Sosok wanita berkelas itu, kini duduk dengan anggunnya di sebuah kursi makan. Sambil, menunggu putra dan menantunya.
Di depannya sudah tersedia menu makan malam yang begitu istimewa malam ini, khusus menyambut kedatangan anggota baru dari keluarga Abraham.
Di setiap sisi terdapat beberapa pelayan wanita, yang akan melayani mereka sepanjang makan malam, termasuk sang kepala pelayan yang sejak tadi, hanya diam membisu sembari melirik kedua bawahannya yang di perintahkan untuk, melayani Catherine.
Kedua pelayan itu, tersenyum penuh arti, ke arah wanita berambut pendek itu. Sambil mengedipkan mata.
Terlihat, seringai licik muncul di sudut bibir wanita berwajah tegas dan mengerikan itu.
Nyonya Margaretha, sejak tadi melihat ke arah lift yang tersedia di Mansion nya. Ia juga sesekali, merapikan hidangan makan malam itu, sambil tersenyum bahagia.
Tidak lama, terdengar suara pintu lift berbunyi dan terbuka. Memperlihatkan seorang pria dewasa keluar dari lift tersebut dengan wajah datarnya.
Nyonya Margaretha, mengernyit bingung, saat tidak melihat keberadaan menantu barunya itu.
"Malam, mom!" Sapa Jeffin sambil mendaratkan kecupan di kening, nyonya Margaretha.
"Dimana, istrimu?" Tanya wanita anggun itu heran dan melihat kembali ke arah belakang.
Jeffin mengerutkan dahinya ikut kebingungan. Pria dengan wajah tegas dan dingin itu, lupa kalau beberapa jam yang lalu, sudah menikahi seorang gadis remaja.
"Apakah, mommy bercanda? Tentu, saja istriku sedang berbaring di atas ranjang," jawab Jeffin yang sudah duduk di kursinya, dan menjawab pertanyaan sang mommy dengan nada datar.
Nyonya Margaretha, semakin bingung dengan arah pembicaraan putranya itu, kini … nyonya Margaretha melirik kearah kepala pelayan.
"Jangan, katakan kalau kamu melupakan gadis yang sejak pagi menjadi istrimu," jelas nyonya Margaretha dengan wajah serius.
"Ting" alat makan yang berada di kedua tangan Jeffin terlepas kasar. Wajah pria tegas itu mendadak berubah suram dan semakin dingin, saat baru mengingat kalau dirinya sudah menikah lagi.
"Hm ... Maaf, mom. Aku melupakannya," sahut Jeffin dengan wajah datar.
"Jangan, katakan kalau kamu melarangnya berada di kamar, kamu," timpal nyonya Margaretha yang bisa menebak, apa yang terjadi antara putranya dan menantunya — Catherine.
Jeffin menggeser piring di depannya yang berisi beberapa menu makan malam dengan kasar, dan menatap sang mommy dengan wajah dingin.
"Lihatlah, kamu tega meninggalkan istrimu untuk makan malam," sela nyonya Margaretha kembali.
"Stop, mom!" Sentak Jeffin dengan suara lirih namun terkesan berat dan dingin.
Jeffin bangkit dari duduknya, tanpa mengeluarkan sepatah kata pun lagi. Ia terlalu malas berdebat dengan sang mommy. Ia lelah dan muak berada di Mansion sekarang ini.
"Apa, begini sikap kamu kepada mommy, sekarang?" Sela nyonya Margaretha yang mencegah langkah Jeffin.
"Please, mom. Aku lelah," ujar Jeffin tanpa membalikkan badannya dan masih terdiam memunggungi sang mommy.
Nyonya Margaretha, melirik kepala pelayan dengan penuh arti. Kepala pelayan itu pun mengangguk dan paham arti dari lirikan sang majikan.
Bibi Beatrice pun memberikan kode ke semua pelayan yang berada di sana untuk kembali ke belakang.
Nyonya Margaretha ingin berbicara secara empat mata dengan putranya ini. Memberikan sebuah wejangan agar putranya bisa menerima, Catherine sebagai istrinya juga dan bisa berlaku adil.
Bisa membagi hatinya kepada Catherine, agar putranya dengan segera mendapatkan seorang keturunan.
Nyonya Margaretha pun, sengaja menikahkan anaknya dengan Catherine, agar putranya ini mendapatkan seorang wanita baik-baik dan mampu memberikan kebahagiaan kepadanya, merawatnya dengan sungguh-sungguh dan melayaninya sebagai seorang istri.
Nyonya Margaretha, melihat pribadi itu di dalam diri — Catherine, yang kini menjadi menantunya.
Nyonya Margaretha, merasa tidak tega melihat putranya hidup seorang diri, meskipun ia memiliki seorang istri, tapi putranya bagaikan seorang pria lajang. Nyonya Margaretha pun, merasa tidak tega melihat wajah terpuruk sang putra, yang setiap hari harus merawat istri pertamannya itu.
Istri pertama yang dalam keadaan koma, sudah memakan waktu lama yaitu, Lima tahun.
"Mommy, berharap kalian bisa hidup bahagia, nak!" Seru nyonya Margaretha, yang kini berdiri di belakang putranya itu.
Jeffin membalikkan badan menatap wajah sang mommy, dengan wajah tidak percaya dengan ucapan wanita yang sudah melahirkannya itu.
"Apa, mommy lupa? Kalau, aku memiliki seorang istri yang begitu aku cintai?" Sahut Jeffin dengan wajah frustasi.
"Tapi, sampai kapan kamu harus menunggunya yang tidak pasti keajaiban itu datang," Seloroh mommy Margaretha.
"Mom!" Hardik Jeffin tanpa ia sadari.
"Kamu, menghardik mommy?" Nyonya Margaretha, berkata lirih dengan wajah mulai berubah menjadi sendu.
"Maaf, mom." Jeffin menyesali ucapannya dan meraih kedua tangan sang mommy.
"Please, mom. Jangan paksa aku untuk meninggalkan atau mengabaikannya, bagaimanapun, dia tetap wanita yang sangat berarti dalam hidupku, dia hanya wanita yang satu-satunya aku cintai," pungkas Jeffin dengan nada rendah.
"Juga, aku tidak berjanji dapat menerimanya menjadi istriku, maafkan, aku mom. Bagaimanapun istriku hanya satu yaitu, Samantha brown," jelas Jeffin dengan nada tegas.
"Terus, kapan kamu akan membahagiakan, mommy," potong nyonya Margaretha, saat putranya ingin menyampaikan sesuatu kembali.
"Aku, akan memberikan kebahagiaan kepada, mommy. Tapi …."
"Mommy, menginginkan keturunan darimu," potong nyonya Margaretha yang memotong perkataan putranya.
"Mom!" Sentak Lion tertahan.
"Mommy, hanya menginginkan itu! Dan … menerima, dia sebagai istrimu," tutur nyonya Margaretha.
Jeffin meraup wajahnya kasar hingga naik rambut. Jeffin terlihat menahan gejolak emosinya saat ini. Pria itu, menggenggam kuat telapak tangannya, mengingat wajah — gadis yang tadi pagi ini ia nikahi.
"Jangan, coba-coba melukainya. Ataupun, mengusirnya dari sini. Kalau itu terjadi, berarti kamu sama saja melukai perasaan, mommy," terang nyonya Margaretha yang penuh ancaman.
Jeffin segera menatap wajah tegas sang mommy dengan wajah tidak percaya. Kenapa, mommynya ini begitu percaya dan menyayangi gadis itu, yang notabene nya adalah, orang luar saja.
"Ingat! Menyakitinya, sama saja menyakiti, mommy," peringatan mommy yang tidak bisa di bantah kembali.
Setelah mengatakan itu, nyonya Margaretha melangkah ke arah pintu lift, ia akan menemui menantunya itu.
Sementara Jeffin masih membeku di tempat dengan wajah frustasi dan kebingungan.
Ia bingung harus mengatakan apa lagi kepada sang — mommy. Kalau dirinya tidak akan pernah meninggalkan istrinya, sendirian. Dan — tidak akan pernah menempatkan wanita itu di dalam hatinya.
"Tok, tok, tok"
Pintu kamar yang ditempati, Catherine diketuk secara berulang kali. Gadis yang masih terisak itu pun, bangkit tanpa membenahi penampilannya yang menyedihkan dan berantakan.
Catherine, mendekat ke pintu kamar dan membukanya tanpa banyak pertimbangan.
"Astaga, nak!" Seru nyonya Margaretha saat, melihat penampilan gadis di depannya.
Catherine sendiri bertambah sedih, saat melihat wajah nyonya Margaretha yang sekarang berdiri di depan pintu kamarnya.
"Oh Tuhan!" Pekik nyonya Margaretha, saat menemukan banyak bekas luka dan memar di beberapa bagian tubuh mungil Catherine.
"Aku, ingin mundur," sentak Catherine tiba-tiba. Wajah gadis itu tampak begitu menyedihkan dan penuh penderitaan.
Membuat, nyonya Margaretha menatapnya dengan wajah kebingungan dan melongo tidak percaya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Leng Loy
Jangan mau jadi istri kedua Catherine, tinggalkan saja suami kayak gitu
2024-07-22
0
Amah As Siddiq
banyak bed namanya
2023-02-14
0
Rice Btamban
lanjutkan
2022-12-02
0