Dua minggu telah berlalu...
"Arsen mengemasi barang barangnya nanti saja ya? Setelah kau pulang bekerja, lagi pula malam ini kita masih menginap di sini".Suara Edel terdengar lemas sekali
"Edel kau kenapa?. Apakah kau sakit?.."
"Entahlah aku hanya sedikit pusing, bahkan kalau aku bangun atau berdiri pandanganku serasa berkunang".
"Mau sarapan pagi di kamar saja, biar aku bawakan hemmm?"... Arsen mengusap lembut wajah pucat istrinya.
"Tidak usah, lagi pula aku ingin menemani suami tampanku makan di meja makan".
"Baiklah".
Saat keluar dari kamar dan akan menuruni tangga sepasang suami istri lainnya nampak keluar beriringan wajah Azelia terlihat sendu juga dengan kelopak mata yang sedikit membengkak seperti habis menangis.
Edelweis mengeratkat pegangan tangannya di tralis tangga di kala rasa pusing menerkanya matanya terpejam rapat sampai sampai langkahnya terhenti, Arsen tidak menyadari dengan keadaan istrinya, berbeda dengan Arman saat ujung matanya tidak sengaja menangkap sosok wanita yang pernah menghabiskan malam dengannya hampir saja limbung dengan cepat Arman menahan bahu Edelweis .. "Apa kau ingin mati dengan cepat hah!!!".. Arman membentak dengan kasar.
"Ya Tuhan Edel, Apa kau masih merasa pusing?, mau kembali ke kamar atau mau lanjut turun ke bawah?". Arsen terlihat cemas.
"Aku tidak papa, tolong bantu aku turun Arsen, sepertinya Kakakmu menyumpahiku".
Dengan di bantu Arsen Edel menuruni satu persatu anak tangga, Arsen memapahnya dengan penuh kehati hatian, sedang di meja makan telah ada Mama Arin dan Papa Arya sedang berbincang ringan, Azelia segera mengambilkan Arman sarapan pagi dengan cekatan dia melakukan tugasnya tanpa sepatah katapun.
"Edel kau sakit nak?.. wajahmu nampak pucat". Mama Arin menyadari keadaan menantunya.
"Hanya kurang enak badan sedikit Ma, mungkin kurang istirahat".
Disaat semua orang menikmati sarapan mereka Edelweis menahan mual yang teramat di kerongkongannya isi perutnya seakan protes minta keluar saat ini juga sampai sampai kedua pipinya tampak menggembung menahan muntahan yang telah sampai di mulutnya, yang jika Edel sampai membuka mulut cairan muntahannya sudah di pastikan akan keluar begitu saja, Edel segera berlari ke arah kamar mandi terdekat dan memuntahkan semua isi dari perutnya tanpa terkecuali.
Arsen segera menyusul istrinya ke kamar mandi serta membantu Edel memijat pelan tengkuk lehernya, setelah beberapa saat memuntahkan semuanya Edel di papah Arsen untuk di dudukan, semua orang menghampiri Edel termasuk Arman ia juga tampak mengkhawatirkan istri dari Adiknya, Keringat sebesar biji jagung bermunculan di kening Edel.
"Kak Arman tolong panggilkan Dokter segera". Arsen berujar sesekali mengelap kening istrinya.
Mama Arin dan Papa Arya menyarankan Edel untuk di bawa ke kamar, baru juga Edel akan berdiri tiba tiba pusing itu mendera dirinya pandangannya menganut dan setelahnya dia tidak dapat melihat apapun dia hanya mendengar samar samar semua orang meneriaki namanya dan di detik itu juga dia tidak sadarkan diri.
🔪🔪🔪🔪🔪
Dokter keluarga Light telah memeriksa kondisi anak menantu Nyonya Arin. menurut hasil penelitian kondisi Edel itu salah satu tanda wanita yang tengah hamil muda, Tapi untuk lebih meyakinkan Dokter menyarankan untuk pergi ke Rumah Sakit untuk pemeriksaan lanjutan, sebelum pulang Dokter telah memberikan Vitamin untuk segera memulihkan kondisinya.
Sedangkan Edelweis yang sadarkan diri di temani Mama Arin dan Azelia hanya mematung atas pernyataan Dokter tadi yang menanyainya tentang kapan terakhir kali mendapatkan tamu bulanannya, Arsen dapat menghitung usia kehamilannya ia terlihat kecewa yang berusaha di tutupnya dengan senyuman yang pura pura berbahagia namun terpancar luka dari pupil matanya.
"Mari dok biar saya antar". Arsen mengantarkan Dokter sampai depan.
"Aku pamit ke kantor" Arman pergi dengan buru buru meninggalkan semua orang.
Arman segera memacu kendaraannya untuk mengejar Dokter Sam, yaitu Dokter keluarganya untuk sekedar memastikan prasangkanya di benaknya bayangan tentang malam panjang bersama istri adiknya itu seakan kilasan film.
Arman berhasil menghentikan mobil Dokter itu jauh dari Rumah kediamannya, Arman segera keluar dan menghampiri mobil Dokter Sam.
"Dok berapa usia kehamilan Edelweis?.."
"Menurut perhitungan terakhir datang bulan kurang lebih minggu ini adalah minggu ke empat Tuan."
Degg..
Arman tidak dapat berkata kata, jelas saja dia merasa terkejut bahkan dia ingat dengan sangat jelas kalau dia yang mengambil perawan Edelweis ia tidak bisa melupakan bagai mana dirinya menggagahi gadis perawan itu tentang seberapa banyak ia mengulang penyatuan, Dia bahkan ingat dengan jelas saat melepas benihnya di dalam rahim wanita itu, kenikmatan itu tidak akan pernah ia lupakan seumur hidupnya.
Arman segera pergi tanpa mengucapkan apapun lagi, di sudut hati terdalamnya dia merasa sangat bahagia dan bangga atas dirinya,
"Aku akan menjadi seorang Daddy"...
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
💜🌷halunya jimin n suga🌷💜
nanti anak edell manggil ya apa ya... papa apa om...... karma mu sedang berjalan arman
2023-10-05
0
Endah Setyati
lah ,,katanya ga mau punya anak kalo lahirnya dari Edel,mending ga punya anak,ko sekarang malah bangga mo jadi Daddy,,amnesia kaenya 😤😤😤😤
2023-09-16
0
Ismei Dhamayanti
Daddy,, Daddy,, gundul mu arman
2023-02-12
2