Bab 8

Tak ada hari minggu bagi Radith, lelaki itu tetap masuk ke kantor meski sepi. Dia hanya tak tahu ingin menghabiskan waktu kemana. Biasanya dia akan pergi ke rumah Luna dan meneumpang makan, tidur atau main di sana, namun kini Darrel sudah pulang, Luna pasti bersama lelaki itu dan Radith hanya akan menganggu mereka.

Memang sudah seharusnya seperti itu kan? Luna bersama dengan kekasihnya dan Radith mau tidak mau harus menjadi baik – baik saja akan hal itu. Radith hanya merebahkan dirinya di sofa dan bermain game. Padahal dia sudah merasa bosan, namun dia tetap memaksakan diri sampai akhirnya dia emosi dan melempar ponselnya entah kemana.

"Gue mau kemana? Gue harus apa? Gila, biasanya juga gak gini, biasanya baik – baik aja. Kenapa sekarang gue ngerasa bosen banget? Rasanya kayak ada yang kurang, apa ya?" tanya Radith pada dirinya sendiri. Lelaki itu menggelengkan kepalanya dan memaksa otaknya untuk berpikir, apa yang dia inginkan sebenarnya.

Mata Radith langsung tertuju ke arah pintu. Lelaki itu memungut ponselnya dan segera keluar dari ruangan melalui pintu itu. Dia melihat isi ruangan karyawan yang berisi tujuh orang termasuk Lira. Lelaki itu masuk dan mengecek semua barang yang ada di sana. Mulai dari meja bagian bendahara, sekretaris dan berakhir di meja Lira.

Radith berdehem dan melihat sekitar, sikapnya saat ini persis seperti penguntit atau pencuri yang sedang beraksi, padahal dia ada di kantornya sendiri. Lelaki itu membuka laci meja milik Lira, namun tak ada apapun di sana. Bahkan memang tak ada benda apapun di meja Lira. Apakah gadis itu selalu membawa pulang pekerjaannya?

"Dasar! Buku yang gue kasih itu kan buku penting, harusnya gak sembarangan dibawa pulang gitu dong. Gak bisa gue diemin nih, harus gue samperin nih," ujar Radith yang langsung berdiri dan keluar dari ruangan itu menuju lantai dasar sebelum akhirnya masuk ke dalam mobilnya dan pergi meninggalkan gedung yang dijaga beberapa security itu.

Radith emiliki ingatatn yang bagus, dia masih ingat jalan untuk masuk ke rumah Lira, namun dia memilih memarkirkan mobilnya di depan minimarket dan berjalan melewati gang kecil agar tidk kesulitan. Lelaki itu sedikit meringis. Baginya, lingkungan rumah Lira cukup kecil dan cenderung kumuh, beda jauh dengan gaya hidupnya dan orang di seikitarnya.

Lelaki itu sudah berdiri di depan sebuah rumah dengan pintu yang terbuka. Saat dia akan mengetuk, dia melihat seorang anak kecil keluar dari dalam rumahnya dan terkejut dengan kehadirannya, namun dia hanya tersenyum dan langsung berlari lagi, entah ingin pergi ke mana.

"Maling? Mana ada maling anak kecil imut kayak gitu? Wah, kayaknya harus gue ikutin tuh," ujar Radith yang sedikit berlari agar tidak ketinggalan jejak anak kecil itu. Apalagi Radith melihat anak itu membawa sesuatu, mungkin saja anak kecil itu memang mencuri sesuatu dari rumah Lira. Namun Radith langsung membuang pikiran tersebut saat tahu kemana anak kecil itu pergi.

Anak kecil itu tampak memberikan sesuatu pada seseorang yang paling dewasa di sana. Rupanya yang dia bawa adalah spidol hitam, orang dewasa itu sendiri tersenyum dan mulai menuliskan huruf huruf dan angka – angka di papan tulis itu. Di dekat orang itu juga terdapat setumpuk buku pelajaran dan buku tulis.

Sementara di depan anak itu, banyak anak kecil yang duduk dan memperhatikan dengan seksama. Sepertinya mereka sedang belajar bersama. Radith memilih untuk tetap berdiri di tempatnya dan melihat apa yang akan orang itu lakukan. Orang itu mengajari mereka mulai dari yang paling kecil, sampai yang cukup besar.

Perlu diakui, Radith kagum melihat orang itu mengajar mereka, orang itu tampak tuus dan sangat hangat, apakah yang Radith lihata saat ini adalah kepribadian asli orang itu? Kepribadian yang menyukai anak kecil dan bahkan mau memberikan les pada mereka semua. Padahal hari minggu satu – satunya hari dimana orang itu bisa beristirahat.

"Mbak, tadi aku lihat ada mas – mas nyariin mbak di rumah mbak, tapi tadi aku buru – buru ambil spidol, jadi aku gak tanya," ujar anak kecil yang tadi dikejar oleh Radith sampai ke tempat itu. Orang dewasa yang diajak bicara pun tampak terkejut dan menengok ke jalan menuju rumahnya, makin bertambah kagetlah dia.

Dia melihat seorang lelaki memekai kaos santai, sepatu santai dan celana jeans kekinian, sangat jauh dari penampilan yang biasa dia lihat. Namun kini yang lebih penting, orang itu ingin tahu alasan kedatangan Radith ke tempat seperti ini, padahal ini bukanlah jam kerja.

"Pak Radith, ah maaf, Radith, Lo ada perlu apa datang ke sini?" tanya orang itu saat melihat Radith dan langsung ijin pada anak – anak itu untuk bicara dulu pada Radith. Radith yang ditanya hanya diam tanpa ekspresi, padahal dalam hatinya dia memikirkan alasan dia datang ke sini. Otaknya kesulitan karna mengangumi keadaan yang ada di depannya.

"Ah, gue mau ambil buku yang waktu itu gue kasih ke Lo. Itu buku perusahaan yang sangat penting, Lo gak bisa sembarangan bawa pulang, Lo bisa dicurigai sebagai mata – mata dan pengkhianat loh," ujar Radith yang membuat Lira tertegun, namun dia segera tersadar dan menatap Radith.

"Maaf, soalnya Lo Cuma kasih waktu guee singkat banget dan gue ngerasa bisa nyelesaiin semua waktu di rumah, jadi ya gue bawa ke rumah. Tapi gue bukan mata – mata atau pengkhianat kok, beneran deh. Besok bakal gue bawa lagi ke kantor," ujar Lira dengan gagap, Radith menghela napasnya sambil memantap Lira dengan mata malas.

"Ya udah, beneran besok dibawa, kalau Lo sampai lupa, gaji Lo bulan ini gak kan cair," ujar Radith yang membuat Lira melongo, namun Lira langsung menganggukan kepalanya agar Radith tidak menatapnya dengan ganas seperti sekarang. Lira kembali terdiam saat Radith yang mengatakan apapun lagi.

"Lo ke sini Cuma buat nanyain buku? Tapi kan Lo bisa telpon aja dan minta gue bawain ke sana kalau Cuma buku, kenapa repot – repot datang ke sini?" tanya Lira yang membuat Radith kikuk, tak mungkin kan dia mengatakan yang sejujurnya? Bisa mati kutu dia di depan asisten perusahaan ini.

"Gue lagi jalan – jalan di luar, kebetulan gue ingat tentang buku dan pas banget gue lagi ada di dekat sini, jadi gue sekalian ambil, antisipasi juga kalau Lo ternyata orang jahat dan kabur kalau gue telpon dulu, who knows kan?" tanya Radith yang membuat Lira meliriknya kesal. Lira kembali ke anak anak itu saat dipanggil, sementara Radith berjalan santai dan duduk di sebuah kursi kayu panjang yang ada di sana.

"Lo tiap minggu kayak gini? Atau tiap hari?" tanya Radith saat anak – anak itu sedang istirahat. Lira mengatakan kalau dia memberikan les singkat setiap minggunya. Radith menganggukan kepalanya tanda paham. Radith merasa suasana akan menjadi canggung jika mereka hanya diam

"Terus, Lo dibayar berapa kasih les ke anak segini banyaknya?" tanya Radith yang membuat Lira terkekeh, hal itu tentu membuat Radith tak paham. Tak ada yang lucu, kenapa gadis di hadapannya ini bisa tertawa? Namun Lira segera menghentikan tawanya saat melihat raut serius Radith.

"Gue gak dibayar sama sekali kok. Mereka ini bukan anak – anak orang berada. Kebanyakn dari mereka gak bisa sekolah, sebagian lagi putus di tengah jalan, ya, sebagai manusia gue ahrus banu mereka walau gue Cuma bisa bantu dikit aja," ujar Lira yang membuat Radith menengok kaget.

"Lo gak dibayar sama sekali? Dan Lo mau? Gue tahu ngajar anak segini banyak itu capek Loh, Lo gak minta bayaran sama sekali? Atau Lo udah minta tapi gak dikasih?" tanya Radith yang membuat Lira meliriknya dengan kesal, Radith itu pintar dan mungkin cerdas, kenapa dia tak bisa mengerti maksud Lira?

"Kalau mereka mampu buat bayar gue, lebih baik mereka ke sekolah umum lah, udah jelas gurunya ahli dibidangnya dan mereka bisa dapat Rapot dan sebagainya. Tapi nasib mereka gak seberuntung itu, mereka gak punya uang buat sekolah, bahkan untuk makan pun sulit. Kebanyakan dari mereka kerja jadi tukang koran, atau jual gorengan keliling gitu."

"Terus, semua minuman ini?" tanya Radith menunjuk satu dus teh kemasan gelas yang ada di sana. Lira tadi membagi – bagikannya pada anak – anak itu, jika Lira tidak dibayar dan orang – orang di sini tidak mampu, bagaimana Lira membeli satu dus penuh isi minuman gelas ini?

"Kan gue Cuma ngajar tiap satu minggu sekali, nah tiap hari tuh mereka kayak ngumpulin uang sendiri dan beli ini bergiliran. Gue gak pernah minta, tapi mereka bilang kalau Cuma ini yang bisa mereka kasih sebagai tanda terimakasih, gue gak tega nolaknya dong. Mereka tulus banget soalnya," ujar Lira dengan senyum tulusnya.

"Gimana bisa anak sekecil ini bukannya sekolah tapi malah kerja? Memang mereka bisa menghasilkan banyak? Ini sih masuknya udah eksploitasi anak, gak bener orang tuanya," ujar Radith yang membuat Lira menepuk pundak Radith cukup keras, membuat lelaki itu meringis kesakitan dan menatap Lira dengan kesal.

"Bagi Lo dan bagi Gue juga, itu emang eksploitai anak. Di saat anak harusnya main, sekolah, senang – senang, mereka harus kerja. Tapi orang tua mereka pun bukan bahagia minta mereka begitu, semua karna tuntutan kehidupan, kita gak bisa nyalahin mereka karna kita gak ada di posisi mereka," ujar Lira yang kini membuat Radith terdiam.

"Mereka emang gak bisa lanjut buat sekolah karna biaya, tapi setidaknya pengetahuan mereka gak putus. Mungkin apa yang gue tahu terbatas, tapi gue bakal berusaha kasih yang terbaik buat mereka, biar mereka punya harapan buat masa depan lebih baik. Walau itu Cuma angan sih, nyatanya hidup mereka juga gitu – gitu aja," ujar Lira pelan.

"Gak Cuma anak orang kaya yang punya mimpi. Gak Cuma anak orang kaya yang mau jadi dokter, polisi atau bahkan lulus dari universitas yang bagus. Sayang kebanyakan dari mereka terkendala biaya dan harus bantu ortunya dibanding lanjut sekolah, gue gak mau hidup mereka bakal berputar disitu tanpa dikasih kesempatan, makanya gue ngajar mereka dan kasih bantuan waktu mereka mau sekolah."

"Tapi orang – orang kaya di luar sana, banyak yang tutup mata akan kondisi mereka, jangankan dipedulikan, tahu aja enggak kok. Kebanyakan orang hanya memupuk kekayaan seolah mereka akan jatuh miskin kalau ngasih sedikit aja buat anak – anak ini."

"Makanya gue mau kerja yang rajin, jadi orang sukses dan bantu mereka semua biar mereka dapat apa yang mereka mau, biar mereka punya kesempatan arna gue tahu mereka mampu, tapi gak ada yang mau kasih peluang ke mereka hanya karna status sosial. Gue memimpikan hal itu sejak lama."

"Itu juga alasan Lo minta gaji diawal? Buat mereka – mereka ini?" tanya Radith yang membuat Lira menoleh. Gadis itu menggaruk lehernya, bingung untuk mengatakan pada Radith atau tidak, namun akhirnya dia mengatakan yang sejujurnya.

"Kalau uang itu sebenernya buat uang spp adik gue. Minggu depan harusnya adik gue ujian, tapi kayaknya dia gak akan bisa ikut ujian karna dia belum bayar uang SPP dan uang perawatan gedung sekolah. Dia udah pasrah dan bahkan bilang gak masalah dia gak tamat, yang penting dia udah dapat ilmunya, tapi gue sebagai kakak gak mungkin biarin dia gak tamat sekolah Cuma karna masalah SPP."

"Tapi batas waktunya besok. Jadi seteah ini gue bakal nyari pinjeman dulu, mungkin gadai ponsel atau apapun, yang penting uang sekolah adik gue beres dan dia bisa ikut ujian, dapat ijasah dan cari kerja yang layak," ujar Lira panjang lebar, gadis itu masih melihat ke arah anak – anak yang mengerjakan soal darinya, mereka tampak konsentrasi dan tidak menyontek sama sekali.

"Adik Lo yang anak kecil itu?" tanya Radith yang dijawab gelengan kepala oleh Lira, Lira menjelaskan kalau adiknya lelaki dan sudah SMA, makanya adiknya itu memilih untuk tidak melanjutkan sekolah dibanding menajdi beban kakaknya. Toh dia bisa bekerja kasar untuk kebutuhan keluarga kecil itu.

"Kenapa Lo gak jelasin alasannya ke Gue waktu itu?" Lira pun menjawab karna Radith sudah menatapnya dengan garang, dia juga menyadari dia belum lama bekerja, jadi dia akan mencari cara lain.

"Kalau gitu gue balik dulu, gue masih ada keperuan lain setelah ini. Jangan lupa bukunya besok Lo bawa dan Lo harus udah hafal satu bab baru karna besok gue bakal ngetes Lo," ujar Radith yang dijawab sikap hormat oleh Lira. Lelaki itu langsung pergi dari sana tanpa berpamitan pada anak – anak itu.

"Mbak Liora. Mas – mas tadi siapa mbak? Pacarnya mbak Liora ya?" tanya anak kecil yang disambut sorakan ciye dari semua orang, Lira terkekeh dan menggelengkan kepalanya, lalu meminta mereka untuk diam.

"Dia bosnya mbak Liroa. Kalau ketemu kalian harus panggil Om ya jangan mas, terus jangan ngomong kayak gini di depan Om itu, nanti Om nya gigit kalian," ujar Lira yang membuat mereka memandang satu sama lain.

"Om Zombie, hiii." Mereka langsung memeluk orang di sebelahnya dan hal iu tentu membuat Lira terkekeh, membayangkan Radith sungguh menjadi zombie di depan mereka.

Terpopuler

Comments

Alvi Danis

Alvi Danis

Lanjut Thor

2020-05-25

1

Ona Syahputri

Ona Syahputri

sabar ya radith

2020-05-25

1

Farida

Farida

thorrr harus nya author kasih 2 versi cerita nya, Luna darrel ma Luna Radit.. itu sieh pengen nya aku Thor... hehehehe

2020-05-24

1

lihat semua
Episodes
1 1. Bab 1
2 2. Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Chapt 102
103 Chapt 103
104 Chapt 104
105 Chapt 105
106 Chapt 106
107 Chapt 107
108 Chapt 108
109 Chapt 109
110 Chapt 110
111 Chapt 111
112 Chapt 112
113 chapt 113
114 Chapt 114
115 Chapt 115
116 Chapt 116
117 Chapt 117
118 Chapt 118
119 Chapt 119
120 Chapt 120
121 Chapt 121
122 Chapt 122
123 Chapt 123
124 Chapt 124
125 Chapt 125
126 Chapt 126
127 Chapt 127
128 Chapt 128
129 Chapt 129
130 Chapt 130
131 Chapt 131
132 Chapt 132
133 Chapt 133
134 Chapt 134
135 Chapt 135
136 Karya Baru Gaessss
137 Chapt 136
138 Chapt 137
139 Chapt 138
140 Chapt 139
141 Chapt 140
142 Chapt 141
143 Chapt 142
144 Chapt 143
145 Chapt 144
146 Chapt 145
147 Chapt 146
148 Chapt 147
149 Chapt 148
150 Chapt 149
151 Chapt 150
152 Chapt 151
153 Chapt 152
154 Chapt 153
155 Chapt 154
156 Chapt 155
157 Chapt 156
158 Chapt 157
159 Bab 158
160 Chapt 158
161 Chapr 159
162 Chapt 160
163 Chapt 161
164 Chapr 162
165 Chapt 163
166 Chapt 164
167 Chapt 165
168 Chapt 166 - LAST
Episodes

Updated 168 Episodes

1
1. Bab 1
2
2. Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Chapt 102
103
Chapt 103
104
Chapt 104
105
Chapt 105
106
Chapt 106
107
Chapt 107
108
Chapt 108
109
Chapt 109
110
Chapt 110
111
Chapt 111
112
Chapt 112
113
chapt 113
114
Chapt 114
115
Chapt 115
116
Chapt 116
117
Chapt 117
118
Chapt 118
119
Chapt 119
120
Chapt 120
121
Chapt 121
122
Chapt 122
123
Chapt 123
124
Chapt 124
125
Chapt 125
126
Chapt 126
127
Chapt 127
128
Chapt 128
129
Chapt 129
130
Chapt 130
131
Chapt 131
132
Chapt 132
133
Chapt 133
134
Chapt 134
135
Chapt 135
136
Karya Baru Gaessss
137
Chapt 136
138
Chapt 137
139
Chapt 138
140
Chapt 139
141
Chapt 140
142
Chapt 141
143
Chapt 142
144
Chapt 143
145
Chapt 144
146
Chapt 145
147
Chapt 146
148
Chapt 147
149
Chapt 148
150
Chapt 149
151
Chapt 150
152
Chapt 151
153
Chapt 152
154
Chapt 153
155
Chapt 154
156
Chapt 155
157
Chapt 156
158
Chapt 157
159
Bab 158
160
Chapt 158
161
Chapr 159
162
Chapt 160
163
Chapt 161
164
Chapr 162
165
Chapt 163
166
Chapt 164
167
Chapt 165
168
Chapt 166 - LAST

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!