"Gue butuh bantuan Lo, ada orang yang bener – bener ngerusuh di perusahaan gue. Kalau Lo lega, tolong Lo cari tahu dia siapa." Pagi masih buta, bahkan Radith beleum sepenuhnya sadar dari tidurnya, namun Darrel memberikan panggilan darurat untuknya. Entah siapa yang dimaksud oleh Darrel, jika itu sudah meminta bantuan Radith, orang itu pasti berbahaya.
"Emang siapa sih kak? Emang Lo gak bisa nyari tahu sendiri? Lo kan calon mantunya keluarga Wilkinson, masak kayak gitu aja minta bantuan gue?" tanya Radith sambil duduk dan mengusap matanya yang berat. Darrel mengatakan banyak hal di telpon dan mereka mengakhiri pembicaraan mereka karna Radith harus pergi ke kantornya.
Saat perjalanan, pikiran Radith melayang saat Darrel menyebutkan alasan dia meminta bantuan Radith, Radith mulai menyadari semua tidak sederhana dan banyak sekali yang terlibat, terlebih hal itu akan membahayakan Luna, Radith tak akan membiarkan hal itu terjadi. Radith tak bisa membiarkan Luna terluka apapun alasannya, meski sebenarnya dia sadar itu bukan tugasnya.
"Lo terlalu bodoh dalam suka sama orang, sekarang Lo gak bisa lepas dari orang itu, apa Lo siap buat terluka berkali – kali dan apa Lo siap buat iklasin dia kalau akhirnya dia nikah sama Darrel? Bodoh Lo Dith," ujar Radith yang tersenyum miris dan memarkirkan mobilnya di tempat parkir.
Radith berjalan santai menyusuri lorong di perusahaannya dan masuk ke ruangannya dengan helaan napas yang berat. Bahkan Radith baru sampai, namun beban di pikirannya membuat otaknya terasa berat dan ia ingin segera pulang ke rumah. Radith mengetikkan sesuatu di PCnya dan mengirimkan pesan untuk Lira agar segera datang ke tempatnya.
"Pak Radith, pak Radith panggil saya? Ada yang perlu saya kerjakan pak?" tanya Lira yang langsung disuruh duduk oleh Radith. Lira bingung harus melakukan apa karna Radith mengeluarkan Ipad dari lacinya dan langsung berjalan ke arah Lira. Lelaki itu mengulurkan Ipad ke arah Lira dengan wajah yang suntuk, sangat tak enak dipandang.
"Tolong kamu cari info semua tentang direktur baru yang ada adi perusahaan cabang Jakarta yang dipegang sama Darrel. Cari seluk beluknya dan laporkan ke saya. Kepala saya udah pusing banget dan gak bisa mikir lagi, saya bisa mengandalkan kamu kan?" tanya Radith yang diangguki oleh Lira, meski Lira bingung dan takut melakukannya.
"Itu Ipad khusus buat nyari identitas orang, kamu coba aja ketik nama kamu, nanti keluar semua informasi tentang kamu," ujar Radith yang membuat Lira penasaran dan langsung membukanya sesuai dengan intruksi Radith, Lira langsung melongo saat semua datanya secara rinci ada di Ipad itu.
"Bagaimana bisa perusahaan memiliki info yang mendetail seperti ini? Bukannya ini termasuk pelanggaran privasi ya pak? Masak sampai kejadian dan tanggal meninggal orang tua saya ada di sini, ini tidak masuk akal pak," ujar Lira dengan wajah tak terima, seakan perusahaan menguntit dirinya dan mencari informasi yang tak sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
"Yaps, kamu benar. Tapi ini perusahaan besar dan bakal banyak pengkhianat masuk ke perusahaan ini. Kamu tenang aja, data seperti itu hanya saya dan Darrel yang punya, bahkan tuan Wilkinson gak akan membukanya jika tak ada sesuatu yang mendesak, kami punya data kamu, bukan berarti kami akan mencampuri semua urusan pribadi kamu."
"Tapi bagaimana kalau data ini disalah gunakan oleh pihak yang bertanggung jawab pak?" tanya Lira lagi, dia masih tak tenang karna data seluruh keluarganya ada di sana. Bahkan adiknya yang tak ada kaitannya dengan hal ini. Lira tentu cemas sesuatu yang buruk akan terjadi pada adiknya, satu satunya keluarga yang dia miliki di dunia ini.
"Saya sudah katakan, yang memiliki itu hanya saya dan Darrel. Sebagian di saya dan sebagian di Darrel. Kalau laptop yang kamu pakai kemarin Cuma data umum, tapi kalau Ipad ini data rinci, makanya hanya saya yang boleh menyimpan dan membukanya."
"Kalau ucma pak Radith yang boleh membuka, kenapa pak Radith memberikannya ke saya sekarang? Saya tidak berani ikut campur dalam masalah seperti ini pak, saya ngeri ngurus hidup orang lain di saat hidup saya harus menghadapi banyak masalah," ujar Lira yang mengulurkan Ipad itu lagi. Radith memandang Lira dengan wajah yanag malas.
"Apa kamu udah pernah dengar kalau saya lagi pusing saya biasa makan orang? Bisakah kamu berhenti berbicara dan mulai saja bekerja? Kepalaku sangat pusing dan teriakanmu membuat kepalaku nyaris pecah. Lakukan atau pergi dari sini," ujar Radith yang membuat Lira terdiam dan menarik lagi tangannya yang terulur.
"Kalau aja gak ada hutang budi, pulang deh gue sekarang," ujar Lira dengan lirih agar Radith tak mendengar, tak tahu saja dia jika Radith jauh lebih peka dan pendengarannya lebih dari tajam. Meski mendengar, Radith tak acuh dan memejamkan matanya di sebelah Lira agar Lira bisa bekerja dengan benar karna diawasi olehnya.
"Jangan mengejek saya begitu, saya bisa melihat kamu dengan jelas bahkan saat saya menutup mata. Lekas selesaikan pekerjaanmu sebelum aku membuka mata, atau kamu akan menjadi makan siangku hari ini," ujar Radith yang membuat Lira terdiam, padahal tadi Lira mengomel tanpa suara di depan Radith, ternyata Radith bisa mengetahui hal itu.
"Kamu cari siapa direktur yang bekerja di perusahaan pusat kota ini lewat laptop kemarin, terus kamu tulis nama lengkapnya di Ipad itu, cari aja data selengkap – lengkapnya, terus print di sana," ujar Radith yang menunjukkan letak printer yang ada di ruangannya dan kembali memejamkan matanya, lelaki itu memegang kepalanya dan memijatnya pelan.
Lira melakukan semua pekerjaan itu dengan cepat, meski dia sedikit bingung dengan data orang yang dimaksud oleh Radith, ternyata orang yang merusuh itu adalah Caroline, Lira penasaran bagaimana respon Radith jika mengetahui orang itu adalah Caroline. Apalagi data orang itu sangat minim dan sangat misterius.
Lira menyelesaikan pekerjaannya dan membawa hasil print di tangannya, namun saat Lira ingin membangunkan Radith, Lira bisa melihat Radith yang kelelahan dan lelaki itu bernapas dengan tenang, sekali lihat sajaa Lira sudah tau lelaki itu ketiduran, entah bagaimana jadwal tidur Radith, lelaki itu mungkin nyaris tak pernah istirahat di rumahnya.
"Kalau tidur ganteng banget, kenapa kalau gak tidur tingkahnya banyak banget sih? Mending jadi pangeran tidur aja," ujar Lira dengan pelan, sangat pelan agar Radith tak terbangung. Lira berjongkok dan menatap wajah Radith yang damai, Lira tak berani terlalu dekat, dia takut napasnya bisa dirasakan oleh Radith dan lelaki itu akan bangun.
Akhirnya Lira meletakkan file itu di sebelah tubuh Radith dan gadis itu keluar dari ruangan Radith dengan hati – hati, gadis itu berlari ke kafetaria dan mengambilkan beberapa minuman dingin serta camilan yang dia bawa lagi ke ruangan Radith. Lira juga memesan makanan berat untuk dimakan oleh Radith karna Lira tahu Radith tak mungkin sempat sarapan.
Saat Lira hendak masuk ke ruangan Radith, lelaki itu ternyata sudah bangun dan membuka berkas yang diprint oleh Lira, lelaki itu memandang Lira dengan tajam dan bersiap untuk mengomeli Lira, namun Lira langsung emngangkat kresek yang dia bawa dan Radith tak jadi mengeluarkan kata – kata pedas untuk memarahi Lira. Lelaki itu hanya membuka mulutnya, lalu menutupnya lagi.
"Saya ambil makanan sama minuman dari kantin pak, saya tahu pak Radith belum makan. Pak Radith kalau lagi lapar kan kayak singa, jadi pak Radith sarapan dulu dan biar saya yang mengerjakan smeua tugas pak Radith, pak Radith tinggal suruh saya aja," ujar Lira yang metelakkan kresek yang dia pegang di meja.
"Saya berencana mau nyapu dan ngepel ruangan ini, tapi karna kamu menawarkan bantuan, kamu yang melakukan ya," ujar Radith santai sambil membuka kaleng cola yang ada di meja. Lira menganggukan kepalanya dengan semangat.
"Siap bos Radith! Eh pak, itu kan tugas OB, Masak saya harus ngelakuinnya?" tanya Lira setelah beberapa saat terdiam. Radith tertawa melihat tingkah polos Lira, lelaki itu meminta Lira untuk duduk di sebelahnya dan menyumpal mulut gadis itu dengan makanan ringan yang sudah dia buka. Lira merengut, namun tetap mengunyah makanan di mulutnya yang penuh.
"Pak, kenapa langsung minum cola? Harusnya pak Radith makan dulu dong, gak baik minum cola dalam keadaan perut kosong," ujar Lira yang dibalas picingan mata dari Radith, lelaki itu tak terima Lira berteriak di hadapannya, dia tak mau disalahkan karna dia meminum cola yang ada di meja.
"Kamu yang menyediakan cola ini untuk saya, kamu masih mau nyalahkan saya? Saya harap kamu tahu batasanmu," ujar Radith yang langsung membuat Lira kicep. Gadis itu berniat meminum cola yang dia ambil, namun dia lengah dan malah Radith yang meminumnya. Bodonya, sikap reflek bertindak lebih dulu dari pikirannya hingga dia tanpa sadar sedikit berteriak pada Radith.
"Maaf pak, saya yang salah. Kalau tidak ada yang perlu saya kerjaan, saya kembali ke ruangan saya pak, bapak habiskan sarapannya ya," ujar Lira yang hendak berdiri, namun Radith menarik tangannya dan memaksanya untuk duduk kembali. Lira tentu menatap Radith dengan bingung.
"Kenapa semua wanita selalu seperti ini? Meminta maaf dan langsung pergi, apa tujuannya? Membuat pria merasa bersalah dan akhirnya meminta maaf meski tidak salah? Duduk di sini dan jangan bertingkah, saya ingin makan dengan tenang," ujar Radith yang membuat Lira duduk dengan kaku dan tegang. Dia takut kelepasan dan mengatakan atau melakukan tindakan di luar batas.
"Apa kamu tidak mau bertanya kenapa saya meminta kamu mengumpulkan data tentang Caroline? Kenapa kamu melakukan pekerjaan yang kamu tidak tahu, kalau akhirnya aku membunuh orang itu dan kamu terlibat bagaimana?" tanya Radith sambil menelan makanan di mulutnya. Lira ingin memukul kepala Radith yang makan sambil bicara, namun dia menahannya.
"Itu di luar batasan saya, dan saya tahu jika itu berhubungan dengan keluarga Wilkinson, pasti tidak akan gegabah. Kalau pun harus membunuh orang, pasti tidak ada jejaknya dan tidak akan terjadi apa – apa, lagipula saya yakin, pimpinan yang baik tak akan menjadikan karyawannya sebagai domba," ujar Lira yang membuat Radith tersenyum.
"Jika kamu bertanya, saya akan menjawab. Tapi kamu tidak penasaran sama sekali, ya sudah," ujar Radith dengan santai. Lira meremas rok selututnya dengan gelisah, dia sangat penasaran namun dia takut masuk dalam jebakan Radith. Apakah dia harus menanyakannya atau tidak? Sampai akhirnya Radith tahu kegelisahannya.
"Ini bukan hanya masalah perusahaan dan musuh keluarga Wilkinson, saya tidak akan ikut campur dan tak terlalu peduli jika hanya maslaah itu. Namun ini ada hubungannya dengan Lunetta dan saya tidak bisa membiarkan dia terluka. Kami harus mengambil tindakan cepat sebelum orang itu menargetkan Lunetta sebagai korban."
"Saya tidak terkejut jika Caroline lah yang menjadi boneka, kemarin saat saya mengantar dia, saya bisa tahu ada tatapan kebencian di sorot matanya saat menatap Luna, walau dia menyembunyikannya dengan baik. Ternyata memang benar, ada yang tidak beres dengan gadis itu. Bahkan tidak ada yang bisa meneliti latar belakangnya sejak dia lahir sampai berumur sepuluh tahun."
"Apa menurutmu dia turun dari langit saat berusia 10 tahun, jadi tidak ada yang bisa menemukan jejaknya?" tanya Radith yang sedang memancing Lira. Lira menggelengkan kepalanya pelan sambil mencerna clue yang diberikan oleh Radith.
"Kemungkinan besar seseorang menghapus ecara total tentang latar belakang Caroline dari Varoline berusia 10 tahun ke bawah. Hal itu akan menyulitkan musuh untuk menangkap dan melacak mereka. Tapi apa mereka juga memberikan data palsu untuk mendaftar sekolah? Memang bisa?" tanya Lira dengan bingung.
"Sangat bisa, jika itu sudah tentang uang, semua juga bisa dilakukan. Saya suka kamu bisa menganalisis dengan baik, saya yakin kamu bisa menjadi asisten yang hebat dan berkompeten. Setelah ini saya punya tugas lain buat kamu."
"apa itu pak?" tanya Lira dengan wajah yang penaran.
"Belum saatnya kamu tahu, saya belum bisa melihat arah gerak Luna, kalau saya udah tahu, saya akan langsung minta kamu melakukannya, jadi kamu bersiap."
Lira mnganggukan kepalanya dengan tersenyum, tersenyum yang sebenarnya terpaksa karna Radith rela melakukan apapun untuk melindungi Luna di saat lelaki itu tahu Luna sudah bertunangan.
'Secinta itu Lo sama Lunetta Azura Wilkinson? Cowok bodoh.' Batin Lira dengan miris.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 168 Episodes
Comments
writer in box
salam dari iya dia istriku kisah suci cinta Arlan pada istrinya yang menderita ganguan jiwa
2020-06-06
1
Alissa Zhafira
kalau adit cinta mati sama luna kenapa dulu dia menolak luna sampai berkali kali.........jadi kangen luna sama adit lagi...
2020-06-06
1
VanillaLatte
bodoh kamu dith. tapi apalah daya cinta di atas segala nya.
2020-06-05
1