Keesokan harinya
Sesuai janji semalam calon kedua mempelai telah tiba di tempat pemilihan gaun pengantin. Tidak lupa beserta ibu mereka masing masing.
Namun sesuatu nampak janggal di mata Arman yang dimana dia melihat Ave sang calon mama mertua hadir dengan Edelweis, Arman bertanya tanya seraya berpikir mengapa bisa yang hadir bersama mama Ave adalah Edel bukan Azel.. "Dimana calon pengantinku?..".. tanya Arman di iringi dengan kerutan di dahinya.,
"Pe-pengantinmu?.. Ma-maksud kak Arman apa?.." Edelweis nampak linglung dengan pertanyaan yang di lontarkan Arman. Batinnya bertanya bagai mana bisa seorang calon pengantin pria bertanya tentang keberadaan calon pengantin wanitanya sedangkan pengantin wanita berada di hadapannya.
Arman tampak berpikir sejenak, memijat sedikit sudut pelipisnya, lalu setelahnya Arman menghembuskan nafas jengah..
Kemudian Arman menjawab dengan nada sinisnya tidak lupa tatapan tajam di jatuhkannya untuk Edelweis "Ya calon pengantin yang aku inginkan bersanding di pelaminan bersamaku adalah adikmu Azelia, Apakah kau berpikir dirimu yang ku pinang?.. Heh.. percaya diri sekali dirimu Edel.
DUARR...
Seketika Edel merasa lemas, lantai yang kini sedang ia pijak serasa bergelombang, mata yang semula memancarkan binar kebahagiaan di detik ini juga telah lenyap, Bahkan dapat di pastikan jika Edel berkedip sekali saja bulir bening itu akan tumpah ruah.
Cinta yang selama ini Edel pelihara dengan baik seakan menguar begitu saja tanpa dapat Edel cegah, perasaan yang membuncah selama ini perlahan gugur tanpa dapat sampai terhadap Tuan pemiliknya, Bukan bukan tidak sampai hanya saja setiap ungkapan cinta itu terlontar hanya kesakitan dan cacian yang Edel peroleh.
"Kakak ulang tahunku sudah terlewat jangan mencoba mengerjaiku., Apa yang barusan Kak Arman katakan itu semua hanya omong kosong kan?.. Kakak hanya bercanda kan, ahh iya kakak pasti sedang ngeprank aku ya?.." Edelweis menghibur dirinya sendiri, tergambar jelas ketakutan dan kepanikan di raut cantiknya.
Cihhh.. Arman berdecih kesal.
"Hidupku tidak seperti hidupmu yang tidak penting, setiap kata yang terlontar dari diriku hanya keseriusan, Aku tidak sedang bermain main apalagi bercanda, yang ingin ku nikahi hanya Azelia jika bukan dia lebih baik aku melajang seterusnya". setiap kata yang terlontar dari mulut Arman bagai peluru yang menembus di dada Edelweis.
Lagi lagi dan lagi
Rasa sakit yang Edel terima, perih atas kenyataan pahit yang di terimanya, Edel hanya menunduk dengan derai air mata yang mengalir dengan sendirinya. Habis sudah harga dirinya untuk kesekian kalinya luka itu timbul semakin dalam. Sedangkan Mama Arin dan Mama Ave hanya menyimak tanpa dapat berkata,.
Edelweis pergi begitu saja dari tempat itu dengan membawa cinta yang mungkin telah menjadi mayat..
🔪🔪🔪🔪
Beberapa hari kemudian
Hanya kebencian yang kini telah menusuk di hati dan pikirannya. kebingungan dengan bagai mana masa depannya yang bahkan telah lenyap di ranjang pria yang menjadi cinta pertamanya.
penyesalan penyesalan malam itu kini berputar di kepalanya, tentang harga diri, kehormatan telah dia berikan kepada Arman, lalu apa lagi yang Edel miliki bahkan hatinya telah mati di bunuh laki laki pujaannya.
Berbagai cara telah Edel lakukan untuk membuat Arman menikahinya dari meminta dan memohon kepada Papa Chandra untuk menikahkan dirinya dan Arman. Semua telah Ia lakukan bahkan berlutut dan mengemis cinta pun telah Ia lalui di depan Pria dengan sejuta pesona itu, yang Edelweis pikirkan saat ini hanya satu, bagai mana imbas dari malam panjangnya dan Arman membuahkan seorang janin, Akan seperti apa malu Papa Chandra.
Jika Arman terus saja menolak untuk menikahinya mungkin dengan Edel memohon kepada Azelia, dapat mengeluarkannya masalah. "Aku sangat menyayangi Azelia aku selalu memberikan smua yang ia inginkan, mengabulkan semua permintaannya meskipun dengan harus mengorbankan perasaanku,. Tidak tidak bukan aku tidak rela melakukan semua itu, aku tulus menyayanginya hanya saja semua ini terlalu membuatku tertekan".
"Hallo.. Azel aku ingin berbicara denganmu apa kau ada waktu?". Edel menyampaikan keinginannya melalui sambungan ponselnya
"Ya Edel katakan saja, sekarang aku lagi sibuk mengatur pernikahanku yang sebentar lagi akan di gelar". jawab Azel d seberang sana.
Edel hanya mematung di tempatnya kini, perasaannya kembali berdenyut nyeri sudut hatinya yang lain kembali terluka entah bagian mana lagi yg belum mendapatkan luka dari cintanya itu.."Ya sudah nanti kita bicarakan di rumah, berhati hatilah Azel semoga hari mu menyenangka"..
__________
Malam harinya di kamar Azel terdengar perdebatan bahkan suara isakan penuh permohonan dari bibir Edel.. ."Azel, kau tahu betapa aku sangat mencintai dan menginginkan Arman menjadi suamikukan?.. aku mohon Azel pertimbangkan lah permintaanku ini apapun yang kau mau akan aku patuhi semua, semuanya akan aku berikan Azel, Aku mohon berbelas kasih lah terhadapku Azel". Edelweis memohon serta berlutut dengan penuh isakan.
"Maaf..
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Elmi Varida
aduuuh...jgn mengemis cinta Edel..msh banyak laki2 yg lebih baik utkmu. percaya dech...
2025-03-11
1
Sri Gancar Rohmat
kok pingin tak cekik si Edel
2024-04-15
0
Sulati Cus
astaga klu d dunia nyata ada si Edel udah tak getok palanya pl centong biar sadar
2023-11-26
0