"Lira, kamu udah siapkan semua materi buat rapat nanti belum? Ini aku udah siapin berkas berkasnya, kamu yang nyiapin materinya kan?" tanya Sekretaris Radith yang diangguki oleh Lira. Lira menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat karna dia sedang bahagia, sekaligus sebagai ucapan terima kasih pada Radith yang sudah mewujudkan sebagian kecil mimpinya.
"Kamu kenapa dari tadi senyum terus? Baru menang lotre?" tanya Sekretaris itu dengan wajah geli. Lira menggelengkan kepala dengan rengesan di mulutnya. Dia tak mau memberi tahu orang lain, sesuai permintaan Radith, dia tak akan membahas masalah ini dengan orang lain. Lira mendapat notifikasi di pcnya, membuat gadis itu langsung berdiri dan meninggalkan mejanya.
"Sepertinya anak itu benar baru saja mendapat lotre, atau mungkin hari ini hari ulang tahunnya?" tanya salah seorang dari staff yang ada di sana. Meski mereka bahagia, mereka tetap merasa suntuk dan sulit untuk tersenyum jika dihadapkan pekerjaan yang banyak itu. Aapa yang membuat Lira begitu sumringah hari ini?
"Selamat pagi pak Radith, Bapak meminta saya untuk datang ke ruangan bapak, apakah ada yang harus saya lakukan sekarang?" tanya Lira dengan senyum lebar di wajahnya. Radith masih belum melihat ke arah Lira karna dia sedang fokus dengan Ipad di tangannya, namun saat dia meletakkan Ipadnya, dia langsung terkejut melihat Lira.
"Kau menakutkan. Berhenti tersenyum di hadapanku, kau membuatku merasa tak nyaman," ujar Radith dengan wajah datarnya. Lira mengangguk patuh, namun dia tak bisa menghilangkan senyum di bibirnya, apalagi dia tahu jika Radith hanya berwajah dan bersikap dingin, namun hatinya seperti lava, panas dan melelehkan perasaan orang di sekitarnya.
"Apa sulit mendengarkanku? Berhenti tersenyum atau aku tidak akan menggajimu bulan ini." Mendengar hal itu Lira langsung melunturkan senyumnya. Jika sudah mengancam, Radith tak mungkin main main dengan ucapannya. Jika Lira tak menurut, dia akan sungguh melakukan kerja bakti selama satu bulan ini (Kerja tanpa dibayar, Kerja sukarela, kerja bakti kan namanya?)
"Apa kau sudah siapkan semua yang aku butuhkan untuk rapat kali ini? Yang paling penting laporan keuangan dan laporan bagian pemasaran. Siapkan semua dan jangan sampai ada kesalahan, aku akan langsung memecatmu jika itu terjadi," ujar Radith yang kembali menatap e arah Ipadnya. Lira menganggukkan kepalanya meski dia tahu Radith tak melihat.
"Saya sudah siapkan semua materi dan Sekretaris sudah menyiapkan semua laporan kinejra bulan ini karna saya baru mulai kerja seminggu ini. saya sudah periksa semua dan tidak ada yang terlewat," ujar Lira yang diangguki oleh Radith. Lelaki itu diam dan tak memerintahkan apapun lagi, membuat Lira jadi bingung dan merasa canggung.
Namun Lira tak keberatan jika harus berdiri di tempat ini satu jam, karna satu jam lagi rapat dewan dan staff akan dimulai. Lira memandangi Radith yang tampak fokus dengan gadgetnya itu. Bahkan Radith terlihat sangat tampan meski dia berdiri di jarak yang tidak dekat dengan Radith. Sejak semalam, hanya wajah Radith yang ada di benak Lira.
'gak papa deh Gue Cuma disuruh berdiri di sini, sampai nanti core juga Gue jabanin asal dia ada di situ. Ya Tuhan, bisakah ciptaan-Mu yang uwu itu menjadi jodoh hamba yang kentang ini? Hamba mulai jatuh cinta Tuhan.' Batin Lira yang tanpa sadar melengkungkan bibirnya ke bawah.
Lira cukup tahu jika sangat mustahil Radith menyukainya, apalagi yang dia dengar, anak dari keluarga Wilkinson itu sangat cantik, tak mungkin menjadi saingannya. Memang Pangeran harus menikah dengan putri Raja bukan? Hal itu membuat hati Lira cukup sesak, dia ingin bisa terus berada di sisi Radith.
'Mungkin karna Gue terlalu kagum sama dia makanya Gue sampai kayak gini. Lo bakal biasa lagi ke dia, Lo gak usah khawatir. Lo Cuma kagum karna dia baik, udah itu aja, iya, Lo gak boleh pakai hati, nanti Lo yang sakit sendiri.' Batin Lira lagi samabil menganggukan kepalanya.
"Eh? Aku kira Kamu sudah pergi dari tadi? Kenapa Kamu masih ada di sini? Kamu mau menunggu satu jam di situ samapai rapat dimulai? Kembali ke ruanganmu," ujar Radith dengan tegas. Lira mengangguk dan langsung keluar dari ruangan Radith, saat Lir ahendak masuk ke dalam ruangannya, dia melihat seorang bidadari berjalan riang dan langsung masuk begitu saja ke ruangan Radith.
"Eh buset, ketuk pintu enggak, nyelonong masuk aja, semoga gak ngamuk deh tuh pak Radith," ujar Lira menggelengkan kepalanya dan langsung masuk ke ruangannya. Lira duduk sambil menata berkas yang akan mereka pakai untuk rapat, namun pikirannya terus melayang pada sosok yang tadi dia lihat.
"Eh guys, di sini ada penunggunya atau gimana sih?" tanya Lira yang membuat mereka bingung. Mereka langsujg fokus pada Lira dan menatap sekitar dengan ngeri, mereka tak pernah memikirkan hal itu sebelumnya, mereka tak tahu jika di tempat ini ada penunggunya.
"Lo bisa lihat mereka? Gak usah nakut – nakutin deh, kita kerja di sini udah lama tapi gak pernah ngomongin itu loh. Malam ini aku Lembur, malah jadi takut kan," ujar salah satau di antara mereka. Lira terdiam cukup lama, membuat mereka makin takut dan peenasaran, bahkan mereka sudah berdiri dari duduknya dan mendekat ke arah Lira dengan takut.
"Selama ini aku juga gak pernah lihat, barusan tapi aku lihat. Tapi setannya cantik banget, bahkan mungkin itu bidadari kalik. Masak dia masuk ke ruang pak Radith tiba – tiba gitu," ujar Lira yang membuat mereka mengerutkan keningnya. Merek berpandangan satu sama lain dnegan wajah yang khawatir.
"Maksud kamu ada cewek yang masuk ke ruang pak Radith? Tembus gitu?" tanya salah satu di antara mereka. Lira menggelengkan kepalanya, mereka tentu makin bingung dengan respon Lira yang tidak jelas. Mereka mendesak Lira yang terdiam untuk mengatakan apa yang Lira lihat, sepertinya gadis itu sedang mengingat sesuatu.
"Tapi tadi orangnya buka pintu kok, Cuma gak ketuk dulu gitu. Kalau kita kan harus ketuk gitu. Cantik banget gila, gak kayak manusia," ujar Lira yang membuat mereka menghela napas dan bubar untuk duduk ke tempat mereka masing – masing. Hal itu tentu membuat Lira merasa bingung, teman – temannya tampak biasa saja, seolah hal itu sering terjadi.
"Itu sih pasti Lunetta, kirain apaan, gak penting banget kamu ah," ujar Sekretaris itu yang juga kembali ke tempat duduknya. Lira mematung seketika saat mengetahui gadis yang sangat cantik itu bersama Lunetta. Jika Lunetta secantik itu, dia tak akan mendapat ruang di hati Radith.
"Gue kira Luna Cuma kaya dan menawan. Udah gitu aja, tapi ternyata dia cantik banget. Demi apa, kalau gitu Radith gak mungkin gak suka sama dia. Aduh Lira, mimpi apa sih Lo, kentang kayak Lo kok mau mengharap dapat serbuk berlian. Mimpi aja Lo," ujar Lira yang memukul dadanya sendiri.
Lira merasa sedikit sesak saat tahu 'wujud asli' sososk Lunetta yang selama ini hanya bisa dia bayangkan. Bodohnya dia tak melihat ke media sosial tentang Lunetta ini, Lira kembali pada pekerjaannya dengan lemas, entah mengapa dia merasa langsung patah hati padahal dia belum memulai apapun. Memang jika mengharap sesuatu yang mustahil, kemungkinan besar kita akan terluka.
"Yok kita ke ruang rapat, udah ada notif dari pak Radith," ujar salah satu di antara mereka. Lira membawa semua berkas itu dan berdiri dari duduknya. Di benaknya masih terbayang wajah cantik Lunetta yang putih, bersih, bahkan jauh lebih putih dari sapi yang ada di desanya dulu.
Lira tersenyum sopan saat Radith keluar dari ruangannya. Mereka langsung berjalan bersama – sama menuju ruang rapat bersama dnegan staff lain. Namun baru beberapa langkah saja mereka berjalan, sesorang berteriak dan membuat mereka menengok kaget bebarengan. Yang lebih mengjutkan, Radith sampai berbalik menghampiri orang itu, sesuatu yang terbilang 'bucin'
"Lihat kan? Pak Radith tuh suka banget sama Lunetta, mungkin udah cinta kalik ya? Cuma dipanggil aja dia langsung nyamperin gitu," ujar bendaraha yang menatap iri ke arah kedua manusia yang rupawan yang ada di hadapan mereka.
"Ah, kalau serbuk berlian ketemu sama serbuk berlian, gue yang Cuma biji besi bisa dapat apa coba? Berkarat gue lama – lama, astaga, mereka cocok banget gak sih? Gue berharapnya mereka sih jodoh," ujar salah satu dari mereka yang menimpali lagi. Lira hanya terdiam dan menatap ke arah Radith dan Luna yang tampak mengobrol sementara mereka menunggu Radith dan harus menyaksikan keuwuan itu.
"Udah, Lo tunggu aja di dalam. Biasanya juga Lo anteng aja kan di kamar sambil nonton Tv, kalau Lo bosan Lo balik aja, kabarin Gue tapi biar Gue gak nyari Lo di kolong meja," ujar Radith yang dijawab wajah kesal dari Lunetta. Luna mendekat dan membisiki sesuatu, Radith langsung memutar bola matanya dengan malas.
"Gak usah Gue juga kalik, kan bisa minta OB, pakai telpon aja, udah ah, Gue mau rapat penting," ujar Radith yang berbalik menyusul karyawan yang dia tahu sedang menonton. Pemandangan sepert ini sudah lumrah bagi mereka, Luna sering datang ke tempat ini dan sering melakukan hal – hal aneh yang Radith tak bisa bantah.
"Gak mau tahu, Gue maunya Lo yang ambil, Semangat rapatnya, walau Lo banyak rapat tetap Gue yang lebih kaya," ujar Luna yang sengaja mengejek dan langsung menutup pintu dari dalam sebelum Radith berbalik dan memarahinya. Radith yang sudah berhenti melangkah kembali melanjutkan langkahnya karna dia tahu ruangannya pasti dikunci dari dalam.
*
*
Rapat selesai setelah dua jam penuh mereka berkutat dengan evaluasi dan rencana ke depan. Mereka keluar dari ruang rapat dengan wjaah ynag beragam, apalagi setelah mereka tahu target Radith ke depan, mereka akan jauh lebih sibuk dan lebih banyak pekerjaan.
"Kalian langsung kembali saja ke ruangan, saya harus ke cafetaria," ujar Radith yang diangguki oleh mereka. Perilaku Radith kembali menjadi sorotan, seorang bos besar rela mengambilkan sendiri makanan untuk seorang gadis. Hal itu tentu sangat romantis dan membuat mereka berkhayal bagaimana jika mereka menjadi gadis yang beruntung itu.
Lira sendiri kembali duduk di tempatnya dan langsung meletakkan kepalanya di meja. Dia merasa sedih, patah hati dan semua bercampur aduk menjadi satu. Lira sendiri tahu dia tak berhak untuk merasakan yang seperti ini, namun hatinya tak bisa dia kendalikan, dia sudah benar- benar menyukai Radith. Lira memukul kepalanya pelan agar dia bisa melupakan kejadian tadi.
"Kamu kenapa? Tadi pagi senyum – senyum, sekarang kayak orang frustasi gitu, gak jadi menang Lotrenya? Gak usah dipikirin, berarti belum rejeki. Nih ada berkas yang harus di cek pak Radith, Kamu kasih sekarang ya, biar bisa aku lanjutin lagi kalau ACC," ujar sekretaris itu yang diangguki oleh Lira.
Lira masuk ke ruangan Radith dengan hati – hati, takut menganggu atasannya itu dengan Lunetta. Namun Lira tak mendapati gadis itu sama sekali. Apakah gadis itu sudah pergi? Syukurlah, Lira tak perlru merasa tak enak atau merasa insecure karna melihat Lunetta yang nyaris sempurna di matanya(ini tidak berlebihan, Luna memang snagat canatik bagi Lira)
"Permisi Pak, saya membawakan berkas untuk bapak cek, ini saya diberikan oleh sekretaris," ujar Lira yang menyodorkan map yang dia bawa. Radith yang sedang bermain game hanya mengangguk dan meminta Lira untuk mendekat lalu meletakkan map itu di meja. Lira berjalan pelan dan meletakkan map itu di hadapan Radith.
"Ah, tolong kosongkan sisa jadwalku hari ini, terserah mau di rescedule hari apa. Jika pekerjaanmu sudah selesai kamu boleh pulang duluan," ujar Radith yang diangguki oleh Lira. Lira langsung berpikir jika Radith terlalu sibuk dengan Lunetta dan mereka akan pergi bersama hingga Radith tak bisa melanjutkan jadwal hari ini.
"Radith? Lo ngomong sama siapa?" Lira langsung menengok kaget ke arah pintu yang tertutup. Ruangan pribadi Radith yang Lira tahu belakangan jika itu adalah kamar. Lira tak salah dengar, dia mendengar suara perempuan dari ruangan itu, itu artinya Lunetta belum pergi dan berada di dalam kamar itu.
"Kamu boleh kembali ke ruangan kamu," ujar Radith yang diangguki oleh Lira.
~pyaar
"RADITH!" terdengar suara pecahan barang disusul teriakan yang membuat Radith langsung berdiri dari tempatnya menuju ruangan itu, Radith mencoba membukanya, namun ternyata dikunci.
"Luna? Heh Lo kenapa di dalam sana? Bukain pintunya weh, suka banget sih Lo kunciin gue, ini kan perusahaan gue, ruangan gue! Bukain!" ujar Radith dengan panik dan menaik turunkan daun pintu dengan panik. Lira tak mau ikut campur, dia ingin segera keluar dari ruangan itu, namun langkahnya berhenti meski pintu sudah dia buka saat ada suara pintu lain yang terbuka.
"Astaga, Lo gila ya? Lo ngapain ****? Hahaha." Lira menengok dengan takut, namun yang dia dapati adalah Radith yang masuk ke ruangan itu, tak lupa menutup kembali pintunya. Hal itu sontak saja membuat hati Lira remuk, dia juga bingung dan tak menyangka.
"Hubungan mereka udah sejauh itu? apa jangan jangan pak Radith batalin janji karna?" Lira langsung keluar dari ruangan Radith dan menutup pintunya sambil menggelengkan kepalanya saat melihat bayangan bayangan 'menyeramkan' yang ada di kepalanya.
*
*
*
*
Pernahkah kalian patah hati di saat baru aja jatuh cinta? ceritakan pengalaman kalian di kolom komentar!!!!
Bantu Author untuk mendapat 60 like per chapter. Share ke teman teman kalian yang memiliki akun Mangatoon, makin banyak yang jatuh hati sama Radith, makin baik.
Terima kasiiihhhhhh
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 168 Episodes
Comments
Muhammad Adwa Adwa
Pernah...
Satu pengalaman..
Dalam percintaan..
2020-12-20
0
🌸 S U C I A G N I A 🌸
Pernah tuhh, aku suka sam seseorang tau nya orang itu malah pilih orang lain sampe pacaran, bikin nyesek aja
2020-12-10
0
iisdaryani
wah lira udah kayak radit. terjebak di cinta darrel dan luna. ini lira antara radit dan luna . ohhh
2020-05-31
1