Senyum bahagia terus terpatri di wajah rupawan, seorang gadis bertubuh mungil nan feminim. Gadis yang memiliki tatapan teduh menyejukkan dengan dilengkapi iris mata hijau zamrud, membuat siapa saja yang memandangnya akan merasa nyaman mengenali sosok gadis tersebut.
Namun tidak dengan orang-orang yang akan memiliki hati iri kepadanya, mereka akan mencari-cari kelemahannya dan mulai mengusik gadis itu. Seperti suaminya sendiri dan juga para pelayan wanita yang ada di kediaman Abraham.
Kini sosok feminim itu, sedang duduk di meja rias. Menatap kembali penampilannya sambil menunggu sang suami untuk mendatangi meja makan.
Setelah puas menata penampilannya yang sederhana, namun terlihat anggun dan berkelas. Itu, karena gaun indah yang ia kenakan. Pas melekat di tubuh mungilnya yang terlihat berisi di bagian tertentu. Wajah imut manisnya ia polesi dengan make up natural, yang tidak berlebihan.
Catherine berulang kali memiringkan kepalanya ke arah pintu ruangan ganti, namun sosok yang ia tunggu itu pun tak kunjung muncul. Membuat bibir ranumnya mengerucut lucu dan wajahnya terlihat sendu.
Ia pun beralih ke Sofa, mencoba membuang rasa bosannya dengan membuka majalah bisnis yang ada di atas meja sofa. Senyum rupawannya tergambar di wajah saat — melihat foto suaminya berada di halaman pertama majalah tersebut.
Semburan rona merah muda menghiasi pipi putih kenyal, saat menatap gambar suaminya yang terlihat begitu rupawan di dalam majalah tersebut.
Jari-jari lentiknya, kini mengusap gambar itu dengan wajah kagum dan bangga, bisa menjadi seorang istri dari sosok pria yang hebat.
Puas menatap gambar suaminya, Catherine membuka lembaran majalah berikut, yang menyurutkan senyum menawannya. Ketika gambar di dalam sana menampilkan, sosok suaminya dengan wanita cantik yang merupakan istri pertama sang suami.
Tatapan kagum dan bangga itu, kini berubah sendu. Ada getaran iri yang timbul di dalam lubuk hati Catherine, saat melihat wajah cantik dan anggun istri pertama — suaminya.
Pantas saja suaminya itu, begitu mencintai istri pertamanya. Ternyata dia bukanlah wanita sembarangan, istri pertama Jeffin William Abraham adalah, seorang wanita karir, memiliki beberapa butik ternama di negaranya dan merupakan perancang busana terkenal. Ditambah lagi wanita itu terlahir dari keluarga konglomerat terpandang. Setara dengan derajat suaminya, Jeffin William Abraham. Namun, satu yang Catherine tidak pahami, kenapa mertuanya begitu menginginkan dirinya menjadi menantu dari keluarga Abraham? Bukankah, seharusnya dia bangga memiliki seorang menantu cantik dan berkelas? "Terus, kenapa ia begitu ingin aku menjadi menantunya," batin Catherine sedih dan tatapannya kini berubah sedih.
Tak tahan dengan tulisan yang tertera di majalah tersebut, yang kebanyakan menulis tentang prestasi dan hal-hal positif tentang istri pertama Jeffin.
Catherine pun meletakkan kembali majalah tersebut, dengan wajah putus asa. Ia menarik nafas dan membuangnya perlahan.
Ia kembali ke meja rias, menelisik penampilannya yang tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan istri pertama suaminya.
"Apa, aku bisa mengambil hatinya?" Gumam Catherine dengan lesu dan putus asa.
"Aku, seperti butir debu bila dibandingkan dengannya," monolognya dalam hati.
Catherine menundukkan wajahnya dengan wajah putus asa, dan merasa insecure, apabila dibandingkan dengan istri pertama.
Pundaknya yang terlihat berdiri kokoh sejak tadi, kini tampak lesu. Semangatnya pun tiba-tiba menghilang entah kemana.
"Dia, begitu cantik dan anggun. Penampilannya, elegan juga berkelas. Sedangkan aku …." Monolognya dengan lirih. Menilai penampilan sendiri.
"Semangat lah, Catherine. Kamu pasti bisa mendapatkan perhatiannya," batinnya yang menyemangati dirinya sendiri.
"Masa depan seseorang tidak ada yang tahu, perasaan hati manusia pun sering berganti-ganti dengan berjalannya waktu," hiburannya pada dirinya sendiri.
"Baiklah, mari kita lanjutkan perjuanganmu untuk mendapatkan hati pria yang kamu sukai," pekik Catherine dalam hati dengan wajah kembali bersemangat.
Bersamaan dengan suara derap langkah sepatu yang berasal dari balik ruangan ganti.
Segera saja, Catherine memasang wajah ceria dan penuh percaya diri, ia bermaksud menghampiri suaminya, namun langkah kakinya terhenti di dekat ranjang, saat melihat penampilan suaminya yang mengenakan, setelan jas lain.
Wajahnya Catherine pun kembali kecewa, saat melihat penampilan suaminya yang tidak satupun menggunakan keperluannya yang disiapkan.
Jeffin masa bodoh dengan tatapan nanar istri kecilnya itu, ia seakan tidak peduli dengan perasaan istrinya yang akan kecewa. Pria itu hanya menampilkan wajah arogannya yang datar pun dingin.
Pandangan Catherine sendiri terus mengikuti kemana langkah suaminya dengan tatapan nanar penuh kekecewaan.
Hingga manik hijaunya kini, kembali ke arah ruangan ganti. Mata indahnya menatap kaget kedalam sana, ketika melihat asap muncul dari balik ruangan tersebut.
"Astaga, api!" Pekik Catherine yang wajib terlihat panik.
Gadis itu pun segera berlari ke dalam ruangan itu yang langsung membuatnya terkejut. "API?! Serunya dengan teriakan. Saat sudah berada di ambang pintu.
Catherine berlari mendekati api tersebut, dan dadanya tiba-tiba terisi pilu melihat barang-barang suaminya yang ia sentuh kini terlalap api. Catherine pun mencoba memadamkan api tersebut dengan memakai kedua tangannya. Ia mencoba menyelamatkan barang-barang berharga sang suami dengan wajah yang sudah dipenuhi lelehan air mata.
Wajahnya terlihat berantakan, air mata bercampur keringat yang diakibatkan dari hawa panas api tersebut.
Catherine tidak memikirkan tangannya yang terpercik api, ia masih mencoba menyelamatkan barang-barang tersebut dengan cara menepuk-nepuk api yang membakar kain jas mahal suaminya.
Dengan paniknya, Catherine berlari mengambil sesuatu yang bisa memadamkan api itu, dengan wajah kesedihan mendalam.
Catherine mengambil selimut tebal yang tersusun rapi di lemari, ia pun dengan segera memadamkan api tersebut dengan memukul-mukulkan selimut tebal itu di kobaran api, hingga akhirnya dapat padam, membuat Catherine bisa bernafas lega dengan di susul oleh isakan kesedihan yang begitu memilukan.
Catherine kini terduduk di dekat bekas kobaran api tersebut dengan melipat kedua kakinya ke belakang dan menangis dengan kepala menunduk.
Tangisnya terasa begitu menyayat hati siapapun yang mendengarnya, tangisan pelan yang terdengar menyesakkan.
"Apa, sebegitu bencinya kah' dirimu?"
"Apakah, aku begitu menjijikkan?"
"Aku, hanya ingin mencoba menjadi istri yang bisa kamu andalkan," racau Catherine dengan suara lirih yang mencoba menahan isakan pilu.
Lama menangis semua yang ia lihat, Catherine bangkit, lantas keluar dari ruangan tersebut. Meninggalkan bekas api disana.
……….
"Apa, yang kamu lakukan dengan barang-barang milik mu?" Tanya Catherine saat berada di hadapan suaminya yang duduk di sofa dengan gaya angkuhnya.
"Apa, kamu buta? Bukankah, kamu melihatnya aku membakarnya?" Sahut Jeffin dengan pertanyaan dengan wajah sinis.
"Kenapa? Kenapa kamu membakarnya? Bukankah, semua itu memiliki harga yang sangat mahal?" Tanya Catherine kembali dengan tatapan nanar dan suara lirih. Sekuat tenaga ia mencoba menahan genangan air mata yang kini mengumpulkan di kelopak matanya, membuat matanya terasa mengabur dan gatal.
"Karena, aku tidak ingin bekas tanganmu berada di setiap barang-barang milikku," tandas Jeffin sengit.
"Jadi, benar. Kamu membakarnya karena aku menyentuhnya." Ucap Catherine lirih.
"Kenapa, harus dibakar? Kamu, bisa membersihkannya saja. Pasti nilai semuanya tidaklah' murah. Bukankah berarti kamu akan rugi? Dan … kamu membuang banyak uang hanya karena membenci seseorang." Terang Catherine dengan wajah menunduk. Air mata kini sudah mengalir membasahi kedua pipi hingga dagu.
"Aku, akan menghancurkan semuanya yang terdapat bekas sentuhan mu," sahut Jeffin yang begitu melukai perasaan istrinya.
"Semuanya, tidak ada artinya di banding harga diri mu yang murahan," sambung Jeffin yang meruntuhkan segala kobaran semangat Catherine.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Leng Loy
Pergi aja Cath cari kebahagiaanmu sendiri
2024-07-22
0
" sarmila"
heeeeem lengkap sudah kesedihan mu chatrin
2023-12-08
1
Rice Btamban
tetap semangat
2022-12-02
0