Lira bangun dari tidurnya dan meregangkan tubuhnya yang masih terasa pegal. Bisa dibilang kemarin dia dikerjai habis – habisan oleh CEO yang menyebalkan itu. Dia diminta untuk menyelesaikan file presentasi yang sebenarnya merupakan tugas sekretaris, namun dengan alasan Sekretaris itu sibuk, Radith meminta Lira untuk melakukannya, dia bahkan tak sempat membereskan mejanya.
" Astaga, baru hari ketiga, gue udah malas mau pergi ke sana lagi. Apa gue harus tahan selama satu bulan dan resign ya? Astaga, rasanya capek banget kerja di sana," ujar Lira yang menggulung rambutnya dan bangkit dari kasurnya. Gadis itu berjalan dengan malas menuju kamar mandi dan mulai membilas dirinya.
Lira keluar dari kamar mandi dengan kemejanya. Lira melihat adiknya yang masih terlelap. Gadis itu langsung tersenyum dan berjalan menuju dapur untuk menyiapkan sarapan. Gadis itu membuat nasi goreng yang lezat baginya. Tak banyak yang bisa dia siapkan karna dia tak memiliki banyak uang untuk saat ini.
Lira bukan berasal dari keluarga yang berada. Itu sebabnya pula Lira langsung menerima lowongan yang bahkan dia tak tahu apa pekerjaannya, dia hanya melihat gaji yang ditawarkan, dia bisa melakukan banyak hal dengan gaji itu. Kini mau tidak mau Lira bertahan, paling tidak untuk satu bulan agar dia bisa mendapat gaji pertamanya.
" Dek, kakak berangkat kerja dulu ya, makanan udah kakak siapin di meja. Kamu jangan kesiangan loh, kamu harus sekolah," ujar Lira pada adiknya yang tampak menggeliat karna Lira menyentuhnya. Adik Lira langsung membuka matanya dengan sayu dan menatap Lira dengan sedih. Hal itu tentu membuat Lira menjadi bingung.
" Adek gak mau pergi ke sekolah mba. Adek udah ditegur terus sama guru dan bahkan adek gak baka bisa ikut ujian kenaikan minggu depan kalau adek belum bayar uang sekolah. Itu juga bukan sekolah yang bagus – bagus amat, tapi biayanya mahal banget. Adek mau keluar aja mbak," ujar Adik Lira yang membuat gadis itu mengurungkan langkahnya.
" Kamu ngomong apa? Kamu harus sekolah. Kuping kamu ditebelin aja kalau ada guru atau teman yang negur kamu, itu semua urusan mbak. Mbak bakal bayar semua sebelum minggu depan. Sekarang kamu mandi, mbak mau berangkat kerja dulu," ujar Lira yang membuat adiknya itu menghela napasnya.
" Mbak gak usah terlalu maksain buat bayar sekolah aku mbak, kita buat makan aja susah. Bahkan mbak mau beli sepatu sama baju buat kerja aja harus ngehabisin uang tabungan. Dah lah mbak, orang miskin tuh bakal selalu jadi miskin, dan mereka yang kaya akan terus bertambah kaya. Udah hukum alamnya kelinci gak akan menang lawan singa," ujar adik Lira yang membuat gadis itu menghela napas.
" Kita memang terlahir miskin, tapi kamu ingat ada kutipan yang Mbak suka. 'bukan salah kamu kalau kamu terlahir miskin, tapi akan menjadi kesalahan kamu jika kamu mati dalam keadaan miskin.'. Mbak yakin kalau kita berusaha, kita pasti akan menjadi kaya," ujar Lira pelan, meski dia tak yakin pada hal itu, dia harus meyakinkan adiknya.
" Mbak, kenapa mbak gak nikah aja sama Om – Om kaya yang penyakitan gitu Mbak? Kan kita bisa langsung kaya tanpa harus susah payah gitu," ujar Adik Lira yang membuat gadis itu meradang. Lira menggeplak kepala Adiknya cukup keras, bahkan sampai adiknya itu menjatuhkan kepalanya ke bantal.
" Kakak kandung rasa Ibu tiri, tega nian kau lukai adikmu yang ganteng ini," ujar Adik Lira yang membuat Lira mendengus dan keluar dari kamar itu dengan kesal. Berharap apa dia dengan adik tengilnya ini? adegan romantis kakak dan adik? Bahkan jika dunia ini berputar ke arah sebaliknya, hal seperti itu tak akan pernah terjadi.
" Kalau kamu gak buruan mandi, nasi gorengnya Mbak yang makan, terserah kamu mau mati kelaparan atau gimana," ujar Lira yang mulai berteriak sambil memakai sepatunya.
Adik Lira tahu ancaman itu tak akan pernah terjadi, namun dia tak mau kehabisan waktu untuk mencari satu piring sarapan yang akan disembunyikan oleh Lira.
" Iya – iya, ini mau mandi, mau ke sekolah, lupa ada janji ngapelin ayang beb aku,"' ujar Adik Lira dengan asal sambil bangun dan merapikan tempat tidurnya dengan mata yang masih setengah tertutup karna sungguh malas untuk pergi ke Sekolah.
Lelaki itu sudah terbiasa langsung merapikan tempat tidur jika dia sudah bangun, hal itu sudah ditanamkan oleh Lira sejak kecil, jadi dia melakukan itu semua dengan reflek dan tanpa paksaan sama sekali. Lira sudah berusaha sebaik mungkin untuk menjadi orang tuanya setelah orang tua mereka meninggal karna kecelakaan.
" Halah, sok sok an mau ngapelin anak orang. Kasih bunga aja masih metik punya tetangga," jawab Lira yang langsung bangkit, memasukkan ponsel ke dalam tas dan langsung pergi dari rumahnya. Dia tak mau ketinggalan angkot dan terlambat masuk ke dalam kantor.
" Pasti setelah ini gue makin dikerjain sama tuh CEO gila. Gue harus kuat, gue harus pikirin gimana Adik gue bisa sekolah sampai lulus," ujar Lira yang menyemangati dirinya sendiri. Lira tak peduli jika dia harus melakukan akrobat kaki di kepala, kepala di kaki jika itu bisa membuatnya bertahan di perusahaan itu.
" Tuhan, kasih Lira petunjuk biar Lira bisa dapat uang yang banyak sebelum satu minggu. Ginjal Lira Cuma dua, Lira gak bisa jual salah satunya," ujar Lira pelan agar tak menjadi pusat perhatian. Gadis itu menghilangkan semua pikiran dan bayangannya untuk fokus pada jalanan yang dilalui oleh angkot ini.
*
*
" Loh? Lo naik angkot kalau mau berangkat kerja? Pantas aja Lo selalu bau solar kalau masuk kantor, kebanyakan kena polusi waktu nunggu angkot atau jalan ke kantor. Yuk masuk, bareng sama gue aja." Lira tentu terkejut saat sebuah mobil berhenti di sebelahnya, ternyata itu adalah Sekretaris Radith.
" Hehehe, gue bukan orang kaya yang punya mobil, motor ada sih, tapi dipakai adik gue buat sekolah. jadi gue lebih baik naik angkot daripada harus jalan kaki sampai kantor," ujar Lira yang membuat sekretaris itu menganggukkan kepalanya. Dia bisa melihat kondisi Lira untuk saat ini.
" Lo Cuma tinggal perlu kerja dengan rajin dan dapat hadiah mobil dari CEO. Nih mobil gue juga pemberian dia kok, baik banget kan?" tanya Sekretaris itu yang tentu membuat Lira terkejut. Harga mobil yang paling murah tetap saja merupakan hadiah yang mahal. Tapi ini? Lira tahu mobil yang dia tumpangi ini sangat mahal.
" Demi apa? Ini hadiah? Hadiah? Free? Apa masih kena pajak?" tanya Lira dengan bingung. Namun Sekretaris itu tampaknya tak bercanda, sebaliknya, dia merasa geli melihat respon Lira, sepertinya dia meragukan tingkat kekayaan Radith yang sudah bergabung dengan Wilkin's coorp. Mobil seperti ini tidak akan membuat Radith menjadi miskin.
" Hmm, tapi kalau dikasih pun, Gue gak akan sanggup bayar pajak tahunannya, terlalu mahal, hehe," ujar Lira pelan, meski dia merasa mobil yang dia tumpangi sangat mengagumkan, namun dia tak berani untuk membayangkan jika dia juga mendapat mobil ini suatu hari nanti.
" Eum, pekerja pak Radith yang dah kerja sama pak Radith selama satu tahun pasti dapat sih, tergantung apa yang Lo kerjakan. Apa yang Lo kerjakan itu bakal menentukan jenis dan merk mobil apa yang bakal Lo dapat," ujar sekretaris itu pada Lira. Lira kembali terkekeh dan menggelengkan kepalanya pelan.
" Gue bahkan gak yakin bakal bertahan di perusahaan itu lebih dari satu tahun. Gue gak ada rencana buat lama – lama kerja, kerja di sana kayak Cuma batu loncatan buat gue aja, gajinya gede sih," ujar Lira yang tentu membuat sekretaris itu terkejut. Bahkan banyak orang yang ingin bertahan lama di perusahaan besar.
" Waktu gue terlalu habis buat bekerja, sedangkan gue punya kehidupan sosial yang gak kalah penting. Kalau gue udah ngumpulin cukup uang, gue bakal resign dan memulai hidup gue pakai uang itu. Gue rasa gaji tiga sampai empat bulan di sini udah cukup," ujar Lira dengan jujur, Sekretaris itu masih terkejut, namun dia masih mencoba untuk memahami Lira.
" Gue yakin Lo terlalu pintar untuk bertindak gegabah. Apapun itu, Lo lakuin aja kalau menurut Lo baik, tapi feeling gue sih Lo bakal betah kerja di sini, percaya sama gue deh," ujar Sekretaris itu yang membuat Lira terkekeh lagi, dia bahkan sudah bertekad dengan rencananya, mana mungkin dia bertahan lama di perusahaan itu.
*
*
" Huh, kerjaan apa lagi hari ini?" tanya Lira yang baru sampai ke mejanya dan duduk di sana. Dia menyalakan PC di hadapannya dan menunggu sampai PC itu benar- benar menyala. Lira sedikit terkejut karna tak ada pekerjaan apapun di sana.
" Kok perasaan gue gak enak ya? Apa gue datengin tuh orang? Tapi kalau gue malah dikasih kerjaan aneh? Ah tauk ah, gue tunggu aja," ujar Lira yang menyenderkan badannya ke kursi, namun satu jam berlalu, dia dan orang – orang di sini masih belum mendapat pekerjaan baru, mereka hanya perlu menyelesaikan pekerjaan mereka kemarin.
Lira akhirnya memutuskan untuk menghampiri Radith di ruangannya. Gadis itu mengetuk pintu ruangan Radith dan masuk saat tak ada yang merespon. Betapa terkejutnya Lira saat dia melihat seonggok daging menidurkan dirinya di sofa. Lira tahu itu baju yang sama saat mereka pergi kemarin.
" Nih orang gak pulang ke rumah? Apa emang gak punya rumah? Gila lah, gak mandi, gak cuci kaki cuci tangan, langsung rebahan, mana ada CEO macam ini?" tanya Lira pada dirinya sendiri. Gadis itu berjalan pelan dan ingin membangunkan Radith, namun dia merasa tak enak sendiri.
" Luna. Luna. Gue terlalu sayang sama Lo. Kenapa Lo pilih dia daripada gue?" Lira tentu langsung terkejut dan melihat tangannya yang ditarik oleh Radith. Mata lelaki itu masih terpejam, namun genggaman tangannya sangat erat. Seakan lelaki itu sedang menahan sesuatu agar tak pergi dari hidupnya. Lira menyadari siapa nama yang disebut oleh Radith.
" Luna? Jadi ternyata Luna yang bikin CEO ini sampai kayak gini? Wah, hebat banget tuh orang, jadi penasaran gue orangnya kayak apa," ujar Lira yang menatap wajah tenang Radith. Lelaki itu tampak tenang dan tampan jika diam, namun lelaki itu berubah menjadi iblis jika sudah membuka matanya.
" Pak, Pak, Bapak tuh sampai gak pulang dan tidur di sini, bapak padahal juga masih muda dan ganteng, masak Luna Luna itu gak mau sih sama Bapak? Apa Bapak udah jadi bucin ya pak? Ih, ganteng – ganteng bucin," ujar Lira pelan, tak mau membuat Radith terbangun.
Namun Lira salah, lelaki itu membuka matanya sedikit, menatap wajah Lira dengan sayu, hal itu tentu membuat Lira menahan napasnya.
Bagaimana bisa Radith bangun di saat yang seperti ini? apakah lelaki itu merasa terganggu? Apakah lelaki itu dengan semua yang dikatakan oleh Lira? Apa yang harus Lira katakan pada Radith?
" Luna, jangan tinggalin gue Lun. Gue gak bisa minta Lo buat tinggalin dia, tapi gue mohon Lo tahu, gue bakal lakuin semua buat Lo, Lo tinggalin dia aja ya?" Lira langsung mengubah air mukanya saat melihat Radith yang ternyata masih mengigau. Hal itu membuat Lira jadi curiga dan berjongkok.
Lira baru menyadari ada bau alkohol dari arah Radith. Apakah lelaki itu mabuk? Atau jangan – jangan lelaki itu mabuk karna gadis bernama Luna? Apakah Luna sudah memiliki orang lain hingga Radith yang mencintainya merasa frustasi? Sepertinya kisah cinta mereka sangat menarik, namun Lira berusaha untuk tidak penasaran lagi, hal itu bukan urusannya.
" Pak, pak Radith itu ganteng. Kalau Luna Luna itu gak bisa tahu dan gak bisa lihat apalagi gak bisa cinta sama pak Radith, Cuma ada dua kemungkinan," ujar Lira pelan, dia tahu Radith tak akan sadar dengan apa yang dia katakan, namun melihat CEO galak dan seenaknya jadi selemah ini, Lira juga menjadi tak tega.
" Pertama, orang itu terlalu bodoh buat menyadari cinta bapak ke dia yang sampai bikin bapak kayak gini. Kedua, orang yang cewek itu suka lebih ganteng dari Pak Radith," ujar Lira yang kemudian tersenyum saat melihat wajah polos Radith yang kini sudah kembali terpejam.
" Dan saya rasa, kemungkinan kedua itu gak mungkin," ujar Lira pelan setelah terdiam beberapa saat.
Gadis itu memilih untuk melepas tangan Radith yang menggenggamnya pelan – pelan dan langsung keluar dari ruangan itu sebelum orang lain melihat dan salah paham atau Radith sendiri yang sadar dan akan terjadi kecanggungan di antara mereka.
" Ah, anggap aja hari ini lagi dikasih libur sama pak Radith," ujar Lira dengan senang sambil meregangkan dirinya setelah keluar dari ruangan Radith.
Dia menatap tangannya yang tadi di genggam oleh Radith, entah mengapa senyum langsung terbit di bibirnya tanpa diminta, dia tak bisa mengendalikan senyum itu.
" Astaga, tangan gue bau alkohol, huwek," ujar Lira setelah mencium tangannya sedikit, gadis itu langsung berjalan ke kamar mandi untuk membilas tangannya sebelum kembali ke ruang kerja agar tak menimbulkan pertanyaan dan kecurigaan dari orang – orang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 168 Episodes
Comments
VanillaLatte
radith.kamu harus bangkit cari kebahagia an kamu sekarang. semoga lira bisa membuat kamu lebih bahagia lagi
2020-05-16
1
Dematu Elissandri Sihite
thor,, jangan lama" yahh up nya ,
gak tahan aku
2020-05-15
1
Lie_kawaii
kasian radith thor,, semoga hari2 radith lebih seru dengan lira,, dan lebih bahagia,,, ❤️❤️❤️
2020-05-15
1