Terlihat wajah kesedihan dan juga sebahagia di raut wajah para warga yang sangat menyayangi sosok Catherine.
Mereka sangat kehilangan sosok, wanita berhati baik dan tulus itu. Doa tulus mereka berikan kepada, Catherine. Sebagai pengantar wanita itu, untuk kehidupan barunya di kota.
Catherine mengucapkan salam perpisahan kepada para warga yang menyayanginya dengan air mata sedih. Yang — mengantar dirinya, hingga memasuki mobil. Dan — di bekali nasehat juga doa kebaikan untuk Catherine.
Nyonya Margaretha begitu beruntung, bisa memiliki seorang menantu seperti Catherine. Yang begitu disayangi oleh orang banyak.
Sedangkan Jeffin, sejak tadi hanya bisa menampilkan wajah datar dan jengahnya. Ia — merasa jijik melihat wajah Catherine yang sok tulus, menurut dia.
Tanpa memperdulikan istri kecilnya, yang baru saja di nikahinnya. Jeffin memasuki mobil mewahnya dengan wajah datar dan dingin.
Terpaksa, Catherine, dibantu oleh warga lain memasuki mobil mewah itu. Duduk, di samping suaminya yang terus membuang pandangannya.
"Jalan!" Perintah Jeffin dingin. Ia tidak memperdulikan, Catherine masih berbicara dengan sahabat baiknya.
Catherine melambaikan tangannya ke belakang. Di mana sahabatnya dan para warga masih menatap mobil mewah itu dan melambai kepada Catherine.
"Akh!" Ringis wanita yang masih mengenakan gaun pengantin berwarna putih itu. Saat — kaca mobil menyepit tangannya yang masih melambai.
Ternyata, Jeffin sengaja menaikan kaca mobil tersebut dengan wajah jijik.
Ia bahkan hanya memandang sinis istri kecilnya yang tangannya terluka.
Catherine sendiri, hanya bisa menundukkan kepalanya dengan sekali-kali melirik suaminya yang sengaja menjaga jarak tempat duduk darinya.
Wanita yang terlihat mungil di samping suaminya itu, hanya bisa diam dengan perasaan canggung. Apalagi, suasana di dalam mobil begitu mencekam. Tidak ada kehangatan di dalamnya.
Suaminya sendiri, hanya memperlihatkan wajah dingin dan datarnya. Tidak sedikitpun, menanyakan hal untuk memancing pembicaraan di antara kedua pengantin baru itu.
Jangankan berbicara, melirik istrinya pun Jeffin enggan. Begitu juga dengan, supir dan bodyguard Jeffin yang berada di kursi penumpang depan, yang memperlihatkan wajah menakutkan.
Mereka juga seakan masa bodoh dengan istri tuannya, bahkan, sang sopir yang berusia masih muda itu, melirik Catherine sinis, melalui kaca spion yang ada di atas kepalanya.
"T-tuan!" Seru Catherine dengan perasaan canggung dan nada suara pelan.
Catherine juga berani menatap wajah suaminya dari samping. Ia begitu mengagumi suaminya. Terlihat dari sisi manapun, suaminya terlihat tampan.
"T-tuan, m-maa-maaf," Catherine berkata gugup dengan suara halus. Tapi wanita itu tidak mendapatkan sahutan ataupun lirikan.
Ia hanya ingin mengatakan, kalau ada sesuatu di jas bagian pundak suaminya.
Tidak mendapatkan, jawaban. Catherine yang dibekali oleh nenek Kori tentang — cara melakukan kewajiban seorang istri kepada suami.
Catherine pun dengan perasaan bahagia, yang akan melakukan kewajiban seorang istri untuk selalu memberikan kenyamanan kepada suaminya, memberanikan diri untuk, menyingkirkan sehelai rambut putih di kain jas suaminya.
Tangan putih, lembut milik gadis itu pun terulur ke samping di pundak lebar suaminya. Namun, sayang. Belum sampai ke pundak suaminya. Pergelangan tangan Catherine di cegat dengan kuat. Membuat, gadis yang baru saja berubah status istri itu, meringis sakit.
"Jangan, lancang. Membiarkan tangan kotor mu ini menyentuhku. Debu, lebih berharga menempel di pakaian ku, daripada, sentuhan kulitmu." Pungkas Jeffin, yang mencegat kuat pergelangan tangan kecil Catherine, dengan tatapan mata menusuk tajam.
"Maaf!" Satu kata yang hanya keluar dari mulut Catherine, saat, mendapatkan perlakuan arogan dari suaminya.
Catherine hanya bisa meringsut tubuh mungilnya di pintu mobil dengan kepala menunduk.
Niat hati ingin menunjukkan sikap empatinya kepada sang suami dan mengharapkan, suaminya dapat mengeluarkan suara dan berbicara kepadanya. Namun, yang gadis itu dapat hanyalah penolakan di sertai hinaan juga cacian.
Perasaan Catherine bagaikan tersayat, atas pengucapan sang suami yang begitu tajam. Mampu menyesakkan dadanya.
Catherine terus memalingkan wajahnya ke luar dan menjaga jarak dari sang suami. Catherine, takut membuat suaminya kembali marah kepadanya.
Catherine pun, takut memalingkan wajahnya ke arah Jeffin. Melirik Wajah rupawan suaminya saja, Catherine begitu takut. Meskipun debaran jantungnya begitu kencang. Saat — Jeffin menyentuhnya dan berbicara kepadanya dari jarak sedekat tadi.
Hanya ada kesunyian di dalam mobil mewah itu. Kedua pengantin baru tersebut hanya saling diam membisu. Dengan — raut wajah berbeda.
Jeffin hanya menampilkan wajah arogannya dan juga jijik bercampur jengah berada di dekat istrinya.
Seandainya, mommy Margaretha tidak mengikuti mobil mereka dari belakang. Jeffin mungkin sudah, membuang istri kecilnya itu.
Mendengar helaan nafas Catherine saja, Jeffin begitu jijik. Apalagi, harus sedekat ini dengan dan berbagi udara dengan gadis yang begitu ia benci, mulai sekarang.
Catherine sendiri, hanya bisa menatap nanar setiap pemandangan menakjubkan yang ia lewati. Perasaan bahagia yang tadi ia rasakan, kini berubah menjadi rasa ragu.
Tapi, Catherine. Sudah terlanjur jatuh kepada pesona suaminya dan — ia mengerti arti dari penolakan sang suami.
Catherine, berprasangka mungkin ini, hanya sementara saja dan lama kelamaan, suaminya itu — pasti bisa menerima dirinya sebagai seorang istri.
Gadis bertubuh mungil itu, bertekad, akan berusaha untuk mendapatkan perhatian dan pengakuan suaminya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Leng Loy
Ditunggu bucinnya Jeffin
2024-07-22
0
Rice Btamban
lanjutkan
2022-12-02
0
4U2C
ermmm kalimat yang sama..
2022-11-06
0