Radith memegang kepalanya yang tiba – tiba saja terasa pening. Radith tak tahu apa yang ada dipikirannya, dia hanya merasa gelisah tentang hal yang bahkan tak tahu sebabnya. Lelaki itu hanya membolak balik berkas tanpa membacanya, sampai akhirnya dia emosi dan langsung melempar map ituke meja. Radith memejamkan matanya cukup lama untuk menenangkan pikirannya.
"Gue kenapa sih? Kenapa Gue takut kalau tuh anak suka sama Gue? Harusnya Gue bodo amat, kan dia yang suka sama Gue, Gue juga udah kasih peringatan. Kenapa gue malah ngerasa bersalah sama dia sih?" Radith berdiri dari duduknya dan berjalan ke balkon yang ada di ruangan itu, dia ingin mencari udara segar.
"Udah lah, Lo gak usah lagi mikirin dia, Lo harus fokus sama Luna. Bisa gawat kalau tuh anak depresi. Lo harus lakuin sesuatu," ujar Radith pada dirinya sendiri. Radith terdiam beberapa saat sampai akhirnya dia meminta Lira untuk datang ke ruangannya. Dia ingin menegaskan pada Lira untuk menghapus perasaan padanya, Lira tidak boleh menyukai Radith.
"Gue gak mau karna Gue kasihan sama Lo, gue jadi harus berkorban sama hati gue sendiri. Gue gak mau, semoga Lo benci sama Gue," ujar Radith pelan sebelum akhirnya dia membuka mata karna pintu ruanganna terbuka dan Lira masuk ke dalam ruangannya dengan wajah yang sumringah dan senyu yang merekah.
"Kalau kamu senyum – senyum hanya untuk menarik perhatian saya, saya akan membuat kamu tidak bisa tersenyum sama sekali. Selalu ingat apa yang kemarin saya katakan," ujar Radith yang tak membuat Lira melunturkan senyumnya. Lira mendekat ke arah Radith, namun lelaki itu sama sekali tak mau melihat ke arahnya.
"Saya harus profesional dan tersenyum saat menghadap atasan saya, tidak ada yang membawa perasaan di sini, pak Radith tidak perlu merasa terbebani karna saya bukan tipe pengejar cinta yang sampai sebegitunya," ujar Lira dengan tenang dan sorot mata yang penuh kejujuran. Radith sendiri langsung menatap lurus ke arah mata gadis itu.
"Bagus, sekarang, aku akan memberikan tugas yang sesuai dengan passionmu. Kau harus menghafalkan bahasa Korea dan bahasa Jepang seta penggunaaannya," ujar Radith yang tentu membuat Lira terbingung. Dia tidak pernah mengtahui atau mempelajari kedua bahasa itu, dia juga tidak menyukai drama Korea.
"Saya memiliki feeling Luna akan pindah ke salah satu dari dua negara itu, kamu harus mempelajarinya dan nantinya kamu akan saya kirim untuk jadi teman sekaligus penjaganya. Saya tahu kamu punya kemampuan bela diri yang bagus, jadi saya tidak akan khawatir lagi," ujar Radith tanpa beban dan bahkan tak menanyakan pendapat Lira.
"Maaf pak, saya tidak pernah tahu kedua bahasa itu dan bahkan saya tidak mengenal Lunetta. Saya tidak bisa melakukannya, lagipula, dia anak dari keluarga Wilkinson, bukankah keluarga Wilkinson memiliki banyak pengawal hebat? Saya tidak cukup hebat dan pantas untuk melakukan tugas ini," ujar Lira dengan sopan namun sangat tegas.
"Sayangnya saya tidak memberimu pilihan untuk menolak. Saya ingin mengirim kamu ke Korea atau Jepang bersama dengan Lunetta. Saya akan mempercayakan wanita yang saya cintai kepada kamu," ujar Radith yang membuat senyum Lira benar- benar hilang. Sepertinya lelaki itu berusaha untuk menghantam hati Lira agar gadis itu tak menyukainya bahkan jika itu hanya sedikit.
"Sekali lagi maaf pak, saya tidak bisa. Saya memiliki banyak tanggung jawab di sini, saya juga harus menjaga adik saya dan saya juga tidak ingin pergi ke luar negeri. Saya lebih baik mengundurkan diri dari tempat ini dibanding harus meninggalkan adik saya," ujar Lira dengan kalem. Jawaban itu tentu tidak disukai oleh Radith.
"Baik, kalau kamu gak mau, kamu boleh pergi dari perusahaan ini. Tapi saya kasih kamu waktu tiga hari untuk mengembalikans emua yang sya aberikan untuk kamu. Saya memberikan itu sebagai fasilitas kamu yang menjadi pegawai saya, kalau kamu memutuskan untuk pergi secara sepihak, aku tidak bisa memberimu semua fasilitas itu," ujar Radith yang membuat Lira bimbang.
"Saya tidak menyangka semua yang pak Radith berikan ternyata tidak tulus. Baiklah, saya akan melakukaannya, tapi saya minta kenaikan gaji yang sesuai dengan tugas saya, serta jaminan untuk kesejahteraan adik saya," ujar Lira yang membuat Radith sedikit kagum. Radith tak menyangka Lira seperti ini.
"Wah, kamu sangat berani. Tapi baiklah, saya akan kabulkan semua itu dan saya akan beri gaji sesuai permintaan kamu selagi itu wajar. Sekarang kamu silakan pelajari dan saya akan atur bagaimana kamu akan bertemu dengaan Luna. Jangans ampai dia tahu kamu adalah orang saya, dan dekati dia senatural mungkin."
"Saya akan lakukan walau saya tidak ingin melakukannya. Kalau begitu saya kebali ke ruangan saya untuk menghafal bahasa Kora dan Jepang seusai permintaan pak Radith. Saya permisi," ujar Lira yang mendadak dingin dan langsung keluar dari ruangan itu tanpa menunggu jawaban Radith.
"Emang Lo siapa? Lo siapa? Ih, Lo itu ngeselin banget. Ih, mati aja sih Lo." Lira terus memukul sebuah guling kecil dimana foto Radith terpasang di sana. Lira tahu Radith akan melihatnya, namun dia juga yakin Radith tak akan mempermasalahkan hal tersebut. Apalagi Lira terpaksa melakukan perintahnya dan Radith tahu Lira mudah memberontak jika Radith mempersulit dirinya.
*
*
*
Sesuai dengan intruksi yang diberikan oleh Radith, Lira mendatangi sebuah kursus kebudayaan Korea, sepertinya Luna akan pergi ke Korea, hingga dia memilih untuk lebih mempelajari bahasa Korea dibanding Jepang. Lira bersyukur karna otaknya di atas Rata – rata hingga dia mudah menghafal bahasa sekaligus arti dan penggunaannya.
"Annyeong Haseyo, Lira Imnida." Lira menyapa Luna yang tampak kebingungan, namun Luna juga menjawab saapan itu dengan ramah. Mereka sedikit emngobrol untuk perkenalan, dan Luna sendiri langsung kagum karna kemampuan bahsa Lira yang cukup baik, bahkan jauh lebih baik darinya higga Luna mengira Lira sudah menguasahi bahasa itu.
"Ah, Gue belajar Korea karna Gue punya cita – cita untuk pergi ke Korea dan menetap di sana, Gue tertarik dengan semua hal tentang Korea, makanya Gue ikut kursus ini, kalau Lo sendiri gimana?" tanya Lira dengan ramah. Lira menatap setiap inti wajah Luna yang terukir sempurna.
"Wah, sama dong, Gue juga ada pikiran buat menetap di Korea, tapi Gue masih takut dan ragu, makanya Gue mau ikut kursus ini, kalau emang Gue bisa menerima budaya saya, Gue bakal pergi ke sana," ujar Luna yang disambut senyum merekah Dari Lira. Lira menganggukan kepalanya dengan semangat dan memegang tangan Luna.
"Gue harap kita bisa jadi teman dan kalau emang Lo berminat buat pergi ke sana, Gue mau pergi sama Lo, karna yang gue tahu biaya hidup di sana kan mahal banget. Kalau kita mau sama – sama berjuang di sana kan kita bisa bagi dua bayar rumahnya," ujar Lira dengan kekehan, seakan dia tidak tahu Luna anak orang berada.
"Wah, ide bagus. Nanti kalau gue beneran pergi, Gue bakal ajak Lo, Lo juga bisa kerja sama Gue sebagai penerjemah. Oh, atau Lo sukarela karna Lo udah jadi teman gue, hehehe," ujar Luna yang membuat Lira tersenyum dan mengangguk.
'pantas aja pak Radith sampai gila karna nih anak. Nih anak polos banget dan gampang percaya sama orang asing. Coba kalau gue orang jahat, apa gak gue manfaatin nih anak polos. Polos gini punya daya tarik sendiri.' – batin Lira yang membuatnya makin insecure dan merasa tak pantas ingin memiliki Radith.
"Lo udah jadi teman gue kan? Gue bisa curhat sama Lo gak? Tapi Lo gak boleh mikir gue lebay atau cringe, gue gak mau, Gue gak tahu maau cerita ke siapa, gue gak punya teman yanag dekat lagi sekarang," ujar Luna yang kembali membuat Lira bingung. Lira menganggukan kepalanya dan menunggu Luna mengatakan apa yang mengganjal di hatinya.
"Ah enggak, Gue mau tanya aja sama Lo. Menurut Lo, Lo lebih milih suka sama orang atau disukai sama orang? Terus kalau misal ada orang yang sayang sama Lo, tapi dia malah khianatin Lo buat orang lain, Lo bakal gimana?" tanya Luna dengan wajah bingungnya.
"Kalau Lo tanya Gue, Gue lebih pilih suka dan sayang smaa orang walaupun orang itu gak suka sama Gue. Emang sih sakit, tapi setidaknya gue bahagia kalau orang yang gue suka dan sayang juga bahagia," ujar Lira dengan pandangan yang mengawang. Lira tak menatap ke arah Luna, dia takut Luna bisa membaca sorot matanya.
"Dan kalau tentang pertanyaan kedua. Gue bakal pilih tinggalin dia dan gue maafin dia. Kenapa? Karna kalau dia sayang, dia gak mungkin khianati Lo. Tapi bukan berarti itu jadi alasan Lo benci sama dia. Jadi Lo harus maafkan dia dan gak balik lagi ke dia," ujar Lira yang membuat Luna merenung.
"Gitu ya? Makasih ya pencerahannya, bisa buat pertimbangan gue,besok – besok kalau Gue mau curhat, Gue curhat ke Lo ya?" tanya Luna yang diangguki oleh Lira. Lira awalnya kesal karna harus mengurus bayi besar seperti Luna, namun kini Lira mengerti kenapa Radith sangat mengkhawatirkan Luna.
"Ah iya, Lo tinggal dimana? Gue antar mau gak? Sekalian gue mau tahu rumah Lo biar bisa main," tanya Luna yang ditolak halus oleh Lira. Lira tak akan membiarkan Luna tahu tentangnya dan menyelidikinya. Dia hanyaa perlu menutupi identitasnya di hadapan Luna dan Radith akan mengurus sisanya. Luna sendiri tampak kecewa, namun dia menghormati alasan Lira yang masuk akal.
"Kalau gitu Gue pulang dulu. Makasih udah mau jadi teman baru Gue. Gue bahagia punya temen," ujar Luna yang diangguki lagi oleh Lira. Luna langsung amsuk ke dalam mobilnya dan meninggalkan Lira yang menunggu sampai mobil luna hilang dari pandangannya.
Sebuah mobil berhenti di hadapan Lira dan gadis itu langsung masuk ke dalamnya. Lira tahu jika mobil itu dikirim oleh Radith untuk mengantarnya. Bahkan kini Lira sudah tak tinggal lagi di rumah kumuh itu, Radith membelikan apartemen atas namanya untuk tempat tinggal dirinya dan adiknya. Untungnya adiknya mengerti dan tak banyak bertanya.
"Bagus Lo udah lakuin apa yang gue minta. Gue akan lakukan sesuai dengan perjanjian kita. Tapi Lo harus pastikan adik Lo tutup mulut. Gue gak bisa lakukan apa – apa karna Cuma dia yang Lo punya. Tapi jangan anggap gue terlalu baik hati, pastikan dia tahu batasnya." Baru saja Lira mengangkat panggilan, suara besar itu sudah menganggu telinganya.
"Bisa gak kalau telpon itu ucap salam dulu, yang maanis, yang sopan? Ini bukan jam kejra dan gue masih kerja. Kurang setia apa gue sama Lo?" tanya Lira yang membuat Radith terdiam. Lira yang menyadari kesalahannya langsung gelagapan.
"Ma.. maksud Gue.. itu.. Kurang setia apa gue sama perusahaan Lo.. gitu, jangan, jangan salah paham."
Lira tak mendengar jawaban Radith karna lelaki itu langsung mematikan panggilannya. Lira merasa bodoh dan gegabah, dia sudah mengatakan pada Radith dia tak akan menyukai lelaki itu, namun mulutnya bekerja lebih capet dari otaknya sendiri.
"Bikin malu aja Lo. Duh, Lo tuh gak suka sama Dia. Lo harus sadar, Lo itu terlalu batu kali buat dia yang batu berlian. Sadar diri woy, kentang gak mungkin jadi emas batangan."
Lira terus mengomel pada dirinya sendiri sepanjang perjalanan. Untung saja supir yang mengantar Lira menulikan telinganya hingga dia bahkan tidak tersenyum melihat tingkah Lira.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 168 Episodes
Comments
Alvi Danis
Lanjut
2020-06-10
1