Setelah beberapa hari berlalu, kedua pasang pengantin baru menjalankan hari harinya di rumah keluarga Light, semuanya mengalir begitu saja rumah tangga mereka nampak berjalan dengan baik, hanya saja baik Arman maupun Edelweis keduanya seperti dua orang asing yang tidak saling mengenal, jangankan menyapa satu sama bahkan berpapasan pandangan saja Edel membuang muka.
Kebencian yang menggunung untuk Arman tidak bisa Edel tutup tutupi, semuanya di perlihatkan dengan tidak memandang tempat dan ke adaan.
"Pa... Ma... Arsen dan Edelweis berencana pindah ke rumah Papa yang lain, kami ingin mandiri dan kami sudah memikirkan ini dengan baik".. Arsen membuka suara saat makan malam di langsung kan, sedangkan Edelweis tampak tenang mengunyah makanan yang ada di mulutnya.
"Mengapa tiba tiba?.. memangnya kapan rencana kalian pindah?.." Papa Arya berujar.
"mungkin sekitar dua minggu lagi Pa.." Edel berujar setelah makanannaya ia telan.
Mama Arin hanya mengangguk tapi jelas raut wajahnya memacarkan kesedihan bahkan matanya sudah berkaca kaca, sungguh Mama Arin hanya ingin semua anak menantunya berkumpul di rumah yang sama, matanya memerah menahan tangis tidak ingin lagi ia berjauhan dengan putra bungsunya meskipun di kota yang sama, Edelweis tentu sangat peka akan hal itu dia menaruh sendoknya dan berjalan mendekati mama mertuanya. "Mama jangan khawatir Arsen dan Edel akan sering mengunjungi Mama dengan membawa perut kosong untuk di isi dengan makanan yang Mama buat, Mama tau sendiri kan menantu Mama ini tidak pandai memasak."Hiburnya dan langsung memberikan pelukan hangatnya.
"Ishhh.. Sudah tahu tidak bisa melakukan apapun dengan benar masih saja merepotkan orang lain." Sarkas Arman dengan sinis.
"Terserah saja".
Azelia selalu di buat bertanya dengan sikaf dan kelakuan suaminya, yang selalu ikut campur dengan masalah kedua iparnya Entahlah Ia bingung menyebut pasangan itu dengan sebutan Kakak ipar atau adik ipar karna memang pernikahannya menjadi bersilang seperti sekarang yang mana Edelweis kakak perempuannya menikah dengan Adik iparnya sendiri, Azel tidak terlalu ingin menanggapi pembicaraan itu sungguh tidak berfaedah sama sekali menurutnya.
🔪🔪🔪🔪🔪
"Edel kita menikah sudah beberapa hari dan di waktu yang sama pula aku tidak menyalurkan hasratku, kau tahu sebagai laki laki dewasa aku benar benar membutuhkan menyalurkannya, Aku butuh pelepasan Edel?.". Setelah sampai di kamar dan menutup pintu Arsen langsung membuka suara.
" Iya.. iya Aku mengerti, tapi tapi kau kan tahu alasanku bukan aku trauma atau sejenisnya hanya saja butuh waktu ku mohon mengertilah, seandainya bisa aku membantumu aku juga ingin Arsen"...
"Benarkah??"... Edel menjawab dengan anggukan kepala penuh keyakinan.
"Apapun Arsen asalkan jangan bercinta yang benar benar bercinta". jawabnya kikuk.
Edelweis tidak punya keberanian untuk menolak atau mencari alasan lain atau sekedar menunda apa yang Arsen inginkan. Sudah terlalu banyak kebaikan yang Edel dapat dari laki laki ini, Ia berjanji akan melakukan apa saja asalkan Arsen masih tetap menjadi suaminya ia tidak ingin hanya karna keterbatasan dirinya dalam memenuhi kebutuhan biolos Arsensuaminya mencari kesenangan lain di luar sana.
Arsen menggiring istrinya ke arah ranjang, Dia ******* bibir istrinya dengan penuh kelembutan bahkan sesekali menggigit kecil bibir bawah yang rasanya begitu memabukkan. hasrat kelelakiannya segera bereaksi di susul dengan sentuhan sentuhan yang bagaikan candu untuknya, bagai di timang ke atas awan perasaannya melayang tinggi, kecupan kecupan bibirnya perlahan turun ke leher serta tulang selangka wanitanya berbeda dengan dirinya yang menikmati permainan memabukkan ini, Edel justru mematung dengan kaku seperti kayu bahkan dengan diri yang sudah terbaring di atas ranjang, Ia persis seperti gadis bodoh atau mungkin terkesan linglung.
Arsen menjauhkan wajahnya di atas tubuh Edel yang terbaring dengan pasrah di bawah kungkungannya, senyumannya yang menjengkelkan seperti mengejek wanitanya. "Nikmati dan mende*sahlah, Aku ingin mendengar suara indahmu". ucapannya menggoda.
Edel hanya menggigit bibir bawahnya dan bingung harus bereaksi seperti apa untuk merespon namun yang jelas ada gelayar gelayar aneh pada dirinya yang entah mengapa ia ingin meloloskan suara yang begitu menjijikan mungkin desa*han atau semacam lenguh*an.
"kau menggemaskan".. dengan buru buru dan nampak tergesa Arsen menanggalkan pakaian dirinya dan Edel melemparinya dengan asal ke sembarang arah, Nafasnya terkesan berat dan memburu, Ia tidak menyia nyiakan kesempatan kali ini tangannya mengusap dua kelembutan wanitanya yang nampak benar benar menantang untuk di taklukan tidak jarang sesekali merema*s, memilin dan menjepit ujung kelembutan itu, bibir dan mulutnya menjelajah sema bagian dari tubuh wanitanya, membasahi setiap inci tubuh itu dengan liurnya,.
Ahh.. Ahh.. suara itu terdengar lirih dari gadis yang ada di bawahnya yang terlihat begitu pasrah dengan tindakan prianya..
Arsen menurunkan wajahnya di satu tempat yang sangat indah, di bagian tubuh yang paling di inginkan kaum adam itu. dengan kedua tanganya Edel segera menutup area itu, Ia benar benar malu atas tatapan yang penuh damba yang di tunjukan arsen terhadap dirinya.
"Edel kau memang bukan perempuan pertama untuk diriku, tapi aku melakukan ini untuk pertama kalinya dengan siapapun dan wanita manapun aku belum pernah memberikan servis sampai sejauh ini, terserah kau mempercainya atau tidak". Edel tidak dapat berkata kata, Dia hanya menikmatinya dengan tatapan sayunya.
Edel tidak dapat menahan suaranya karna tindakan Arsen, Bibirnya ******* inti tubuh nya, lidah hangat itu bermain dengan sangat pandai di tempat itu sesekali menambahkan gigitan kecil, Edel hanya mampu beralas rambut suaminya dadanya bahkan membusung dengan tinggi dia tidak ingin berakhir, tapi gelombang itu menghantam dirinya sampai di titik Edel sendiri tidak dapat menjabarkan keadaannya.. "Arsen aku aku... Akhhh".. lenguhan itu terdengar lirih seirama dengan melamarnya syaraf pada setiap anggota tubuhnya.
Arsen menyeringai puas melihat keadaan istrinya yang terlihat mengatur nafas dengan susah payah dia membiarkan istrinya untuk beristirahat sejenak.
"Sekarang giliranku humm"., Arsen membantu istrinya bangun dan memberikan arahan untuk istrinya melakukan permainan terindahnya. Arsen mengusap bibir itu tepat di antara belahannya, permainan untuk dirinya belum di mulai tapi sudah membuat dirinya begitu melayang.
"Maaf jika ini membuatmu tak nyaman, tapi aku tidak memiliki pilihan lain".
Arsen begitu menikmati permainan istrinya meskipun terkesan kaku dan entahlah tapi rasa rasanya kali ini dia benar benar merasa di manjakan dengan bibir mungil serta lidah istrinya itu, sungguh Arsen ingin menghentikan waktu untuk berlama seperti ini
"Arsen apakah masih lama?.. aku sudah lelah mulut dan tanganku bahkan sudah kram, lagi pula aku sudah mengantuk".
"Sedikit lagi, tolong percepat tangan dan mulutmu agar ini segera berakhir". dan benar saja sesuai yang di mintainya, Arsen mencapai puncaknya, pelepasan itu begitu berkesan dia tersenyum bahagia, kemudian mengecup pucuk kepala istrinya.
" Terimakasih"...
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Sulati Cus
yak orang Jawa bilang mluntir😆
2023-11-26
0