat Radith bersama yang lain?
"Hai, nama aku Caroline, biasa dipanggil Karin. Aku teman Radith, teman baru sih, salam kenal ya," ujar Karin yang ramah sambil mengulurkan tangannya. Luna menerima uluran tangan itu dan menyembutnya sambil menyebutkan nama. Mereka berkenalan dengan riang, Radith langsung menyadari jika Karin memiliki pembawaan yang sama seperti Luna.
"Lo sama siapa di sini?" tanya Radith yang membuat Luna menunjuk ke arah lantai dua. Bodohnya, Radith ikut menengok ke atas padahal dia tak bisa melihat siapa – siapa. Luna sendiri tersenyum puas setelah berhasil mengejai Radith. Radith langsung memandang Luna dengan wajah malasnya, jika tidak ada Karin, pasti Radith sudah menjitak kepalanya.
"Gue sama kak Darrel, dia lagi di atas. Gue mau cari pulpen warna – warni, eh maah ketemu Lo di sini. Emm, kalau gitu Gue nyusul kak Darrel lagi aja, gak enak gue kalau ganggu kalian. Kamu hati – hati ya dekat Radith, dia itu predator loh," ujar Luna sambil menjulurkan lidahnya ke arah Radith dan langsung berlari dari sana.
Radith mengamati Luna, namun dia bisa melihat dan merasakan sesuatu yang berbeda dengan Caroline saat tahu Luna. Apakah ada sesuatu yang terjadi sampai Caroline berubah cara menatap Luna? Apakah hal ini ada hubungannya dengan kepindahan Caroline ke kota ini?
"Eh? Udah selesai belum ini? kalau udah ayo ke kasir sekarang," ujar Radith yang emngagetkan Karin. Gadis itu masih menatap ke arah Luna yang belum hilang dari pandangan mereka, Radith pura – pura tak menyadari itu dan bertindak sewajar mungkin.
"Kayaknya ini dulu deh, kalau nanti butuh yang lain aku beli sendiri aja di sini. Makasih banyak ya udah tunjukin tempat yang bagus dan banyak diskon gini, hehe," ujar Karin yang dianggkui oleh Radith.
Karin membayar belanjaannya dan Radith mengantarkan Karin sampai di rumah dengan selamat, di perjalanan mereka saling berkutar cerita tentang banyaak hal, namun belum cukup untuk Radith mengenal siapa Krin sebenarnya.
"Cari tahu tentang Caroline yang dipindah tugas ke perusahaan Wilkinson kantor cabang kota ini." Radith mematikan panggilan singkat itu setelah cukup jauh dari rumah Karin dan langsung bergegas kembali ke perusahaannya.
*
*
*
*
**Yok bisa Yok Likenya 100 per chapter ehehehehehe
ga deh bercanda, Semoga suka yaaa
love you All**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 168 Episodes
Comments
Kimyumi
pusing aqu nebak nya thorr
si radit suka ama siapa sihh
2020-12-15
0
VanillaLatte
ooh kisah radith ini seblum luna nikah yah. berarti smlm luna kekorea dong. berarti bener liora adalah lira yg nemenin luna sewaktu di korsel
2020-06-02
2
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ➣⃗𝐩𝐎𝐨ӀӀ̶꒷≛ °ㅤ
llnjut
2020-06-02
2