Bab 6

'Siapkan semua berkas yang diperlukan untuk perijinan perluasan pabrik. Saya tunggu satu jam.'

Pesan yang didapat oleh Lira membuat gadis itu masih merasa dia ada di perusahaan Wilkinson. Meski hari ini dia sama sekali tidak bersemangat seperti biasanya, dia terus memikirkan uang sekolah adiknya. Apakah dia bisa meminta pinjaman ke perusahaan ini? Tapi bagaimana mungkin? Dia bahkan belum bekerja lebih dari satu minggu.

" Gak tahu ah, mending kerja yang bener, terus nanti dipikir lagi solusinya," ujar Lira yang langsung menyiapkan segala berkas yang tadi sudah dia pelajari, dia sudah dibebas tugaskan dari tugas yang naeh dan kini dia sungguh menjadi ekretaris pribadi Radith.

" Pak, semua berkas ssudah siap," ujar Lira pada telpon yang dia genggam. Gadis itu menutup kembali telpon dan merenung. Dia membutuhkan uang tiga juta rupiah, mungkin bagi Radith dan sebagian orang di dunia ini, nominal itu sedikit, namun tidak bagi Lira, dia sangat bingung kemana harus mencari uang itu.

" Apa aku membayarmu untuk melamun? Mana berkas yang aku minta? Apa sudah kamu pelajari? Saya mau kamu yang mengurus semua, apa saya bisa mengandalkan kamu?" tanya Radith dengan dingin. Lira menganggukkan kepalanya dengan sopan, tidak kaget dengan sikap Radith yang seperti itu. di pagi hari dia sehangat matahari, namun menjelang siang, dia dingin seperti beruang kutub.

" Ah, kau masih punya waktu setengah jam sebelum kita berangkat. Panggilkan OB dan minta dia untuk membersihkan ruanganku," ujar Radith yang langsung berlalu dan kembali ke ruangannya. Lira mengepalkan tangan dan memejamkan mata untuk kali ini. Dia bisa menerima sikap dingin Radith, namun dia tidak bisa menerima Radith yang suka memerintah.

" Lira, saya mau minta tolong, tolong panggilkan OB untuk membersihkan ruangan saya, terima asih ya," ujar Lira pelan pada dirrinya sendiri. Dia tidak suka diperintah, dia lebih senang jika orang lain meminta tolong. Meski sebenarnya Radith memiliki hak penuh untuk memerintahnya.

' Lira, tolong panggilkan OB dan minta dia untuk datang ke ruanganku, terima kasih. (apa kau puas sekarang? Berhenti mengomel di belakangku, aku tahu semua)'

Lira langsung memelototkan matanya saat melihat pesan itu, dengan cepat Lira bergegas untuk memanggil OB, dia masih belum terbiasa dengan Radith dan sistem suara yang ad adi perusahaan ini, bahkan seperti Radith bisa mendengar apa yang ada di dalam hatinya.

Sementara itu Radith masuk ke dalam kamar yang ada di ruangannya dan mengunci piintu kamar itu dari dalam. Radith berjalan pelan di kamar itu, bahkan Radith masih bisa mencium aroma favorit Luna karna hanya Luna yang menggunakan ruangan ini. entah mengapa Radith sangat merindukan Luna.

" Hah, panggil gue si bodoh. Bahkan gue ganteng dan sekarang udah mapan, tapi gue masih aja suka sama Lo. Apa ada yang lebih buruk dari ini?" tanya Radith yang membuka sebuah laci dan terdapat foto Luna yang dia ambil tanpa permisi.

" Bahkan Lo tetap cantik padahal fotonya candid. Gimana gue gak suka sama Lo coba? Seandaianya waktu itu gak ada Blenda, apa kejadiannya bakal lain ya Lun?" tanya Radith pada dirinya sendiri. Lelaki itu merebahkan dirinya di kasur dan menghirup udara dengan intens, seakan merasakan kehadiran Lunetta di sana. Radith memejamkan mata sejenak sampai ponselnya berbunyi.

" Pak, sudah setengah jam, kita harus berangkat sekarang jika tidak ingin terjebak macet dan terlambat menemui pengacara serta pemilik tanah itu," ujar seseorang yang menelpon Radith dengan telpon kantor. Kemungkinan gadis itu sudah mengirim pesan ke Pcnya, namun dia tak melihat PC itu karna berada di dalam kamar.

" Baiklah, kamu tunggu di parkiran, saya bakal nyusul. Pastikan gak ada kesalahan dan gak ada yang ketinggalan. Saya gak mau," ujar Radith yang langsung mematikan sambungan telpon dan mengambil jasnya untuk menemui pemilik tanah itu, Radith berharap Lira bisa membujuk pemilik tanah itu dengan kecerdasannya.

*

*

*

" Terima kasih sudah mau menemui kami dan mendengar alasan kami ingin membeli tanah bapak. Saya harap bapak bisa mempertimbangkannya, karna investasi ini bagus untuk jangka panjang," ujar Radith yang menjabat tangan pria setengah tua yang ada di hadapannya.

" Aku kagum dengan gadis ini, jika bukan karna penyampaiannya yang bagus dan menyenangkan, aku tidak akan mau mempertimbangkan untuk menjual tanah warisan keluargaku. Kamu harus pertahankan dia jika kamu mau usaha kamu berkembang dengan pesat," ujar pria itu yang membuat Radith tersenyum, meski dalam hati dia agak sedikit dongkol, namun dia tetap memberikan senyum terbaiknya.

" Asal sesuai dengan perjanjian dan menguntungkan untukku, aku akan menyetujuinya. Tapi ingat, aku boleh membeli kembali tanah yang sudah kau beli jika kau melakukan pelanggaran kontrak, aku tahu banyak orang kaya yang picik dan licik, tidak menutup kemungkinan kamu adalah salah satunya."

" Anda bisa percayakan pada saya. Syarat apapun yang anda minta, jika memang itu wajar dan tidak berlebihan, saya akan berusaha yang terbaik untuk kerja sama ini," ujar Radith yang dijawab anggukan serta senyuman dari pria itu. Radith kembali menjabat tangannya, dan kali ini mereka membiarkan pria itu pergi dan Radith kembali duduk dengan wajah yang kesal.

" Lo lihat wajahnya? pria itu sangat mesum dan bahkan tak hanya fokus sama Mulut Lo yang berbicara. Melihatnya aja udah bikin gue kepiingin merontokkan giginya yang tak rapi itu. kenapa Lo masih bisa senyum dan gak protes sama sekali sih?" tanya Radith yang membuat Lira tertawa, bahkan dia sudah sering menemukan yang lebih buruk.

" Selama dia gak sentuh atau saya, saya tidak keberatan. Toh tidak terlalau merugikan saya, dan diamnya saya bisa membuat dia meluluhkan hatinya dan mempertimbangkan untuk menjual tanah yang strategis itu," ujar Lira dengan santai, namun masih tak membuat Radith merasa puas.

" Itu namanya dia pelecehan, pelecehan secara verbal. Bisa aja dia gue jeblosin ke penjara, taapi gue amsih mikir, dia kayanya nanggung, kalau dipenjara pasti keluarganya bakal jatuh," ujar Radith yang kembali membuat Lira terkekeh, dia tak menyangka Radith begitu mempermasalahkan hal itu, padahal Lira tidak begitu merasa keberatan.

" Sudah pak, yang penting kita sudah dapatkan lampu hijau dari orang itu, saya akan persiapkan surat kontrak sedetail mungkin agar tidak rancu dan prosesnya cepat," ujar Lira yang diangguki oleh Radith, namun lelaki itu langsung tersadar sesuatu dan menatap Lira dengan picingan mata. Dilihat seperti itu tentu membuat Lira merasa gugup.

" Apa peraturan dari gue aklau Lo lagi berdua sama gue di luar kantor? Coba ulangi perkataan Lo pakai peraturan ini," ujar Radith yang seperti biasa hanya memberi perintah pada Lira.

" Euum, udah, yang penting kita dapat lampu hijau dari dia. Gue bakal siapin semua dengan detail biar ga rancu dan prosesnya cepat," ujar Lira yang mengulangi perkataannya, meski sedikit beda, namun artinya tetap sama.

" Good girl. Sebagai tanda terima kasih gue karna Lo udah bantuin gue, gue baal traktir Lo kemana pun yang Lo mau, Lo tinggal sebut nama dan dimana Lo bakal makan," ujar Radith dengan senang karna moodnya membaik setelah orang itu mempertimbangkan untuk bekerja sama dengan Radith.

" Eum, kalau boleh, gue mau minta gaji gue sedikit di awal ini, sisanya waktu gajian. Gue benar – benar lagi butuh uang. Eh tapi gue gak minta, anggap aja hutang dan dibayar pakai gaji gue," ujar Lira dengan gelagapan karna Radith mengerutkan keningnya saat gadis itu membahas uang.

" Lo butuh berapa dan buat apa?" tanya Radith penasaran.

" Gue butuh 3 juta, itu buat bayar sekolah adik gue, kalau gak dibayar dia gak bisa ikut ujian, kalau dia gak ikut ujian dia gak bakal naik kelas, otomatis bakal keluar uang sekolah lagi," ujar Lira dengan helaan napas berat dari dalam dirinya.

" Urusan sekolah adik Lo itu bukan urusan gue, gue kan mintanya Lo pilih mau ditraktir dimana, bukan ke yang lain – lain," ujar Radith dengan sewot. Lelaki itu langsung berjalan ke arah mobilnya, meninggalkan Lira yang langsung merasa pusing.

" Oke, karna Lo nolak, gue yang bkal pilih tempatnya," ujar Radith yang langsung masuk ke dalam mobil, diikuti oleh Lira dari arah lain. Mereka duduk tenang dengan Lira yang hanya menunduk dan memikirkan nasib adiknya, dia harus mendapat pinjaman secepatnya jika memang perusahaan tak mau meminjaminya.

" Nah, udah sampai," ujr Radith yang membuyarkan lamunan Lira. Gadis itu menengok sekitar dan mendapati taman kota dengan banyak anak kecil yang sedang bermain. Lira langsung bingung kenpa Radith mengajaknya ke tempat ini, padahal leaki itu bilang mau menraktirnya, apakah di tempat yanag seperti ini?

" Lo gak mau turun? Kalau gak mau gue kunci pintunyaa dari depan, biar engap Lo di dalam sana," ujar Radith yang membuat Lira tersadar dan langsung bangkit dari duduknya, keluar dari mobil dan memebiarkan supir untuk mencari tempat parkir sementara Radith dan Lira berjalan menyisir setapak sambil melihat bunga yang ada di sana.

" Gue dulu pernah ke sini sama Lunetta. Kalau gak salah ingat, dia jatuh dan gue harus gendong dia, itu semua Cuma karna dia pingin makan sesuatu dan gue gak bisa nolak permintaan dia, padahal pesan juga bisa, tapi gue lebih suka gendong dia," ujar Radith tiba – tiba yang membuat Lira sedikit sedih, lelaki itu hanya memikirkan orang yang tak memikirkannya.

" Apa Lo gak capek berharap tiap hari? Apa Lo gak capek cinta sama dia padahal dia udah jadi pacar orang lain? Bahkan mereka mau menikah kan? Kalau mereka nikah, Lo siap patah hati?" tanya Lira yang membuat Radith menedongak dan menatap biji mata gadis itu dalam.

" Gue gak ada bilang mau ganggu hubungan mereka, gue gak ada bilang gue gak siap kalau dia nikah. Asalkan dia bahagia sama pilihannya, ya gue juga bahagia buat dia," ujar Radith yang secara spontan dijawab decihan oleh Lira.

" Klasik banget tahu gak sih? Lo terluka demi orang yang Lo sayang, seakan Lo gak berhak buat bahagia. Gue gak tahu apa yang terjadi sama kalian sampai dia punya pacar dan Lo masih stuck. Tapi yang gue tahu, kalau dia udah bersama kebahagiaannya, Lo harus cari kebahagiaan Lo, kemerdekaan buat hati Lo," ujar Lira yang diakhiri dengan senyum tipis.

Radith tersenyum saat Lira berjalan di depannya setelah mengatakan itu. mereka kembali berjalan sambil melihat beberapa anak yang sedang bermain kelereng, bermain bola, atau sekadar berlari larian, seolah mereka tak memiliki beban hidup samaa sekali. Apakah itu yang dirasakan semua orang saat mereka masih kecil?

Radith melihat penjual gula kapas. Lelaki itu langsung menarik tangan Lira dan mengajak gadis itu untuk membeli gula kapas, namun Lira tampak enggan menatap gumpalan gula yang ada di sebuah wadah itu. hal itu tentu membuat Radith kembali terdiam. Apakah Lira juga tak menyukai gula kapas?

" Gula kapas memang enak sih, tapi gue udah lama jadi musuhnya gula kapas, gue dilarang buat makan begini, perintah pelatih Gym gue kayak gitu," ujar Lira sambil mengedikkan bahunya. Jujur saja, Radith kecewa dengan respon Lira, namun dia tak bisa memaksa Lira untuk memakan sesuatu yang tidak dia suka.

Karna sudah ada di sana dan penjual sangat berharap Radith membeli dagangannya. Radith akhirnya memborong semua bungkusan yang ada di sana dan membagikannya pada supir serta penjaga yang ada di sekitar mereka, hal itu kembali membuat Lira tersenyum, Radith yang hangat telah kembali. Radith yang senyumnya bisa membuat siapapun meleleh hanya dengan melihat.

" Lo jangan lihat gue lama – lama, nanti Lo jatuh cinta," ujar Radith santai sambil melihat dan mencari sesuatu untuk dimakan. Lira langsung memalingkan wajahnya. Dia merasa pipinya bertambah panas, namun dia tak mau Radith tahu dan menjadikannya bahan bullyan. Lebih baik dia berpura – pura untuk melihat anak – anak yang bermain.

" Kalau Lo gak suka dan gak akan suka, atau paling enggak mau rahasiain dari gue kalau Lo suka sama gue, Lo harus bisa menghindari pertanyaan kayak gitu, Lo harus bisa jawab dengan lugas dan percaya diri, bagus lagi Lo gak bohong soal perasaan Lo sih," ujar Radith dengan santai.

" Gue, gue gak suka sama Lo. Mana mungkin gue suka sama Lo, Lo itu suka ngatur, galak, punya banyak sifat dan menyebalkan, bukan tipe gue banget," ujar Lira yang sudah mengumpulkan sisa – sisa keberanian yang dia punya. Radith langsung menhentikan langkahnya dan menatap Lira.

" Coba Lo ngomong kayak gitu, tapi kali ini lihat mata gue. Kalau Lo berhasil ngomong, gue anggap gue salah tentang persepsi gue," ujar Radith yang membuat Lira meneguk salivanya.

" Lo gak beranai? Lo beneran suka sama gue?" tanya Radith yang kini ikut terkejut, padahal dia hany bergurau saja

" Lo? Lo beneran suka sama gue? Gue?" Radith mengulangi pertanyaannya akrna Lira tak menjawabnya.

" Enggak kok, jangan salah paham, gue gak mau lihat karna gue tahu gak sopan kayak gitu ke bos sendiri," ujar Lira yang masih memalingkan wajahnya dari Radith dan menajwab dengan lancar.

" Baguslah, jangan pernah suka sama gue, udah cukup satu hati hancur karna gue. Gue gak mau lo menyesal dan berakhir seperti Luna," ujar radith pelan sambil memalingkan wajahnya agar Lira tak mendengar pertanyaannya.

*

*

*

Jangan Lupa Like, Comment, Favorit dan share ke teman – teman kalian agar kisah ini tersampaikan sampai penjuru dunia. ( hahaha, lebay deh Authornya)

See you and Love you.

Terpopuler

Comments

nur.B 2890

nur.B 2890

gw suka karakter radith...

2020-12-14

0

🌸 S U C I A G N I A 🌸

🌸 S U C I A G N I A 🌸

Sumpah babang Radith sama gue aja sini

2020-12-10

0

💤💤💤

💤💤💤

bagus kak teruskan.

aku menggalkn jejak

2020-05-20

0

lihat semua
Episodes
1 1. Bab 1
2 2. Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Chapt 102
103 Chapt 103
104 Chapt 104
105 Chapt 105
106 Chapt 106
107 Chapt 107
108 Chapt 108
109 Chapt 109
110 Chapt 110
111 Chapt 111
112 Chapt 112
113 chapt 113
114 Chapt 114
115 Chapt 115
116 Chapt 116
117 Chapt 117
118 Chapt 118
119 Chapt 119
120 Chapt 120
121 Chapt 121
122 Chapt 122
123 Chapt 123
124 Chapt 124
125 Chapt 125
126 Chapt 126
127 Chapt 127
128 Chapt 128
129 Chapt 129
130 Chapt 130
131 Chapt 131
132 Chapt 132
133 Chapt 133
134 Chapt 134
135 Chapt 135
136 Karya Baru Gaessss
137 Chapt 136
138 Chapt 137
139 Chapt 138
140 Chapt 139
141 Chapt 140
142 Chapt 141
143 Chapt 142
144 Chapt 143
145 Chapt 144
146 Chapt 145
147 Chapt 146
148 Chapt 147
149 Chapt 148
150 Chapt 149
151 Chapt 150
152 Chapt 151
153 Chapt 152
154 Chapt 153
155 Chapt 154
156 Chapt 155
157 Chapt 156
158 Chapt 157
159 Bab 158
160 Chapt 158
161 Chapr 159
162 Chapt 160
163 Chapt 161
164 Chapr 162
165 Chapt 163
166 Chapt 164
167 Chapt 165
168 Chapt 166 - LAST
Episodes

Updated 168 Episodes

1
1. Bab 1
2
2. Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Chapt 102
103
Chapt 103
104
Chapt 104
105
Chapt 105
106
Chapt 106
107
Chapt 107
108
Chapt 108
109
Chapt 109
110
Chapt 110
111
Chapt 111
112
Chapt 112
113
chapt 113
114
Chapt 114
115
Chapt 115
116
Chapt 116
117
Chapt 117
118
Chapt 118
119
Chapt 119
120
Chapt 120
121
Chapt 121
122
Chapt 122
123
Chapt 123
124
Chapt 124
125
Chapt 125
126
Chapt 126
127
Chapt 127
128
Chapt 128
129
Chapt 129
130
Chapt 130
131
Chapt 131
132
Chapt 132
133
Chapt 133
134
Chapt 134
135
Chapt 135
136
Karya Baru Gaessss
137
Chapt 136
138
Chapt 137
139
Chapt 138
140
Chapt 139
141
Chapt 140
142
Chapt 141
143
Chapt 142
144
Chapt 143
145
Chapt 144
146
Chapt 145
147
Chapt 146
148
Chapt 147
149
Chapt 148
150
Chapt 149
151
Chapt 150
152
Chapt 151
153
Chapt 152
154
Chapt 153
155
Chapt 154
156
Chapt 155
157
Chapt 156
158
Chapt 157
159
Bab 158
160
Chapt 158
161
Chapr 159
162
Chapt 160
163
Chapt 161
164
Chapr 162
165
Chapt 163
166
Chapt 164
167
Chapt 165
168
Chapt 166 - LAST

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!