Bossy Bos
~ Tak tak tak tak
Suara sepatu fantofel mendominasi lorong sebuah gedung yang tampak sepi, semua orang berada di ruangannya masing – masing dan sibuk dengan urusan mereka. Pemilik sepatu itu menunjukkan wajah dingin dan terus melangkah tanpa menoleh, di belakang orang itu seorang wanita mengikutinya sambil membawa map berisi berkas.
" Aku sudah mengatakan padamu untuk membawa file yang ada di flashdisk, kenapa kau sampai tidak membawanya?" tanya lelaki itu saat sudah masuk ke dalam ruangan. Hawa mencekam mendominasi ruangan itu, sementara wanita tadi hanya menunduk dan bergumam seolah takut untuk mengatakan alasan dia lupa membawa benda penting itu.
" ma.. maaf, saya sudah lalai. Saya terlalu fokus dengan berkas – berkas sampai lupa dengan file presentasi," ujar wanita itu dengan terbata dan pelan. Pemilik perusahaan yang ada di hadapan wanita itu langsung berdiri dari duduknya. Mengambil cangkir dan melempar cangkir itu ke tembok dekat wanita itu berdiri. Suaranya cukup keras dan tentu saja mengagetkan.
" Hanya itu kah yang bisa kau katakan? Aku harus kehilangan proyek penting karna kelalaianmu! Apa kau masih bisa menyebut dirimu asisten? Sekarang, Kemasi barangmu dan keluar dari sini saat ini juga," ujar orang itu sambil kembali duduk. Wanita tadi mengangguk paham dan mengucapkan permisi sebelum benar- benar keluar dari ruangan itu.
Pemilik gedung itu langsung duduk di kursinya dengan wajah merah padam. Dia membuka laci yang ada di mejanya dan mengeluarkan sebuah figura foto dimana seorang gadis yang sangat dia suka ( dan mungkin sudah sampai tahap cinta) sedang tersenyum dalam rangkulannya. Momen yang tak akan pernah dia lupakan seumur hidupnya.
Sementara itu wanita yang baru saja kehilangan pekerjaannya langsung menuju meja dan mengemasi barang – barangnya diiringi tatapan kasihan dari mereka yang ada di sana. Pemandangan seperti ini tak asing bagi mereka, setiap mereka melakukan kesalahan di waktu yang 'tidak tepat' mereka akan langsung kehilangan pekerjaan.
" Pasti pak Radith sedang ada masalah dengan gadis yang biasa datang ke tempat ini, entah harus bersyukur atau bersedih. Pak Radith selalu baik dan sangat ramah jika suasana atinya baik," ujar salah satu pegawai yang memperhatikan asisten pribadi pemilik perusahaan itu sedang memasukkan kertas – kertas miliknya ke dalam sebuah kardus.
" Dan yang menentukan emosinya adalah gadis itu, ah menyedihkan sekali, kenapa mereka tidak menikah dan hidup bahagia sehingga kita tidak harus ketakutan dan menerka bagaimana moodnya hari ini," ujar yang lain menimpali apa yang dikatakan oleh rekan kerjanya. Tiba – tiba sebuah notifikasi muncul di layar komputer mereka masing – masing.
" Kira – kira siapa yang akan menjadi asistennya setelah ini? Dia sudah memiliki satu asisten pria cukup lama, tapi untuk asisten wanita, dia bahkan sudah menggantinya lebih dari lima kali dalam dua bulan ini, mereka semua selalu berakhir dengan air mata."
" Kau bercanda? Bahkan jika mereka tahu harus bekerja langsung di bawah CEO seperti pak Radith, mereka pasti tidak mau mendaftar. Dia hanya menunjukkan gaji yang besar tanpa memberitahu tugas mereka, aku merasa kasihan untuk mereka."
' Sepertinya kalian sangat luang, selesaikan pekerjaan kalian dalam lima belas menit atau kalian akan mendapat surat cinta dariku. Yang terkasih, CEO.'
Mereka langsung berpandangan satu sama lain dengan wajah cengo dan bergegas menghadap ke komputer mereka untuk menyelesaikan pekerjaan sebelum CEO mereka benar – benar mengirimkan 'surat cinta' dan mereka harus meninggalkan tempat ini selamanya.
' cepat cari asisten pengganti, pastikan yang kali ini yang berpotensi, aku tak ingin ada kesalahan. Satu kesalahan, satu bulan gaji.'
Itulah yang terpampang di komputer milik sekretaris Radith. Wanita itu sebenarnya heran kriteria yang seperti apa? Bahkan sudah banyak yang mendaftar dan banyak pula yang berakhir dengan tangisan dalam waktu kurang dari satu bulan. Mereka semua juga bukan orang yang tidak berpotensi.
Namun Sekretaris Radith juga menyadari jika dia hanya harus melakukan apa yang Radith perintah. Akhirnya dia segera menyebarkan lamaran ke teman – teman yang dia kenal dengan penawaran gaji yang terbilang tinggi, hal itu akan menarik perhatian mereka untuk segera mendaftar. Sekretaris itu juga tak lupa menulis batas memasukkan CV dan surat lamaran hanyalah hari ini saja.
Tak butuh waktu lama, sekretaris itu menerima banyak CV di emailnya dan memilih siapa saja yang layak untuk menjadi asisten Radith di perusahaan ini. Sekretaris itu langsung mencetak CV pelamar yang dirasa sesuai dengan kriteria Radith. Lelaki itu mencari asisten yang tanggap dan mampu bekerja dibawah tekanan yang tinggi.
Jika mereka tak mengenal perusahaan ini, pasti mereka mengira tekanan tinggi itu berasal dari beratnya tugas mereka, padahal tekanan tinggi itu berasal dari sikap Radith yang berubah – ubah dan akan membuat mereka frustasi jika mood lelaki itu sedang tidak baik. Sekretaris itu membawa bebrapa lembar CV dan berjalan menuju ruangan Radith.
Di dalam ruangan itu, Radith sedang bermain dengan rubiknya, sekretaris itu tersenyum dan menyerahkan berkas yang dia bawa kepada Radith. Radith menerima berkas itu dan mulai melihat isinya sekilas. Dia hanya melihat motivasi orang itu bekerja di perusahaan miliknya. Walau perusahaan ini tak sebesar milik Darrel dan Wilkin's coorp, dia juga tak ingin mempekerjakan orang sembarangan.
" Kenapa dia menulis ingin menambah pengalaman dan mencari ilmu baru? Kenapa Lo tidak magang atau mengambil kursus?" tanya Radith pada lembar yang dia pegang seolah lembar itu adalah orang yang mengirim CV padanya. Radith meremas CV itu dan membuangnya ke tempat sampah, membuat sekretaris itu meremas tangannya karna takut.
" Apa kamu mau menghancurkan perusahaan ini dengan mengirim orang seperti ini untuk jadi asistenku?" tanya Radith sambil membuang kembali kertas pada lembar berikutnya. Lelaki itu terus berdecak, meremas dan membuang kertas yang dia pegang sampai pada lembar terakhir yang dia baca. Sekretaris itu sudah pasrah dengan pada yang terjadi.
" Hubungi yang ini sembari mencari yang lain. Dia memiliki latar belakang bela diri yang bagus dan memiliki kemampuan yang unik. Aku akan mengetesnya sendiri," ujar Radith yang membuat sekretaris itu melongo. Sekretaris itu langsung mengangguk sesaat kemudian dan undur diri untuk mencari calon pelamar yang lain.
" Liora Darma, terma kasih, Kamu penyelamat nyawaku hari ini," ujar sekretaris itu saat membaca nama yang ada di CV tersebut. Sekretaris itu segera kembali ke mejanya dan menghubungi nomor yang tertera untuk meminta orang itu melakukan interview hari ini juga sekaligus meminta maaf karna informasi yang mendadak.
*
*
*
Seorang wanita muda berjalan cepat dengan pakaian yang rapi. Wanita itu berjalan dan mengatakan tujuannya kepada security dan segera naik ke lantai paling atas gedung ini. wanita itu merasa tegang sekaligus senang karna dia terpilih untuk melakukan interview di perusahaan yang akan memberinya gaji di atas rata – rata.
" Permisi, saya Liora Darma, saya diminta untuk melakukan interview bersama pak Radith. Tadi saya diminta untuk datang ke lantai ini, saya harus kemana lagi ya?" tanya wanita itu saat sudah sampai dan merasa bingung karna dia hanya melihat banyak ruangan, dia takut jika salah masuk ruangan dan akhirnya bertanya pada salah satu wanita yang ada di sana.
" Liora Darma? Ah, kamu cepat sekali datang, bagus. Tapi penampilanmu kurang untuk saat ini, sebentar, aku akan menyiapkan baju untukmu agar interview yang akan kau lakukan semakin lancar," ujar wanita itu yang berjalan meninggalkan Liora di ruangan itu.
" Jangan – jangan bosnya cabul dan gue bakal dikasih baju pamer aset biar dia terkesan? Jangan - jangan bosnya om – om tua yang nyari istri kelima? Kenapa gue baru kepikiran hal itu sekarang?" tanya Liora pada dirinya sendiri. Wanita itu merasa gelisah dan pikiran – pikiran buruk mulai muncul di benaknya.
" Kau, silakan berganti dengan baju ini. CEO kami tidak suka melihat gadis yang memakai baju putih atau hitam, beliau menganggap itu tidak menarik dan tidak memiliki emosi," ujar sekretaris yang menyodorkan kemeja berwarna biru langit yang sangat cantik. Liora menerima baju itu dengan lega karna tak sesuai dengan bayangannya dan segera berganti.
" Ah, pilihanku tak pernah salah, kau sangat cantik memakai itu. sekarang siapkan mentalmu dan jawab apapun yang ditanyakan CEO dengan jujur, kebohongan hanya akan membunuhmu di tempat ini," ujar wanita itu yang langsung mengajak Liora untuk masuk ke salah satu ruangan paling ujung sekaligus ruangan paling besar yang ada di sana.
" Silakan masuk, lakukan yang terbaik dan buat CEO terkesan. Aku berdoa yang terbaik untukmu," ujar wanita yang membuka pintu CEO setelah mengetuknya. 'Aku berdoa untukmu karna jika kau gagal, aku harus benar – benar kehilangan gajiku bulan ini. kau harus berhasil.' Sambung wanita itu dalam hatinya.
Lira mengetuk pintu dan langsung masuk ke dalam ruangan CEO dengan gugup, namun dia mencoba untuk percaya diri karna dia tahu kepercayaan diri adalah modal yang utama untuk mendapatkan pekerjaan. Dia harus meyakinkan sebelum benar- benar menunjukkan kemampuannya.
" Kamu yang namanya Lira? Apa Sekretarisku yang kasih baju itu buat kamu?" tanya Radith secara dingin dan tiba – tiba bahkan saat Liora belum berdiri di hadapannya. Hal itu tentu membuat Liora menjadi takut, dia takut jikasekretaris itu hanya mengerjainya dan ingin mempermalukan dirinya di hadapan CEO ini.
" Dia punya style yang bagus. Jangan khawatir, aku tidak akan mendepakmu keluar dari sini karna pakaian itu. sekarang, mau apa kau datang ke ruanganku?" tanya Radith dengan nada santai. Lelaki itu bahkan memainkan rubik dan memutar – mutar rubik itu, mencoba untuk menyelesaikannya. Liora tentu merasa cengo dan kaget, dia bahkan sudah kaget saat pertama melihat penampilan CEO ini.
Mendengar kata CEO, Liora langsung berpikir tentang Om – Om tua berbadan buncit dan wajahnya tampak sangar dan tegas. Namun di hadapannya ini justru kebalikannya. Bahkan Liora tampak tak yakin dengan kemampuan CEO di hadapannya ini.
" Kalau tidak ada yang mau sampaikan, sialkan keluar," ujar Radith yang memutar kursinya dan membelakangi wanita itu, membuat Wanita itu terkejut untuk beberapa saat. Namun wanita itu mengangguk dan menyakinkan diri dan berjalan mendekat ke meja Radith.
" Nama saya Liora, saya mengetahui lowongan pekerjaan sebagai asisten dari teman saya dan saya berminat untuk mengisi lowongan itu," ujar Liora yang membuat Radith kembali memutar kursinya dan menatap ke arah Liora dengan tatapan wajah yang dingin, membuat Liora merinding melihat tatapan itu.
" Apa yang membuatmu berminat untuk mengisi lowongan ini di saat kamu bahkan gak tahu jobdesk kamu apa?" tanya Radith yang membuat Lira mengerjapkan matanya. Dia bingung harus menjawab jujur atau pencitraan, namun dia mengingat pesan wanita yang tadi dia temui.
" Saya berminat karna gaji yang ditawarkan sangat tinggi, saya akan berusaha melakukan yang terbaik, setimpal dengan gaji yang saya terima," ujar Liora dengan jujur. Dia memang langsung nekat mengirim CV karna dia melihat nominal gaji yang tidak wajar untuk seukuran asisten.
" Saya suka nih yang jujur gini, oke, Saya lihat di CV dan surat lamaran Kamu, Kamu bisa menghafal sesuatu dengan cepat. Saya tertarik sama itu, tapi kalau Kamu gak bisa buktiin hal itu, Kamu harus siap didepak dari tempat ini." Liora mengangguk mendengar wejangan itu, meski dia tak nyaman dengan cara bicara orang di hadapannya yang bercampur 'saya' dan 'aku'.
" Kamu bisa mulai kerja besok. Saya bakal kasih tahu tugas kamu dari komputer yang bakal kamu pakai. Untuk peraturan apa saja yang ada di sini, kamu bisa tanyakan ke sekretaris yang memberimu baju itu." Liora mengangguk dan hendak pamit karna dia sudah tak memiliki keperluan di tempat ini.
" Ah ya, Lira.."
" Maaf pak, nama saya Liora," ujar Liora yang langsung memotong dengan sopan, namun tindakannya itu membuat Radith tak nyaman.
" Saya punya hak untuk memanggil kamu apapun di tempat saya, dan kamu tidak punya hak untuk menegur saya seperti itu selama jam kerja," ujar Radith dengan dingin, membuat Liora meneguk ludahnya dan memandang Radith dengan takut.
" Lo gak usah takut, Gue gak semenakutkan yang Lo pikir," ujar Radith yang kembali mengganti cara bicaranya. Hal itu tentu membuat Lira makin bingung dan kaku.
" Ini udah jam empat, jam kerja habis dan gue bukan lagi Bos Lo kalau di luar jam kerja. Lo bisa bertindak bebas setelah jam tiga lebih lima puluh sembilan udah lewat. Gue Cuma mau bilang itu, Lo boleh pergi," ujar Radith yang kembali memutar kursinya dan melihat pemandangan yang ada di hadapannya.
Liora pergi dari hadapan Radith dan menutup pintu. Dia merasa lega karna interview berjalan dengan singkat dan sangat mudah, jauh dari ekspetasinya, apalagi melihat karakter Radith, sepertinya dia akan menyukai bekerja dengan Radith.
" Lo diterima? Syukurlah, gaji gue bulan ini selamat. Lo harus belajar banyak dan Lo gak bisa senang untuk saat ini. Gue bakal ajarin Lo pelan – pelan, itu pun kalau Lo bertahan lama di tempat ini."
" Terima kasih, mohon bantuannya, saya akan banyak belajar."
" Nah pelajaran pertama, di sini dilarang pakai bahasa formal kalau udah diluar jam kantor, kecuali Lo ngomong sama yang jauh lebih tua atau ngomong sama pak Radith. Enak kan?" tanya Sekretaris itu yang diangguki oleh Lira.
Bahkan belum genap satu hari wanita (sebenarnya gadis karna Liora belum memiliki suami alias lajang) itu ada di tempat ini, namun dia sudah menemukan satu orang yang dia prediksi akan dekat dengannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 168 Episodes
Comments
Oh Dewi
Mampir ah...
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya Caraku Menemukanmu
2023-07-30
0
DamarWulan
hai kak jangan lupa mampir di novelku my best partner. terimakasi kak🤗
2022-01-17
0
Taehyung
nyimak
2022-01-17
0