Pernikahan penuh luka
Suasana masih terlihat berkabut di salah satu desa terindah di negara Swiss. Pagi masih terlihat gelap, matahari pagi pun masih malu-malu untuk menyapa mahluk bumi dengan semburat cahaya indahnya.
Membuat para warga desa tersebut masih betah di atas pembaringan mereka yang nyaman dan hangat.
Namun tidak dengan sosok gadis berusia 19 tahun yang — sedang mengayuh sepeda tuanya di jalanan sempit dan menurun di desanya.
Catherine Zeta Jones, gadis cantik dengan tubuh mungil berisi, kulit putih khas keturunan imigran atau keturunan campuran antara Swiss dan Jerman. membuat wajah Catherine begitu cantik. Berkelopak mata lebar dan bermanik hijau.
Catherine terus mengayuh sepeda peninggalan ayahnya itu, hingga sampai ke jalan beraspal yang disekitarnya terdapat tebing tinggi.
Dengan semangat penuh, gadis berambut coklat itu terus mengayuh sepedanya untuk lebih cepat, tiba di tempat kerjanya. Pagi ini, ia mendapatkan tugas untuk mencatat pengeluaran buah anggur.
Senyuman manis gadis itu ia berikan setiap berpapasan dengan pengendara sepeda lainnya.
Hingga tiba di suatu jalanan beraspal yang menurut, Catherine disuguhkan oleh sebuah hal yang ganjal. Samar-samar, manik hijaunya menangkap sebuah mobil yang hampir masuk ke dalam jurang.
Semakin mendekat, Catherine, segera memberhentikan sepeda tuanya dan sedikit menghempaskan kasar sehingga, menimbulkan suara lumayan nyaring.
Gadis berambut blonde itu, menyeberangi jalan. Sebelumnya dia mencoba merotasi pandangannya untuk melihat kondisi sekitar jalanan yang masih sangat sunyi. Belum terlihat, ada tanda-tanda para warga lain akan melewati jalanan ini.
Catherine, setengah berlari, mendekati mobil yang nyaris masuk jurang. Beruntung mobil tersebut terhalang oleh batu besar di kedua ban mobil mewah tersebut.
Catherine semakin mendekat, dengan raut wajah ketakutan dan was-was. Sekali lagi, ia mencoba melihat sekitarnya, namun masih tampak sunyi.
Gadis berusia 19 tahun itu, mencoba mengintip melalui kaca mobil yang tampak gelap. Ia menempelkan kedua tangannya di kaca mobil, mendekatkan wajah dan mencoba melihat di dalam mobil mewah itu.
Seketika kelopak mata Catherine membesar dengan mulut menganga. Catherine menjauhkan kedua tangannya di kaca mobil, lantas membekap mulutnya sendiri, akibat terkejut melihat sosok wanita setengah baya sedang dalam keadaan kepala di penuhi cairan merah.
"Oh Tuhan!" Ucapnya tanpa suara yang masih menampilkan wajah syok, saat mencoba mengintip di bagian depan kemudi. Dan ia bisa melihat sosok pria paruh baya yang kondisinya lebih tragis.
"B-bagaimana ini," cicitnya dengan gelisah yang menggigit kuku jarinya sendiri, karena terlalu gugup.
"OH Tuhan! Tidak, mungkin aku membiarkan mereka begitu saja," monolog gadis itu pelan. Saat pikiran tidak acuhnya melintas.
"Tidak! Aku harus menolong, mereka," selorohnya yakin. Dan — mencoba kembali ke tepi jalan. Berharap warga lain melintasi jalan tersebut. Tapi … lagi-lagi harapannya nihil.
Terpaksa gadis bertubuh mungil itu, kembali mendekati mobil mewah tersebut dan mencoba menggedor-gedor kaca mobil itu dengan tangannya yang halus.
"Nyonya!" Catherine, mencoba memanggil wanita yang tak bergerak sedikitpun di dalam sana.
"Nyonya! Bangunlah." Kembali ia mencoba memanggil wanita yang berpakaian seperti wanita terhormat, sambil memukuli kaca mobil.
Kini Catherine berpindah ke kaca mobil depan, berusaha menyadarkan pria di balik kemudi. "Tuan, tuan, tuan," panggilnya berulang kali sambil memukul kuat kaca mobil mewah itu. Telapak tangan kecilnya pun tampak merah, akibat memukul kaca mobil tersebut.
"Tuhan! Aku harus apa?" Gumamnya dengan wajah semakin panik dengan terus menggigiti jari-jarinya tangan kanannya.
Gadis dengan tampilan layaknya seorang pekerja tani itu, mondar-mandir dengan wajah bingung pun panik.
Catherine bingung harus melakukan apa dan ia tidak bisa membiarkan dia orang di dalam mobil mewah itu begitu saja.
Saat Catherine sibuk memikirkan sesuatu untuk mengeluarkan korban kecelakaan itu dari, dalam mobil, tiba-tiba manik hijaunya melihat sebuah batu lumayan besar tak jauh darinya.
"Aku, harus melakukannya," gumam Catherine ragu ketika akan memukulkan batu itu ke kaca mobil.
"Tapi, tidak ada pilihan lain. Aku, bisa menjelaskannya, nanti," gumam gadis cantik itu.
Catherine pun segera memukulkan batu tersebut ke kaca mobil, sekuat tenaga. Sehingga membuat gerakan dan kaca mobil itu pun retak, tidak lama kemudian, kaca mobil itu akhirnya pecah.
Namun, satu yang tidak Catherine sadari. Getaran yang dihasilkan dari benturan batu ke kaca itu, membuat mobil mewah itu bergerak secara perlahan. Catherine tidak menyadarinya.
Catherine mencoba menyingkirkan sisa serpihan kaca mobil, lalu mengulurkan tangannya untuk membuka pintu mobil itu dari dalam.
Segera saja Catherine menyelamatkan wanita setengah baya tersebut, meraih lengan wanita itu dan menariknya ke luar.
"Nyonya! Sadarlah," ucap Catherine sambil menepuk-nepuk pipi wanita berwajah cantik dan anggun.
"Nyonya!" Sekali lagi Catherine mencoba menyadarkan wanita itu yang terdapat luka serius di kepala.
Catherine terhenyak, saat telinganya mendengar suara pergerakan yang berasal dari mobil mewah tersebut.
Kelopak mata indah Catherine membesar dengan wajah terkejut, ia segera menurunkan kepala wanita itu dari pahanya, lantas menaruhnya di tanah yang ditumbuhi rumput.
"Tidak!" Pekik Catherine, saat mobil mewah itu mulai bergerak.
"Tuan!" Bangunlah," teriak Catherine dengan wajah ketakutan dengan derai air mata.
"Tuan, aku mohon sadarlah," racau Catherine, yang berusaha memecahkan kaca mobil.
Namun terlambat, saat Catherine berhasil menarik keluar tangan pria paruh baya itu, tiba-tiba, mobil mewah tersebut bergerak cepat dan akhirnya terjatuh ke dalam jurang.
"TIDAK!" teriak Catherine histeris.
Tidak berselang lama, mobil itu pun mengeluarkan bunyi ledakan nyaring di dasar jurang.
"TIDAK!" kali ini Catherine berteriak sekuat-kuatnya dengan wajah penuh bersalah.
Bertepatan juga beberapa warga melintas di jalan tersebut.
"Maaf!" Catherine menjatuhkan tubuhnya dengan lemah di atas tanah dengan ucapan lirih — penuh penyesalan.
Warga segera mendekati Catherine, bertanya dan menuntun gadis itu untuk berdiri.
Tanpa banyak bertanya, para warga membawa nyonya korban kecelakaan tersebut dengan Catherine yang wajahnya begitu syok.
_____________" _" ____________
Kini gadis cantik itu masih terlihat syok atas kejadian yang ia saksikan pagi ini. Gadis berwajah sedih, kini sedang menunggu di luar ruangan UGD. Ditemani oleh beberapa warga dan juga tetangga dekatnya.
"Tenanglah, sayang," ucap seorang wanita paruh baya yang merupakan tetangga Catherine, yang begitu menyayangi gadis sebatang kara itu. Wanita itu, mencoba menghibur gadis yang sudah ia anggap cucunya sendiri.
"Aku, tidak bisa menyelamatkan pria itu, nek," sesalnya lirih.
Ia meletakkan kepalanya di pundak tua wanita itu yang sedang merangkul penuh kasih sayang.
"Sudah kehendak Tuhan, sayang. Kau, sudah berusaha menolongnya, tapi kehendak Tuhan berkata lain," imbuh wanita tersebut.
Catherine menjauhkan kepalanya di pundak wanita itu dan menatapnya dengan mata berkaca-kaca.
"Berhentilah menangis dan menyalahkan dirimu," pinta wanita bertubuh gempal itu.
Catherine mengangguk dan menghapus air matanya. Bertepatan, pintu ruangan UGD di klinik di desanya terbuka. Terlihat seorang pria muda tampan, keluar dari ruangan tersebut sambil, membuka maskernya.
Catherine bangkit dengan wajah penuh penasaran. " Bagaimana dengannya, dokter?" Tanya Catherine antusias.
Dokter muda itu menatap wajah sembab Catherine dan tersenyum tipis. "Dia mengalami benturan keras dikepala bagian depan, sehingga membuat nyonya tersebut mengalami gegar otak ringan. Mungkin, dia akan mengalami koma dengan waktu yang — entah, kapan ia akan sadar." Terang dokter tersebut dengan nada serius dan tatapan memuja ia berikan kepada Catherine.
"Apa dia kerabat, kamu?" Tanya dokter muda tersebut.
Catherine membalas tatapan lembut dokter di depannya dan menggelengkan kepalanya.
Dokter tampan itu, mengernyit alis bingung. "Maksud, kamu?" Tanyanya lagi penasaran.
Catherine pun menjawab pertanyaan dokter tersebut dengan suara serak."saya, menemukannya di dalam mobil yang nyaris jatuh ke jurang," terang Catherine sedikit rasa bersalah.
"Benarkah?! Sebaiknya, kita menghubungi, polisi," sela dokter di depan Catherine.
"Jangan!" Potong gadis itu dengan wajah panik.
Wanita bertubuh gempal itu dan sang dokter heran melihat wajahnya panik Catherine.
"Kenapa?" Tanya dokter muda itu lagi dengan alis mengerut.
Catherine mencoba tenang dan menceritakan semua awal ia menemukan mobil nyonya yang terbaring di dalam sana dan mobil mewah itu terjatuh dengan seorang pria masih berada di dalam mobil mewah tersebut.
Kembali Catherine terisak dengan wajah penuh sesal, karena tidak mampu menyelamatkan korban lainnya.
Dokter dengan wajah tampan itu, mendekat ke arah Catherine dan mencoba menenangkannya. "Tenanglah, kemungkinan besar pria itu sudah meninggal. Apalagi dia mendapatkan luka serius," imbuh dokter tersebut mencoba menghibur Catherine.
"Tapi … aku tetap merasa bersalah," gumam Catherine pelan.
Dokter muda itu menampilkan senyum menawannya dan mengusap lembut rambut Catherine. "Tenanglah, semuanya sudah terjadi. Jangan, salahkan dirimu, kamu, sudah berusaha menolongnya," imbuhnya dengan lembut.
"Hm! Terima kasih, tuan dokter," ucap Catherine tulus.
Dokter pun akhirnya pamit kepada Catherine dan wanita paruh baya yang bernama nenek Kori.
Keduanya kini masih setia menunggu, nyonya terbaring lemah di dalam sana. Catherine, akan merawat wanita itu hingga sembuh. Ia akan meminta tolong dengan nenek Kori untuk menjaganya, saat dirinya bekerja.
__________
Hingga, satu Minggu kemudian. Wanita yang sudah Catherine rawat sepenuh hati itu, akhirnya terbangun dari tidur panjangnya.
Catherine begitu bahagia melihat mata yang seminggu ini tertutup, akhirnya terbuka lebar.
Dengan antusiasnya, Catherine menyambut nyonya itu keluar dari masa koma nya dengan wajah bahagia pun lega.
"Nyonya!" Seru Catherine sambil membantu wanita cantik itu bangun dan membantunya duduk di atas ranjang pasien.
"Syukurlah. anda, sudah sadar nyonya," tutur Catherine dengan perasaan bahagia.
Wanita yang masih terlihat pucat, menatap gadis di sampingnya bergantian menatap sekitar kamar. "Aku, dimana?" Tanyanya dengan nada lemah.
"Anda, di klinik, nyonya," pungkas Catherine sambil menyerahkan segelas air putih.
"Di klinik?! Tanya dengan wajah terkejut.
"Iya. Anda mengalami kecelakaan seminggu yang lalu," tutur Catherine yang mencoba membantu wanita lemah itu, untuk duduk.
"Kecelakaan? Satu Minggu yang lalu?" Tanyanya dengan terbata.
Catherine membantu wanita berwajah cantik, meskipun dalam kondisi wajah pucat, untuk minum.
Wanita itu, masih menatap wajah cantik nan lembut gadis di depannya. Ia, begitu tersentuh akan perlakuan lembut gadis ini. "Apakah, kamu yang menolongku?" Tanya dengan wajah penasaran.
"Iya, nyonya," jawab Catherine
Ia meraih telapak tangan lembut Catherine dan menggenggamnya dan mengucapkan kata terima kasih dengan tulus. "Terimakasih, nak," ucapnya dengan nada tulus.
Catherine hanya mengangguk dan tersenyum lembut. Membalas genggaman hangat wanita anggun di hadapannya.
Terima Kasih lah' kepada Tuhan, atas persetujuannya anda selamat dengan bantuan, saya," tutur gadis itu bijaksana.
Lagi-lagi, wanita berwajah anggun itu, tersentuh dengan ucapan bijaksana gadis cantik ini.
"Siapa, nama kamu, nak?" Tanya wanita cantik itu tiba-tiba.
Catherine yang merenungi sosok ibunya yang berhati lembut itu, terhenyak dan menjawab pertanyaan wanita di depannya. "Catherine. Catherine Zeta Jones," sebut Catherine dengan wajah ceria.
Wanita anggun, tiba-tiba menampilkan wajah terkejut. Mendengar nama terakhir Catherine. Wajahnya terlihat menyembunyikan sesuatu. Namun dengan segera ia merubah raut wajahnya.
"Kamu, gadis yang sangat cantik, nak," pujinya tulus. "Sama dengan ibumu," ucapnya dalam hati. Dengan jari-jari lembutnya mengusap pipi kenyal Catherine sambil memberikan tatapan sulit diartikan.
Catherine sendiri hanya bisa menyembunyikan raut wajah merona nya saat mendapatkan pujian tulus dari wanita berwajah anggun.
_______________
"Apa, yang nyonya katakan?" Pertanyaan tercekat keluar dari mulut Catherine. Saat mendengar permintaan dan keinginan nyonya Margaretha.
Selamat beberapa Minggu ini, Catherine merawat nyonya yang ia tolong dan bernama Margaretha Abraham. Sosok wanita terhormat yang merupakan keturunan konglomerat terpandang. Dan — pemilik perkebunan anggur di mana Catherine bekerja.
Catherine bagaikan tertampar, saat, mengetahui kebenaran tentang status nyonya yang ia selamatkan. Catherine hanya bisa memperlihatkan wajah syok nya dan kebingungan.
Dirinya, tidak pernah menduga, kalau ia menolong seorang wanita terkaya di kotanya.
Yang membuat Catherine lebih tercengang, adalah… permintaan wanita itu, yang menginginkan dirinya menjadi menantu, untuk putra semata wayangnya.
Tentu saja Catherine menolak dengan lembut dan penuh hati-hati. Agar wanita berkelas di hadapannya tidak tersinggung.
"Maafkan, saya nyonya. Saya, tidak bisa menerima permintaan, anda," ujar Catherine penuh hati-hati.
"Kenapa, nak? Apa, kamu sudah memiliki seorang kekasih?" Tanya nyonya Margaretha, yang kini duduk di samping Catherine yang sedang menundukkan kepalanya.
Gadis itu terlihat menggelengkan kepalanya yang sedang menunduk. "Saya, belum siap untuk menikah," sahutnya lirih.
"Kenapa?" Tanya, nyonya Margaretha sambil mengangkat dagu gadis itu.
"Saya, ingin melanjutkan pendidikan saya dan cita-cita saya, sebagai seorang dokter," jelasnya dengan tatapan teduh.
"Tidak, masalah. Kamu, bisa melanjutkan pendidikan setelah menikah dengan putra ku. Aku, akan membiayai semua keperluan pendidikan, kamu," imbuh, nyonya Margaretha.
Catherine menatap tidak percaya ke arah nyonya Margaretha dengan wajah tidak percaya. "Anda, serius?! Tanya gadis itu meyakinkan.
"Hm!" Gumam nyonya Margaretha dengan wajah serius.
"Jadi … bagaimana? Apa, kamu mau menikah dengan putraku?" Tanya nyonya Margaretha sekali lagi.
Catherine, terlihat masih ragu dan kebingungan. Ia ragu, apakah, putra nyonya Margaretha mau menikah dengannya? Bingung karena, ia harus menyakinkan dirinya sendiri.
"Bagaimana?" Sentak nyonya Margaretha.
"Hm! B-bagaimana dengan putra anda?" Tanya Catherine balik.
Nyonya Margaretha pun tersenyum lembut sambil menggenggam kedua telapak tangan dingin Catherine lembut. "Jangan, khawatir. Dia pasti akan setuju," ujar nyonya Margaretha penuh keyakinan.
"Bagaimana? Apa, kamu setuju dengan pernikahan ini?" Tanya nyonya Margaretha sekali lagi.
Tanpa, berpikir panjang lagi. Catherine akhirnya menyetujui perjodohan ini.
Ia hanya berharap, semoga ini lah' jalannya menuju kebahagiaan dan kesuksesan untuk meraih cita-citanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Leng Loy
Mampir dulu disini
2024-07-22
0
viragoo
nyimak
2023-12-25
0
Aginya Eiger
nyimak
2023-12-25
0