Liora, atau mulai kemarin dipanggil Lira atas perintah Radith sudah berjalan menuju ruang CEO dengan pakaian berwarna hijau muda yang tampak tenang namun tidak membosankan. Untung saja sekretaris itu memberitahu Lira untuk memakai baju yang berwarna agar Radith tidak galak terhadapnya. Dengan senyum yang lebar Lira masuk ke ruangan yang bertuliskan CEO.
" Selamat pagi pak Radith, apakah sudah ada jobdesk untuk saya hari ini?" tanya Lira dengan sedikit santai namun tetap sopan. Radith melihat ke arah gadis itu dengan tatapan yang hangat, tidak dingin seperti kemarin. Lelaki itu sedang dalam mood yang baik. Lira yang melihat itu tentu terkagum dengan Radith yang hangat, jauh lebih menawan.
" Gak ada tugas, nanti aja kalau saya minta kamu buat lakuin sesuatu, kamu tinggal lakuin. Sana keluar, saya sibuk," ujar Radith yang membuat Lira terkaget, namun gadis itu tetap mengangguk dan pamit dengan sopan lalu segera keluar dari ruangan itu. Lira tak menyangka akan mendapat kerja di tempat yang enak seperti ini.
Lira duduk di kursinya dan menatap orang – orang yang ada di ruangan itu dengan bingung, dia takut untuk bermain ponselnya, namun dia juga tidak memiliki pekerjaan lain seperti yang mereka lakukan. Kebingungan Lira ternyata bisa ditangkap oleh Sekretaris Radith yang duduk tak jauh dari tempatnya. Sekretaris itu bangkit dari duduknya dan menghampiri Lira.
" Kamu gak dikasih tugas sama pak Radith ya?" tanya Sekretaris itu yang diangguki oleh Lira, Lira tersenyum canggung karna takut sekretaris itu marah atau menganggap dia diistimewakan di hari pertama dia bekerja. Biasanya senior akan mengospek juniornya, Lira takut hal itu akan terjadi padanya juga.
Ah iya, jika waktu jam kerja, mereka harus memanggil satu sama lain dengan sopan, paling tidak menggunakan 'aku' dan 'kamu'. Mereka boleh memanggil satu sama lain dengan santai jika jam kerja sudah berakhir, termasuk jika mereka masuk jam lembur, mereka bebas melakukan apapun.
" Kalau gak dikasih tugas sama pak Radith, berarti mood dia lagi bagus, lagi bahagia. Kamu kalau mau main ponsel, atau main game di PC itu, atau mau apapun terserah, asal gak telpon sama pacar kamu aja, santai aja," ujar sekretaris itu yang membuat Lira terdiam, apakah dia sungguh boleh melakukan semua itu?
" Pasti bingung ya? Harusnya Kamu sih bersyukur, di hari pertama kerja moodnya pak Radith bagus, jadi dia gak kasih tugas yang aneh – aneh buat kamu," ujar Sekretaris itu yang membuat pegawai lain menengok dan mengangguk senang ke arah Lira. Lira masih tak tahu harus menjawab apa, namun dia sungguh penasaran akan satu hal.
" Emang pak Radith gitu ya? Moodnya gampang berubah gitu? Kayak, eum, maaf, bipolar?" tanya Lira pelan karna takut dan tak enak, namun sekretaris itu malah tersenyum, seakan maklum dengan Lira yang kebingungan untuk saat ini, nyaris semua yang pernah menjadi asisten Radith menanyakan hal yang sama.
" Bipolar sih enggak ,tapi ada satu fakta yang harus kamu tahu tentang dia. Mood dia bagus atau enggak Cuma berdasar dari perlakuan satu gadis di dunia ini," ujar Sekretaris itu dengan ambigu, Lira yang mendengar itu tak mau menyela dan menunggu Lira menyelesaikan perkataannya. Sekretaris itu meminta persetujuan teman – temannya dan akhirnya melanjutkan kata – katanya.
" Sebenarnya ada satu gadis, namanya Lunetta. Dia beberapa kali ke sini kok, kalau dia lagi di sini, pak Radith pasti murah senyum dan baik banget sama semua orang. Tapi kalau dia marah atau Badmood, berarti dia lagi ada masalah sama Lunetta ini," ujar Sekretaris itu yang membuat Lira terkejut (lagi dan lagi).
Gadis itu merasa diberi kejutan terus menerus secara berkala. Mulai dari diterima di perusahaan ini, jumlah pekerjaan sesuai mood bosnya, dan fakta mengejutkan yang baru dia ketahui sekaligur rasa penasaran seperti apa sosok Lunetta yang mereka bicarakan itu. Beruntung sekali gadis itu memegang kendali atas CEO di perusahaan ini.
" Lunetta itu pacarnya pak Radith? Atau justu istrinya?" tanya Lira yang dijawab gelengan kepala oleh Sekretaris itu. Ekspresinya menunjukkan sekretaris itu mengikuti berita tentang bos mereka, terlihat dari gayanya yang mirip dengan ibu – ibu gosip kelas atas.
" Lunetta itu anak dari keluarga Wilkinson, keluarga Wilkinson tuh yang bikin perusahaan ini juga, pak Radith kayak dikasih pinjeman dana gitu buat bikin nih perusahaan. Nah, mereka itu temen sejak SMK, tapi gak tahu gimana ceritanya, mereka Cuma friendzone," ujar sekretaris itu sambil berbisik, dia takut Radith akan mendengar gosip mereka.
" Nah, hebatnya lagi, itu Lunetta ternyata udah punya tunagan, yapi dia masih suka main ke sini karna dia ngerasa sahabatan sama pak Radith, tapi aku sih yakin kalau pak Radith itu gak Cuma anggap dia sahabat, kita semua bisa tahu, tapi Lunetta itu gak tahu," ujar Sekretaris itu yang membuat Lira terheran.
" Kalian semua orang luar bisa tahu masalah ini? Tapi ceweknya malah gak peka. Wah, kalau beneran pacaran atau nikah pasti gempar, CEO nikah sama anak CEO nya CEO, hahah," ujar Lira yang membuat Sekretaris itu ikut tertawa, sekretaris itu merasa tak perlu menyebutkan sifat dan sikap Lunetta, dia ingin Lira mengetahui dan menilainya sendiri.
' sepertinya kalian memiliki banyak waktu luang hingga bisa bergosip ria, gosip kalian seru sekali. Sekarang kalian bis akembali bekerja. List kerja kalian silakan buka link di bawah ini.' Sekretaris itu melongo melihat notifikasi yang keluar di PC Lira. Sekretaris itu langsung berjalan cepat menuju mejanya dan berdecak panik.
" Kamu sih, harusnya kalau ngomong gitu tuh jangan di jam kerja, duh, lembur lembur deh ini," ujar mereka yang menyalahkan sekretaris itu, Sekretaris itu juga mengakui kesalahannya dan meminta maaf, mereka langsung melakukan tugas yang diberikan oleh Radith. Lira sendiri juga membuka link itu dengan sedikit takut.
Rupanya link itu langsung terhubung dengan kamera dan kamera itu menangkap wajah mereka dan langsung menghubungkan ke tugas mereka masing – masing. Lira tersejut dengan teknologi yang ada di perusahaan ini, sepertinya Radith adlaah pria yang pintar dan 'canggih', Lira juga yakin jika perusahaan ini akan berkembang pada waktunya.
" Lah? Tugas aku kok kosong? Ini kenapa?" tanya Lira yang tak melihat apapun pada jobdesknya. Lira menatap ke arah Sekretaris itu dan sekretaris itu mengangguk. Jika jobdesk mereka kosong, itu artinya Radith sedang berbaik hati pada mereka, atau mungkin Radith merasa kasihan pada Lira yang masih anak baru. Bisa jadi juga karna Radith menghukum mereka yang mengajari Lira bergosip.
" Udah, kalau kamu gak ada tugas, kamu nyantai aja pokoknya. Udah ya, kerjaan aku banyak banget ternyata astaga," ujar Sekretaris itu yang langsung memasang earphone dan berkutat pada laptop yang ada di hadpaannya. Lira merasa tak enak dengan hal itu, bagaimanapun karna dialah mereka semua dihukum.
Lira akhirnya memberanikan diri untuk berdiri dan berjalan menuju ruangan Radith. Setidaknya dia harus meminta pekerjaan dan sekaligus meminta maaf pada Radith. Gadis itu langsung masuk ke dalam ruangan Radith setelah mngetuk, di dalam ruangan itu Lira bisa melihat Radith yang sedang bermain ponselnya.
" Permisi pak, tadi saat saya membuka link, saya tidak menemukan apapun, sepertinya ada kesalahan sistem. Jadi saya kemari untuk menanyakan langsung tugas saya hari ini, saya merasa tidak enak karna pegawai yang lain harus bekerja sementara saya hanya bersantai," ujar Lira yang membuat Radith menaikkan sebelah alisnya.
" Kamu gak lihat saya lagi apa? Saya lagi ngegame, itu artinya saya lagi gak ada kerjaan. Kalau saya gak ada kerjaan, gimana ceritanya kamu ada kerjaan? Kamu bangga lebih sibuk dari CEO? Atau kamu mau ganti peran jadi CEO di sini?" tanya Radith dengan ketus yang membuat Llira tak siap dan langsung merasa takut.
" Nah, takut kan. Makanya dong, kalau gak ada kerjaan tuh ya duduk manis, senyum bahagia. Enak kan Cuma duduk dapat bayaran. Tenang aja, semua orang di sini udah tahu sistem kerja perusahaan ini, jadi lebih baik kamu ikuti aturan yang ada," ujar Radith yang langsung mengibaskan tangannya, meminta Lira untuk segera keluar.
Gadis itu langsung keluar dan duduk di kursinya dengan kesal, dia ingin marah, namu ndia tahu akan bahaya mengatakan hal yang salah di tempat ini. Lira meletakkan kepalanya di meja dan mulai mengomel tanpa suara. Radith memang CEO, namun tingkahnya sangat tidak dewasa bagi Lira.
" Canggih sih canggih, tapi gue tarik pikiran gue tentang perusahaan ini bakal maju. CEO suka seenak jidat gitu, ih, kesel banget gue," ujar Lira pelan pada dirinya sendiri. Dia juga enggan mengangkat kepalanya karna takut merasa tak tega dengan orang – orang yang memiliki banyak pekerjaan di sini.
" Eh, eh, Lira, Lira, Kamu buka PC Kamu sekarang, ada notifikasi buat Kamu tuh," ujar salah satu orang yang ada di sebelah Lira. Lira langsung mendongakkan kepalanya dan menatap layar Pcnya yang menyala. Lira langsung membukanya dan dia mendapatkan tugas yang sangat banyak sampai dia melongo.
" Kamu pasti bikin pak Radith marah atau kesal deh, banyak banget itu," ujar teman kerja yang ada di sebelah Lira. Lira langsung menggaruk dahinya dan menatap deretan huruf yang ada di layar PCnya. Lira langsung membuat tugasnya satu persatu dengan teliti, bahkan matanya sampai merasa sakit melihat layar PC itu.
Lira meregangkan tubuhnya dan melihat jam yang menunjukkan hampir pukul empat sore. Lira mendapatkan notifikasi dia harus menemui Radith, membuat gadis itu bangkit dan meninggalkan pekerjaannya dan berjalan menuju ruangan Radith, bersiap untuk kejutan lain yang akan diberikan oleh lelaki aneh itu.
" Kamu menulis mudah untuk menghafalkan sesuatu kan? Kamu sekarang hafalkan semua ini dan saya akan mengetes kamu dua hari lagi. Kamu sanggup?" tanya Radith yang membuat Lira melongo karna dia diberi buku yang cukup tebal, namun Radith memberikannya dengan santai, membuatnya menggaruk pelipisnya dan mengira Radith hanya mengerjainya.
" Kenapa? Kamu gak sanggup? Kamu kalau gak sanggup bisa pergi dari sini kok, banyak juga yang mau jadi asisten saya dnegan gaji yang sangat besar ini," ujar Radith dengan santai. Lira menghela napasnya dan menggeleng. Mendekap buku itu dan bertekat untuk menyelesaikan tugasnya dengan cepat, dia tak bisa mengacaukan hal yang belum dia coba.
" Kalau kamu gak sanggup, saya punya solusi buat kamu," ujar Radith yang melonggarkan dasinya dan mendekat ke arah Lira. Gadis itu memundurkan tubuhnya akrna Radith memandang Lira sekaan singa yang kelaparan. Lira ingin langsung pamit, namun Radith menyudutkannya ke tembok dan dia tak bisa bergerak lagi.
" Aku CEO, aku kaya dan aku bisa memberikan banyak hal ke kamu. Aku sengaja memberi kamu tugas yang berat, tapi tentu aku punya solusi juga buat kamu, aku gak akan tega biarin kamu, jadi kalau kamu mau sedikit bermain sama aku, aku bakal skip tugas itu," ujar Radith yang memandang Lira dengan lekat. Lira melihat ke arah lain dan berdecak.
Lira menahan tubuh Radith untuk beberapa saat, dan Lira kembali melihat ke arah lain itu, lalu melihat arlogi yang ada di tangannya. Lira menghela napasnya dan menganggukan kepalanya dengan yakin lalu membalas pandangan Radith yang tak lagi mendekatkan wajahnya. lelaki itu mengangkat alisnya melihat ke arah Lira.
" Maafkan saya pak," ujar Lira pelan dan langsung menampar wajah Radith cukup keras. Bahkan Radith sampai harus memundurkan tubuhnya dnegan kaget dan merasakan pusing di kepalanya. Hal itu membuat Radith marah dan menatap Lira dengan tatapan yang menusuk, namun Lira tak merasa bersalah sama sekali.
" Maaf pak, tapi sudah jam empat lebih satu menit, jadi saya sudah boleh bertindak sesuai apa yang saya mau, seperti apa yang dibilang oleh pak Radith, kalau tidak ada yang perlu dibicarakan, saya permisi dulu ya pak, saya harus mulai menghafal banyak hal," ujar Lira yang tersenyum manis dan langsung pamit dari hadapan Radith.
" Parah tuh cewek, namparnya kayak nonjok, perih banget pipi gue. Awas aja tuh cewek, gue bakal bales perlakuannya," ujar Radith yang langsung duduk di kursinya dengan kesal. Lelaki itu kembali memikirkan reaksi gadis yang menjadi asistennya itu. Lelaki itu langsung meminta asisten pribadinya untuk mencari seluk beluk Lira.
Radith sengaja melakukan itu kepada orang baru, jika asistennya malah tergoda saat dia bertingkah menjijikan, dia akan memastikan asisten itu merasakan penderitaan selama satu bulan dan mendepaknya keluar dengan berbagai alasan. Namun baru kali ini asisten Radith dengan berani menampar wajah tampannya tanpa ragu sedikitpun.
Yah, setidaknya Radith tahu jika asistennya kali ini hanya berniat untuk bekerja dan tak memiliki maksud yang lain, dia cukup lega mengetahui hal itu, meskipun dia masih menhimpan dendam dengan apa yang dilakukan Lira dan akan membalas gadis itu dengan caranya sendiri, apalagi dia melihat karakter Lira yang tak mudah menyerah, membuatnya makin tertarik untuk bermain – main dengannya.
" Kita bakal sama – sama lihat sejauh apa Lo bisa bertahan," ujar Radith pelan sambil mengambil ponselnya dan memiringkan ponsel itu untuk kembali bermain menunggu jam lembur kantor selesai dan memeriksa tugas – tugas yang dia berikan, meski dia tahu tugas itu sama sekali tidak bermutu, dia hanya ingin menghukum pegawainya yang menyebalkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 168 Episodes
Comments
Younk Yunk
waduh...🤦🤦🤦 kena tabok deh..
2020-12-15
0
Kimyumi
kapok lo bos kenak tabok😀😀😀
2020-12-15
0
🌸 S U C I A G N I A 🌸
Ahhh rindu sama babang radit
2020-12-10
0