Kegaduhan terlihat di dapur mewah nan luas di kediaman Abraham. Saat seorang gadis berwajah menawan dan bertubuh feminim, ingin melakukan hal menyenangkan untuk suaminya.
Catherine yang sudah terjaga sejak pagi buta tadi, ia turun ke lantai dasar dan memasuki dapur luas dan mewah di kediaman Abraham.
Gadis menawan dengan gaun sederhana namun elegan, membungkus tubuh feminim nya. Berwarna cerah yang kontras dengan kulit pucatnya yang ia dapat dari gen sang mommy yang asli warga negara Swiss. Sedangkan rambut gelap kecoklatan yang ia biarkan terurai, ia dapat dari gen sang ayah yang berwarga negara — Jerman. Sebuah perpaduan gen yang menghasilkan keturunan begitu rupawan, seperti yang terlihat pada diri — Catherine Zeta Jones. Sosok gadis yang begitu rupawan dengan tubuh mungil, tapi terlihat berisi di bagian tertentu.
Gadis bermanik hijau itu, tampak sibuk mengolah jenis sayur-sayuran dan beberapa macam jenis daging yang ia temukan sebuah ruangan pendingin.
Kelopak mata lebar Catherine, melotot takjub, saat memasuki ruangan pendingin tersebut. Gadis itu berulang kali berdecak kagum, ia merasa sedang berada di pasar salju.
Sambil memilah-milah jenis daging dan sayuran, bibir mungil gadis itu tidak hentinya mengeluarkan ucapan kagum.
Ia ditemani salah satu pelayan yang khusus menjaga ruangan itu dengan tatapan sinis.
Sedangkan pelayan lain sibuk dengan tugas mereka masing-masing, kepala pelayan hanya bertugas mengontrol dan mengawasi para bawahannya.
Tapi — wanita bertubuh gempal itu terlihat berjalan tergesa-gesa ke arah dapur.
Wanita berambut pendek itu, bisa melihat sosok gadis mungil yang merupakan nona muda baru di kediaman Abraham, sedang sibuk menyiapkan sarapan pagi.
Padahal sudah tersedia jasa chef khusus untuk menyiapkan sarapan pagi, namun apa yang ia lihat ini. Seorang anggota keluarga baru dengan lancang memasuki dapur dan berniat membuat sarapan.
"Dasar, gadis desa lancang," geram kepala pelayan sambil menampilkan raut wajah tegas.
"Ehem!" Wanita dengan setelan rapi itu berdehem tegas, untuk mengalihkan perhatian Catherine yang sedang membolak-balikkan masakan yang ia panggang.
"Selamat pagi, nyonya muda!" Sapa kepala pelayan itu dengan raut wajah tidak bersahabat. Ucapan sapaannya pun begitu hambar.
"Selamat pagi juga, bibi Beatrice," balas Catherine yang kembali fokus pada masakan.
Catherine sudah mulai memahami keadaan di kediaman Abraham, yang begitu banyak manusia bermuka dua dan licik. Termasuk, wanita di depannya.
Wanita yang sudah bekerja bertahun-tahun di kediaman Abraham, jadi dia beranggapan dirinya lebih unggul dari siapapun, tentang memahami keadaan di kediaman Abraham.
"Maaf, nyonya muda. Apa yang anda lakukan di dapur, pagi-pagi buta?" Tanya kepala pelayan Beatrice.
"Memasak! Apakah, anda tidak melihat? Atau, anda terlalu lelah mengurusi kediaman ini, sehingga anda terlihat kelelahan," timpal Catherine tanpa melihat wajah tercengang, wanita berwajah tegas itu.
"Kenapa, dia bisa berani dan setenang itu?" Batin bibi Beatrice.
"Anda, tidak berhak memasuki dapur ini, nyonya," pungkas wanita itu dengan berwajah bengis.
Catherine mengalihkan pandangannya yang semula fokus pada masakan, kini beralih menatap kepala pelayan itu dengan dahi terlipat.
Catherine pun menyatakan dengan wajah mengkerut heran. "Kenapa, saya dilarang kesini? Bukankah, dapur ini digunakan untuk memasak? Dan … saya sedang menyiapkan sarapan untuk — keluarga ini," terang Catherine dengan nada heran dan raut mengenyiat.
Bibi Beatrice, semakin di buat tercengang akan ketegasan gadis di depannya yang sudah berani membantah dan menjawab karangannya. Bukankah, semalam, wajah gadis itu tampak ketakutan? Kenapa ia terlihat berbeda? Begitulah isi hati bibi Beatrice.
"Dapur ini hanya bisa di pakai oleh seorang chef, khusus," jelasnya dengan wajah pongah, namun masih berbicara dengan nada sopan dan bersikap profesional.
"Kali, ini biar saya saja yang menyiapkan sarapan," sahut Catherine yang kembali melanjutkan memasak.
"Tidak, nyonya. Sebaiknya anda segera keluar dari sini. Biarkan, para chef andalan tuan muda yang menyiapkan sarapan," pungkas bibi Beatrice, mulai berwajah jengah.
"Tidak! Aku, akan tetap menyiapkan sarapan. Sebaiknya, bibi Beatrice melanjutkan pekerjaan. Tidak, baik seorang pelayan mengurusi pekerjaan tuan dan nyonya nya." Sarkas Catherine dengan wajah tenang.
Kepala pelayan itu semakin dibuat terkejut dengan sikap Catherine yang begitu benar-benar berbeda. Apakah, sikap kejam tuan muda Abraham belum cukup membungkam mulut gadis ini. Bibi Beatrice hanya bisa memandang, Catherine dengan pandangan menilai.
"Pergilah, selesaikan tugas bibi. Tidak, baik terus memandangi majikan seperti itu. Ingat lah' posisi anda, yang hanya seorang pelayan, sedangkan saya, seorang nyonya muda disini, yang mempunyai hak untuk mengakhiri tugas, bibi Beatrice di kediaman ini," tukas Catherine dengan wajah tidak ramah dan bersahaja.
"Kau!" Sentak bibi Beatrice sambil menunjuk ke arah Catherine.
"Saya, rasa kediaman ini butuh para pelayan baru dan saya, harus memilih pelayan yang benar-benar, memiliki pribadi yang bagus," lanjut Catherine, yang mampu membuat wajah bibi Beatrice, berubah tegang.
Pelayan yang sejak tadi mencuri, perdebatan antara majikan baru dengan kepala pelayan hanya bisa tercengang, saat melihat sikap kuasa Catherine.
"Pergilah, dan … jangan lupa untuk mengumpulkan para pelayan di halaman belakang. Saya, akan menyampaikan sesuatu sangat penting," ucap Catherine tanpa melihat wajah suram kepala pelayan itu.
Bibi Beatrice pun keluar dari dapur mewah tersebut, dengan raut wajah penuh emosi dan amarah tertahan.
Catherine hanya menampilkan wajah puas, karena mampu melawan sikap arogan kepala pelayan dengan sikap tegas nan tenang.
Catherine pun kini melirik tajam, kepada pelayan lainnya yang sejak tadi mengintip.
"Pekerjaan lah' dengan tugas kalian masing-masing, kalian hanya seorang pelayan di sini, yang tidak pantas memandang seorang majikan, apalagi berbuat tidak pantas!" Seru Catherine, tanpa melihat para pelayan yang kini berkumpul di depan pintu dapur. Termasuk pelayan yang melayaninya tadi malam.
Ketiga, pelayan tadi malam, kini wajah mereka terkejut mendengar penuturan Catherine yang bagaikan seorang nyonya besar.
"Kalian, pasti tahu posisi saya di kediaman ini. Meskipun, suami saya belum menerima pernikahan ini. Dan, kalian menganggap saya seorang perebutan suami orang, namun, tetap saya mempunyai hak di kediaman ini. Termasuk mengakhiri pekerjaan kalian." Tukas Catherine tanpa melihat keberadaan para pelayan.
Sementara tiga pelayan wanita tadi malam, berubah tegang. Dan … memandangi Catherine tidak percaya.
"Pergilah!" Sentak Catherine bernada tegas.
Semua para pelayan pun segera menjauh dan kembali mengerjakan pekerjaan mereka masing-masing.
Meninggalkan ketika pelayan yang masih terdiam di tempat mereka semula, dengan tatapan sinis ke depan. Di mana Catherine terlihat serius meracik sebuah menu masakan.
Salah satu dari mereka, ingin melangkah maju. Tapi, dicegah oleh kedua temannya. Mereka memiliki sebuah rencana untuk memberikan pelajaran untuk Catherine. Yang hanya dianggap sebagai gadis murahan dari desa dan gadis yatim piatu.
"Jangan, coba-coba melawan kalau kalian masih ingin merasakan hidup nikmat di kediaman ini," sela Catherine tiba-tiba sudah berjarak dekat dengan ketiganya yang sedang merencanakan sesuatu.
"Kau!" Sentak kasar salah satu dari mereka.
"Panggil, saya nyonya. Pelayan sombong."
"Mulai, sekarang kalian dipecat."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Leng Loy
Keren Loch Catherine sekarang
2024-07-22
0
Tarmi Widodo
good job cetrin
2024-02-08
0
Lily
nah gini nih cathy yang tangguh langsung mengulti tanpa ampun😀
2023-06-25
0