"Apa, mommy sedang bercanda?" Suara pekikan terkejut, terdengar di sebuah ruangan tertutup dan rahasia.
Pria yang kini menatap tidak percaya ke arah wanita yang dipanggil mommy itu, betapa terkejutnya dia, saat mendengar permintaan, wanita yang sangat berharga dalam hidupnya ini.
Jeffin masih terus memandangi sang mommy yang mana wanita, setengah baya itu sedang menatap putra semata wayangnya dengan tatapan berharap.
"Mom!" Ucap dengan wajah frustasi.
Jeffin, meraup wajah tegasnya sendiri dengan kasar. diiringi dengan tarikan nafas berat dan frustasi.
Nyonya Margaretha berjalan ke arah jendela ruang itu, yang membuat mata grey nya disuguhkan oleh pemandangan indah.
Sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Nyonya Margaretha, sekali lagi memohon kepada putranya untuk menikahi Catherine. Tidak … lebih tepatnya, nyonya Margaretha memaksa putranya dan bertanda tidak ada pilihan lain.
"Menikahlah, dengannya. Sebagai, hutang nyawa mommy kepada gadis itu. dan … sebagai hutang di masa lalu, mommy," pungkasnya dengan tatapan menerawang ke depan, dan berkata lirih di akhir kalimatnya.
"Itu tidak mungkin, mom," protes Jeffin dengan wajah yang begitu menahan kekesalan.
"Berarti, kamu tidak menyayangi, mommy," jawab nyonya Margaretha, yang membuat putranya — diam seribu bahasa.
Nyonya Margaretha membalikkan badannya dan kembali melayangkan tatapan lekat kepada Jeffin.
Jeffin pun membalas tatapan sang mommy yang menandakan tidak ada bantahan.
"Tapi, mom. Bagaimana dengan …."
"Sampai, kapan kamu akan berharap. Dan … sampai kapan mommy akan menunggu kehadiran seorang, cucu." Nyonya Margaretha, memotong perkataan putranya sendiri dan ia pun berkata dengan penuh ketegasan sebagai seorang mommy.
"Please, mom," pinta Jeffin, memohon kepada nyonya Margaretha, agar membatalkan rencananya.
"No! Anggap saja, ini adalah permintaan pertama dan terakhir, mommy," timpal nyonya Margaretha kembali, yang lagi-lagi membuat Jeffin membisu.
Jeffin merebahkan punggung lebarnya di sandaran sofa dengan menarik nafas berat. Jeffin tidak mempunyai hak, untuk menolak. Kalau sang mommy mengungkit tentang permintaan.
Jeffin selalu mengharapkan sang mommy menginginkan sebuah permintaan kepadanya. Tapi … nyonya Margaretha, selalu menolak dan mengatakan, ada waktunya ia akan melayangkan permintaan kepadanya.
Jadi… inikah, permintaan pertama sang mommy? Yang selalu ia simpan dan tiba saatnya sekarang ia menginginkan permintaan itu?
Jeffin menutup wajahnya yang terlihat begitu frustasi, menggunakan kedua telapak tangannya yang kekar.
Sedangkan, nyonya Margaretha hanya menatap putranya dengan pandangan perintah yang tak terbantahkan.
"Bersiaplah! Seru nyonya Margaretha. "Besok pagi, kalian akan menikah," lanjut nyonya Margaretha dengan nada perintah dan penuh penegasan.
Jeffin tidak menjawab, dia hanya bisa memasang wajah frustasinya dan. Tidak, ada pilihan lain selain pasrah dengan permintaan sang mommy.
Nyonya Margaretha, sejak tadi keluar dari ruangan tertutup itu dan meninggalkan putranya seorang diri, dalam keadaan bimbang.
Sementara di sebuah kamar, yang terlihat rapi yang ada di villa, nyonya Margaretha. Lebih tepatnya, di atas ranjang mewah. Seorang gadis bertubuh mungil sedang menyembunyikan wajahnya yang cantik di bawah bantal.
Gadis itu terlihat berbunga-bunga dengan raut wajah tersipu malu.
Bayangan, sosok calon suaminya begitu membuatnya uring-uringan. Sulit untuk memejamkan matanya. Wajah, datar dan tegas Jeffin membuat Catherine terus menerbitkan senyuman bahagianya.
Esok hari, pria tampan itu — akan menjadi suaminya, pendamping hidupnya. Semoga saja, pria pemilik wajah tegas dan pemilik aura kharismatik itu bisa menerima pun mencintainya. Seperti dia yang sudah jatuh cinta kepada — sosok calon pendamping hidupnya.
\_\_\_\_\_
"Bagaimana? Apa yang, kamu temukan tentang gadis itu," seorang pria dengan kaya wibawanya yang sedang berdiri di balkon kamar, melayangkan pertanyaan kepada anak buahnya, yang berdiri di belakang pria yang memiliki kesan arogan itu.
"Dia, bersih tuan. Dia … dikenal oleh sebagian warga sini, sebagai gadis lembut dan berhati tulus. Dia … juga hanya seorang gadis yatim piatu. Bekerja sebagai buruh petik anggur di perkebunan nyonya." Pungkasnya dengan nada penuh keyakinan.
Jeffin membalikkan tubuh tinggi atletisnya dan mata tajamnya, menatap lekat, anak buahnya itu. "Bagaimana, soal yang dikatakan mommy, hutang budi di masa lalu. Apa, kamu menemukan jawabannya?" Jeffin kembali pertanyaan dengan intonasi suara beratnya.
"Belum, tuan! Sepertinya, hanya nyonya besar yang mengetahuinya," jelas anak buah Jeffin.
Jeffin pun kembali diam. Ia kini mengalihkan pandangannya menerawang ke depan. Harus kah' dirinya menerima perjodohan ini? Harus bisa, karena dia sendiri tidak ada pilihan lain, selain pasrah menerima permintaan sang mommy.
"Apa, benar dia yang sudah menyelamatkan, mommy?" Kembali, Jeffin melemparkan pertanyaan.
"Iya, tuan. Gadis itulah yang menyelamatkan dan merawat, nyonya," pungkas anak buah Jeffin.
Jeffin, kembali terdiam. Ia lalu memerintahkan anak buahnya untuk keluar. Saat, ponsel mahalnya bergetar. Jeffin segera menekan tombol hijau, menempelkan ponsel mewahnya di telinga, sambil berjalan memasuki kamar.
"Ada apa?" Jawab pria itu, saat mendengar sapaan dari seberang sana.
" …"
"Hm! Besok aku sudah berada di sana," Jeffin, berujar dengan memijat kedua garis alisnya yang tebal.
" …."
"Tidak." Jawabnya pendek.
"...."
"Hm! Terus jaga dia dan — jangan biarkan dia sendiri," perintah Jeffin tegas.
" …."
"Hm!"
"Tut"
Jeffin, melemparkan ponselnya ke atas ranjang. Diikuti oleh tubuhnya yang kekar ia hempaskan di atas ranjang empuk itu.
Jeffin menghela nafas panjang dan berat, ia terus memindai langit-langit kamar itu, dengan pikiran begitu membuatnya kebingungan.
Sekali lagi, Jeffin menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan, bersamaan matanya yang terpejam. Sebelum terpejam, Jeffin mengungkapkan rasa rindunya kepada seseorang.
"Aku, merindukanmu sayang," bisiknya dengan diikuti deru nafas teratur.
Keesokan harinya, acara pernikahan Catherine dan Jeffin pun diadakan di sebuah rumah ibadah di desa itu. Disaksikan oleh sebagian warga desa yang sangat mengenali Catherine juga, buruh pemetik anggur nyonya Margaretha.
Terlihat raut wajah bahagia warga yang sangat mengenali sosok Catherine. Mereka, begitu antusias menyiapkan segala keperluan acara sakral antara Jeffin dan Catherine.
Mereka turut, mendoakan yang terbaik untuk Catherine, termasuk kebahagiaan untuk gadis yang sangat mereka kenal berhati mulia.
Mereka bersyukur, Catherine mendapatkan seorang pendamping yang sempurna. Dari segi, fisik, penampilan dan juga materi. Mereka, menganggap ini, adalah — sebuah keberkahan dari Tuhan, atas kebaikan gadis itu.
Catherine sendiri tidak hentinya memamerkan senyum bahagianya yang begitu menawan.
Meskipun rasa gugup menyerang seluruh aliran darah dalam tubuhnya, saat berdampingan dengan sosok pria berwajah datar dan dingin, apalagi — di saat mereka saling mengikrarkan janji suci pernikahan sambil saling bertatap wajah.
Catherine tidak bisa menahan rasa deg-degannya dan rasa gugup, ketika tangan kekar lembut dan hangat Jeffin menyematkan sebuah cincin pernikahan indah.
Bagi Catherine, cincin seharga selangit itu tidak penting, menurutnya, saat ini adalah… bisa menjadi istri seorang Jeffin William Abraham. Sosok pria yang sudah merebut hati dan cintanya. Hingga membuatnya tergila-gila akan sosok suaminya yang baru saja mengubah statusnya menjadi seorang istri.
Catherine bahkan tidak memperdulikan, saat… Jeffin meninggalkannya sendiri, ketika sang pemuka agama dan yang menjadi saksi berlangsungnya acara pernikahan mereka, untuk berciuman.
Raut wajah tidak enak dari warga yang berada di sana pun tak terpungkiri, mereka memandangi Catherine yang terus memamerkan senyum terbaiknya. Dan … memberikan alasan bijak kepada warga lain.
Bahwa, suaminya tidak menyukai urusan frivasinya dan tabu di pertontonkan. Para warga yang begitu menyayangi Catherine pun merasa lega.
Catherine hanya bisa mengerti akan sikap dan perilaku sang suami. Mereka baru saja bertemu dan segera menikah, mungkin suaminya belum terbiasa dengannya. oleh sebab itu, Catherine akan berusaha mendapatkan hati suaminya.
Jeffin sendiri sudah mulai muak dan jengah, berada di tengah-tengah, masyarakat desa — yang, yang menurutnya tidak pantas berada di sekitarnya.
Dirinya juga muak melihat wajah bahagia Catherine dan Jeffin sangat membencinya. Menurutnya, kebaikan Catherine semata-mata hanya tipuan belaka. Untuk menarik, simpati dan perhatian sang mommy. Wanita yang sangat menggilai sebuah status sosial dan materi.
Jeffin meninggal Catherine sendiri di tengah berlangsungnya acara pernikahan, ia merasa jijik berada di samping Catherine. Ia … muak. Dan ingin menghina gadis itu, yang sialnya, sudah menjadi istrinya sekarang ini.
Jeffin bersumpah, dalam hati. Akan membuat hidup Catherine menderita. Karena sudah membuat dirinya terpaksa menikahi gadis itu. Gadis… yang hanya bagaikan debu yang menempel di sepatunya. Begitulah, isi pikiran dan hati Jeffin sekarang ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Leng Loy
Sok keren banget si Jeffin
2024-07-22
0
Yusria Mumba
kasiang cerita,
2023-12-27
0
Maria Magdalena Indarti
kasian catrine
2023-12-25
0