"Pak, saya gak bisa kalau harus ngehubungin Bapak tiap waktu. Kalau nanti malah Lunetta tahu gimana pak? Lagian saya juga bakal lapor sama pak Radith kalau ada apa – apa," ujar Lira yang membuat Radith memasang wajah ketus di seberang sana. Lelaki itu menelponnya tiap dua jam sekali, tentu setelah memastikan Luna tak ada di sekitar mereka.
"Siapa yang bos di sini? Saya bosnya, saya yang berhak menentukan apa yang boleh dan tidak boleh kamu lakukan. Bahkan kalau saya mau telpon kamu tiap jam juga itu hak saya," ujar Radith yang membuat Lira memutar bola matanya dengan malas. Gadis itu mulai berani membelot karna dia tak berada di dekat Radith.
"Ya kalau situ bosnya dan kalau situ gak mau kasih saya kebebasan, situ cari aja orang lain yang mau kerja susah kayak gini. Atau situ aja yang ke sini sendiri," ujar Lira yang membuat Radith melongo. Lira terkekeh melihat ekspresi bosnya yang bingung dan tak menyangka Lira berani untuk membantahnya.
"Kau menang. Terserah padamu, aku akan pergi ke Korea besok, tapi jangan beritahu Luna sama sekali, aku tak mau dia melihatku dan malah kabur ke negara lain," ujar Radith yang diangguki saja oleh Lira, Lira membiarkan Radith yang egois itu melakukan apapun yang dia suka agar panggilan video ini cepat berakhir.
"Ah ya, aku lupa memberitahumu, sepertinya Luna berniat untuk mencari kerja di sini karna bosan. Eits, jangan salahkan aku, aku sudah berusaha untuk mencegah dia, tapi dia yang gak mau," ujar Lira saat wajah Radith berubah tak enak ketika menyebutkan info itu.
"Lo tuh ya, info kayak gini gak bilang dari tadi. Gila, gue udah berusaha profesional pakai Kau aku, tapi Lo malah mancing, dah lah, gak mau tahu, kalau dia kenapa – napa, Lo yang gue cincang waktu sampai ke Indonesia," ujar Radith mengancam Lira, Lira terlihat menengok kanan – kiri dengan wajah panik.
"Luna pulang, Saya tutup dulu biar dgak ketawan, bye bye pak Radith yang ganteng, hahaha," ujar Lira yang sebenanrya berbohong, namun dia segera mematikan panggilan video itu dan melempar ponselnya dengan lelah. Jika boleh, dia ingin pulang ke Indonesia dan mengerjakan pekerjaan biasa karna kini pekerjaannya semakin berat.
"Ah gilak, Gue harus urrus Caroline, Gue urus Lunetta, ini gue asisten pak Radith apa baby sisternya mereka sih? Mana nih Caroline gak ada kapok gangguin pak Radith. Kenapa gak diracun aja sih manusia kayak dia itu?" tanya Lira yang langsung membuka laptopnya dan kembali pada pekerjaannya yang tertunda.
"Wait, ini, serius ini begini? ****, ternyata semua saling berhubungan, kok bisa?" tanya Lira saat menemukan sesuatu yang baru di laptopnya. Dia langsung menyimpan semua data yang baru dia temukan dan segera mengirimkan itu pada Radith. Sepertinya dia akan segera menemukan titik terang untuk masalah yang selama ini membayangi bisnis keluarga Wilkinson.
"Hahaha, ternyata Gue berguna banget. Bagaimana bisa amatir seperti Gue ini nemuin informasi yang sangat penting ini? Kece sekali kamu Liora," ujar Lira dengan bangga sampai meregangan tubuhnya. Dia mendengar suara pintu yang terbuka, Lira langsung menutup laptop dan menyembunyikannya di kamar, lalu keluar dari kamar seolah dia baru saja bangun tidur.
*
*
*
Pagi menyapa, Luna sudah menggedor pintu kamar Lira dan meminta anak itu untuk keluar berjalan – jalan menikmati hari di kotanya para idola itu. Lira yang sebenarnya malas pun akhirnya tetap bangun, apalagi Radith memberinya kabar sudah terbang ke Korea, namun dia baru membacanya karna sudah tidur. Kemungkinan Radith sudah sampai sekarang.
"Kita ke Street food aja ya, udah lama banget Gue pingin cobain street food yang ada di sini," ujar Lira yang disetujui oleh Luna. Mereka segera bersiap dan langsung keluar dari rumah. Luna dan Lira memakan banyak makanan, namun Lira harus memecah fokus karna Radith yang terus rewel menanyakan keberadaannya.
"Posesif banget sih, dasar alay," ujar Lira yang langsung mengirim lokasi langsung dan memasukkan ponselnya ke dalam tas. Dia ingin menikmati liburan di negara ini, karna sejak berda di sini, dia lebih banyak bekerja dibanding berlibur, memang menjadi anak buah Radith sangatlah berat sejak hari pertama.
"Lunetta." Mereka berdua sama – sama melihat ke arah suara yang memanggil mereka. Lira mengernyitkan dahinya dan menerka siapa pria tampan yang mengenali mereka itu. namun karna Lira melihat ekspresi Luna yang kaget namun juga langsung terlihat sedih, Lira langsung tahu identitas orang yang ada di hadapan mereka ini.
"Hai kak, kok bisa sampai sini?" tanya Luna yang mencoba santai dan ramah, namun Lira bisa melihat tangan Luna bergetar, bahkan bibir gadis itu tampak kelu untuk menyapa manusia yang ada di hadapannya. Manusia di hadapan Luna memang tampan, namun sangat berantakan, persis seperti seorang pria yang patah hati ditinggal kekasih.
"Jangan ngomong di sini ya, gak enak dilihat banyak orang. Ra, Gue pergi dulu ya, Lo di sini aja, nanti Gue ke sini lagi. Ayo kak," ujar Luna yang langsung pergi dari sana tanpa tahu respon Lira. Lira langsung berdecak dengan kesal, bagaimana bisa Luna seramah itu terhadap seseorang yang sudah berkhianat? Luna terlalu naif.
"Gue telat ternyata. Harusnya Lo kasih tahu posisi yang jelas dong, Gue harusnya bisa ngeduluin tuh orang, Lo sih." Lira langsung menengok namun orang itu segera meraih tangan Lira untuk pergi dari sana. Lira sendiri merasa bingung, namun dia mengikuti saja kemana orang itu membawanya.
"Lo gak takut Gue culik terus Gue jual sebagai budak? Kayak ala – ala drama Korea yang Kolosal itu," ujar Radith yang sama sekali tak dimengerti oleh Lira. Lira kan tidak menyukai drama korea manapun, bahkan dia tahu Korea juga karna Radith memintanya untuk mempelajarinya, jika tidak sudah pasti sampai sekarang Lira tidak tahu apapun tentang Korea.
"Bukankah saya ada di tempat ini juga karna jadi budak? Saya gak dikasih pilihan kan?" tanya Lira dengan wajah sinis yang dibuat – buat. Radith terkekeh dan langsung mengacak rambut Lira, membuat gadis itu terdiam dengan pipi yang memerah. Lira memang kesal dengan bosnya, namun bukan berarti rasa suka itu hilang begitu saja.
"Kita gak lagi kerja, Lo harus ngomong santai sama Gue. Gue ke sini mau liburan sekalian lihat kondisi Luna, tapi ternyata udah ada orang yang lebih berhak buat ngelakuin itu," ujar Radith yang tertawa hambar. Entah mengapa Lira tidak suka Radith yang seperti ini.
"Kalau Lo suka sama dia, kenapa Lo bersikap kayak gini? Lo itu kayak kura – kura yang gak mau ninggalin rumahnya. Lo Cuma sembunyi dan cinta sama dia dari jauh, apa itu gak sakit buat Lo?" tanya Lira yang membuat Radith takjub. Ternyata Lira memiliki pikiran yang tak jauh beda dari Jordan.
"Ya Lo lihat sendiri akn kalau gue berniat buat nunjukin wajah, selalu ada dia di depan Gue. Gue gak mau jadinya kayak drama yang Gue ngerebutin Luna sambil tarik – tarikan di pinggir jalan. Malu kalik," ujar Radith seolah hal itu bukanlah hal yang besar, namun kilat matanya tak bisa berbohong, dia sangat sedih karna sudah jauh datang tapi tak mendapat apa – apa.
"Kalau gitu kenapa gak berhenti cinta sama dia? Toh tanpa Lo dia juga udah aman, udah bahagia kan? Lo terlalu baik buat bikin dia selalu bahagia, tapi dia gak tahu balas budi ke Lo. Gue yang lihat aja capek loh, apalagi Lo yang jalanin?"
"Dia aman tanpa Gue? Dia bahagia? Menurut Lo, kalau dia bahagia, dia bakal kabur ke sini? Timing gue yang gak tepat, apalagi Gue mulai ada kepercayaan kalau sebenarnya Luna jodoh Gue, berkali – kali dia mau serius tapi ada aja yang bikin batal."
"Dah lah, nanti lagi bahas Lunanya. Karna Lo udah ada di sini, Lo harus traktir gue makanan yang belum pernah gue makan," ujar Lira yang lngsung menarik tangan Radith untuk pergi dari sana. Dia ingin paling tidak Radith merasa bahagia ada di negara ini, sehingga uangnya tak terbuang percuma.
"Lo gila? Gue gak doyan gurita hidup gini. Aneh – aneh aja Lo ah," ujar Radith saat Lira megajaknya ke kedai pinggir jalan dimana orang itu menjual sashimi dan berbagai olahan seafoos segar, termasuk gurita yang masih bergerak.
"Ih, dia itu udah mati, gak usah norak gitu dong. Itu Cuma reflek gerak dia aja, udah mati itu, malah katanya enak banget kalau dimakan. Ayo ah, kapan lagi coba Lo makan yang kayak gini kan?" tanya Lira yang langsung memesan satu porsi untuk mereka bagi berdua karna Lira sendri tak yakin akan menyukai olahan mentah, dia hanya ingin Radith mengalami pengalaman yang tak terlupakan.
Mereka menghabiskan waktu dengan bercanda dan mengobrolkan banyak hal yang sama sekali tak ada hubungannya dengan pekerjaan. Mereka benar – benar menjadikan moment ini untuk melepas penat. Lira yang berhasil dengan niat awalnya tentu merasa lega melihat Radith yang bahagia, Lira lega karna lelaki itu tak lagi murung.
"Ah, kayaknya Lo harus balik lagi ke Luna. Gue juga bakal langsung balik ke Indonesia. Gak punya banyak waktu gue. Makasih udah mau traktir bos Lo yang ganteng ini."
"Loh? Langsung pulang? Ketemu sama Luna dulu lah, kan Lo ke sini karna Luna, gimana sih Lo?" tanya Lira yang dijawab gelengan kepala oleh Radith.
"Tujuan Gue ke sini buat lihat secara langsung keadaan dia. Gue gak percaya sama Lo, bisa aja kan Lo ngurung dia di gudang terus senang – senang sendiri? Nah karna sekarang gue udah lihat dia baik – baik aja, ya Gue senang aja dan bisa kembali ke negeri Indonesia tercinta."
"Bos alay," ujar Lira pelan namun masih bisa ditangkap oleh Radith. Lelaki itu memilih untuk membiarkan Lira, tak ingin memperpanjan percakapan di antara mereka. Radith menelpon seseorang dan meminta orang itu menjemputnya, sementara Lira langsung kembali ke Luna karna sudah lama meninggalkannya, takut Luna jadi curiga.
"Semoga kalau Luna bukan jodoh pak Radith, pak Radith bisa bahagia dan lupain dia. Tapi kalau emang jodohnya, semoga Gue bisa iklas nerimanya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 168 Episodes
Comments
Kia Sandra
oh jadi ada radith jga pas darrel datang ke korea hmm kalo waktu itu radith dluan yg nyamperin luna kira" radith yg dapetin luna gak ya
2020-06-24
2
Lulu Ceriaa
lanjut
2020-06-20
1
Swastika Yulianti
baru lht notif jam segini dan baru d baca...semangaat ya thor aku juga semangaaat loh bacanya...up banyak episode yaa
2020-06-20
1