bab 14

"Tok, tok, tok!" Catherine mengetuk sebuah daun pintu yang terukir elegan di depannya, dengan — jantung berdegup kencang.

Gadis itu, berniat menjelaskan kepada, suaminya kalau ia tidak menginginkan pengalihan hak waris milik nyonya Margaretha.

Catherine, berniat menjelaskan dan menyerahkan semua kepada suaminya. Berharap, pria yang sudah menjadi suaminya itu, tidak salah paham dan bisa menerima dirinya sebagai seorang istri.

Dengan wajah gugup dan kedua telapak tangan gemetar yang sudah lembab oleh keringat dingin. Catherine, masih berdiri di depan pintu kamar mewah yang merupakan tempat, perawatan istri pertama suaminya.

"Tok, tok, tok." Catherine, sekali lagi mengetuk pintu kamar tersebut dengan menggigit kuku jarinya, untuk menghilangkan kegugupan dan juga rasa takut.

Catherine tampak ragu untuk kembali mengetuk pintu itu, sambil, menggigit bibir, juga terlihat menarik nafas panjang dan melepaskan secara perlahan.

Saat, tangan gemetarnya yang ia gantungkan di depan pintu kokoh — tersebut, tiba-tiba, pintu dengan pengaman canggih itu pun terbuka.

Memperlihatkan raut tidak bersahaja dari sosok pria yang kini menatap penuh benci.

Catherine pun, kian menciut, mendapatkan tatapan mengerikan dari suami arogannya. Namun, gadis itu ingin meluruskan kesalahpahaman itu, tentang apa yang mommy Margaretha titah' kan kepadanya.

"M-ma-maaf, s-saya …."

"Ada, apa." Jeffin memotong ucapan Catherine, dengan aura menakutkan dan suara terkesan mencoba menahan sesuatu.

"I-izinkan, s-saya mengatakan sesuatu," Catherine berkata dengan terbata dan tidak berani menatap suaminya. Kedua telapak tangan pun, kini, saling meremas kuat.

"Pergilah!" Usir Jeffin dingin.

Refleks, Catherine mengangkat pandangan dan menatap sang suami, yang masih melayangkan tatapan predator buas.

Catherine, mencoba memberanikan diri untuk mengatakan maksud dan tujuannya datang menemui suaminya itu. Gadis yang tinggi tubuh hanya sebatas dada pria dewasa di hadapan, mencoba — menarik nafas dalam-dalam dan membuangnya dengan sangat pelan.

"Saya, akan memberikannya kembali kepada, anda," ucap Catherine dengan cepat, sambil mengatur nafas yang berdebar kencang, ia seperti sedang mengikuti sebuah kegiatan ekstrim, yang menguji adrenalin nya.

Ketika berhadapan langsung dengan sang suami. Catherine pun berani menatap wajah tampan suaminya itu, meskipun ia sekuat tenaga menahan rasa gugup dan cemas.

Jeffin, menukik alis tebalnya keatas mendengar ucapan istrinya. Tidak lama kemudian, sebuah decakan sinis pun terdengar dari mulut pria itu.

"Apa, yang sedang kamu rencanakan?" Tanyanya dengan suara berat dan tatapan tajam.

"Saya, berani bersumpah. Demi, nama baik kedua orang tua saya, kalau, saya tidak pernah menginginkan semua itu. apalagi, meminta," ungkap Catherine dengan nada yakin dan juga tatapan serius.

Tanpa aba-aba, Jeffin menarik lengan kecil istrinya dan membenturkan dengan kasar di dinding kamar. punggung mungil Catherine membentur kuat dinding yang di beri warna cerah itu. lalu mengurung tubuh mungil istri kecilnya di depan dada yang, atletis.

Jeffin mengunci pergerakan — Catherine, dengan menahan kuat pergelangan tangan istri kecilnya itu, keatas kepala. Dan menindih tubuh mungil itu dengan posisi berdiri.

Catherine, hanya bisa menahan nafas, saat berada di dalam kurungan suaminya itu. Antara perasaan hangat yang ia rasakan. Dan, rasa ketakutan.

Apalagi, ketika wajah Jeffin kini sangat dekat dengan wajah hangatnya, akibat rasa berdebar tiba-tiba hingga menjalar di daun telinga.

"Cih! Apa, kamu kira aku percaya?" Timpal Jeffin dengan cemoohan.

"Saya, tidak peduli anda percaya, atau tidak. Yang, jelas, saya tidak menginginkan semua itu." Jelasnya dengan suara lantang dan wajah serius, membalas tatapan sang suami tanpa diikuti rasa ketakutan.

"Saya, akan mengembalikannya kepada, anda," lanjut Catherine kembali.

"Pergilah, jauh dari kehidupan kami," timpal Jeffin dingin dengan tatapan mata yang masih tajam dengan posisi masih menghimpit tubuh mungil istri keduanya itu.

Dengan kepala mendongak, Catherine memberikan tatapan lekat kepada suaminya. Anggaplah ia ingin mencoba, berusaha mengikuti saran dari ibu mertuanya.

"Bagaimana, kalau saya menolak," sahut Catherine dengan suara yang terdengar tenang.

Jeffin tersenyum sinis, dan meraih kedua sisi rahang wajah istrinya itu, dan lebih mendekatkan lagi wajahnya.

"Maka, kamu akan menerima akibatnya dan aku, jamin kamu akan menyerah dengan sendiri," bisikan suara berat Jeffin menyapu permukaan kulit wajah — Catherine.

"Saya, akan mencoba bertahan," balas Catherine dengan wajah tenang. Tidak, setegang dan segugup tadi.

Jeffin semakin menatap wajah istri mungilnya itu dengan sangat lekat, dan semakin, memajukan wajah ke wajah Catherine, sehingga hidung mancung mereka saling bertemu.

"Aku, akan menjamin, kamu akan meninggalkan kami dalam hitungan bulan," terang Jeffin penuh tantangan.

Catherine memejamkan mata dan hanya bisa menahan sejenak nafas, dadanya terlihat naik turun begitu cepat, saat, merasakan sapuan nafas segar suaminya, menyapu permukaan kulit wajahnya.

"Aku, tidak akan pernah menyerah," balas Catherine, yang masih memejamkan mata.

"Why?" Tanya Jeffin datar dan dingin. Tatapan pria berwajah tegas itu masih seperti semula, dingin dan tajam.

"Aku, mencintaimu," jawab Catherine dengan intonasi suara penuh keseriusan dan keyakinan.

Yang mampu, membuat Jeffin tercengang sebentar dan lebih menatap wajah kemerahan Catherine.

Namun, tiba-tiba wajah tercengang itu berubah menjadi kesinisan dan pria dengan tubuh profesional itu pun decak sinis.

"Apa, ini salah satu cara murahan mu untuk menggoda seorang pria?" Bisik Jeffin kembali, kali ini dengan wajah semakin mendekat, tanpa ada jarak sedikitpun. Bibir keduanya pun hampir bersentuhan, membuat, Catherine kembali merasakan kegugupan.

"A-aku, tidak pernah merasakan ini kepada pria manapun, selain kepada, anda," sahut Catherine gugup dengan jantung berdebar kencang dan mata terpejam erat , sehingga terlihat kerutan di kelopak matanya.

"Cih! Omong-kosong. Tidak, ada wanita yang begitu mencintaiku selain istriku, begitupun aku, yang tidak ada wanita yang sangat aku cintai selain, dirinya," pungkas Jeffin, yang sudah menempel kening mereka dan bibir keduanya hampir saja bertemu. Namun, tatapan pria itu masih lekat menajam.

Deru nafas Catherine semakin terdengar, terengah-engah di udara, saat mendapatkan interaksi dari suaminya itu.

"Aku, akan berusaha mendapatkan cinta anda. Cinta dari suamiku," jawab Catherine yang dengan refleks membuka mata, memperlihatkan netra hijau mempesona. Sejenak, tatapan keduanya beradu untuk sekian detik, sebelum akhirnya, Jeffin memutuskan beraduan tatapan mereka.

"Jangan, bermimpi untuk mendapatkan hatiku, yang, hanya dimiliki oleh istriku semata," timpal Jeffin yang, kini memunggungi — Catherine.

"Berikan, aku celah untuk mendapatkan cinta, anda," pinta Catherine yang masih berdiri di belakang punggung kekar suaminya.

Jeffin kembali membalikkan tubuhnya, dan kembali menghimpit tubuh mungil — Catherine. Dan menarik kasar rambut di bagian belakang Catherine, membuat wajah istrinya itu mendongak tajam ke atas untuk menatap wajah yang, kini semakin suram.

"Tidak, ada celah sedikitpun untuk wanita lain manapun menggantikan posisi istriku ataupun, membaginya. Termaksud, gadis murahan sepertimu," Sentak Jeffin dengan suara yang menyerupai bisikan, tepat di atas wajah istri keduanya itu.

Catherine tidak ingin menyerah, ia mencoba menahan rasa sakit di bagian belakang kepalanya, akibat cengkram tangan besar suaminya itu.

"Saya, pastikan akan mendapatkan celah itu," sahut Catherine penuh keyakinan.

"Meskipun, anda menghalangi jalan saya untuk membuat anda membuka celah itu, saya akan tetap berusaha. Karena, saya begitu mencintai anda. Apa, salah? Mencintai dan mengagumi suami sendiri?" Ujar Catherine, dengan penuh tantangan dan tanpa rasa takut sedikitpun.

Jeffin semakin menatap istri mungilnya ini, hingga terlihat bola mata akan keluar dari kelopak.

"Keluarlah!" Perintah pria itu dingin dan melepaskan genggaman tangan kuatnya di rambut belakang — Catherine.

Jeffin kembali kesisi istrinya, menatap penuh rasa rindu dan cinta kepada sosok wanita cantik yang tertidur di atas ranjang. Sosok wanita yang, bagaikan putri tidur.

Catherine menatap nanar suaminya itu, juga istri pertama sang suami. Catherine bisa melihat, cinta begitu besar kepada istri pertama suaminya itu.

Namun Catherine, sudah bertekad akan mendapatkan perhatian dan cinta suaminya. Ia akan berusaha melawan dan menghadapi rintangan itu.

"Keluarlah!" Sekali lagi Jeffin mengusir — Catherine. Kali ini, nada suara pria itu naik satu oktaf.

Catherine akhirnya keluar dari kamar perawatan istri pertama suaminya, dengan wajah yang tersimpan perasaan sakit.

Gadis dengan gaun polos berwarna putih itu, menyandarkan punggung mungilnya di pintu mewah kamar tersebut.

Ia menengadahkan kepala ke atas dan menatap sedih, langit-langit dengan ukiran mewah dan elegan itu. Tatapan menerawang penuh rencana, yang akan ia lakukan esok hari.

"Semangat! Kamu, pasti bisa," Catherine menyemangati dirinya sendiri.

jeffin.

Terpopuler

Comments

Leng Loy

Leng Loy

Kok ga bosen dikatain murahan terus Cath,tonjok ajalah tuch si Jeffin

2024-07-22

0

4U2C

4U2C

cath tak jemu-jemu dikatakan murahan..

2022-11-06

0

4U2C

4U2C

cath jadi pengemis cinta jeffin..

2022-11-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!