Catherine keluar dari kamar mandi, dengan wajah pucat dan sekujur tubuhnya menggigil kedinginan.
Catherine, melihat dua orang wanita berusia 30 tahunan, memakai baju khusus pelayan, sedang berada di kamarnya dan memandangnya sinis.
Catherine, tidak menghiraukan keberadaan kedua pelayan itu, ia terus melangkah tertatih menuju tempat tidur. Meskipun tubuhnya sudah dibalut oleh baju mandi tebal, tapi, Catherine masih terlihat menggigil kedinginan.
Mungkin, karena dirinya terlalu lama berada di bawah guyuran air shower yang airnya dingin. Catherine, tidak mengetahui cara memakai air hangat, membuatnya terpaksa menggunakan air dingin.
Catherine, pun membiarkan tubuhnya di guyur air dingin, agar bisa menghilangkan sejenak rasa sesak di dadanya.
Catherine, ingin berusaha bangkit dan mundur dari pernikahan ini. Tapi… Catherine harus memikirkan nama baik mendiang orang tuanya. Berpikir nekat pun Catherine tidak bisa.
Ia takut mendapatkan cibiran di desa mengenai pernikahannya yang hanya berjalan sehari. Sudah dipastikan, kehormatan dan nama baik orang tuanya akan ternodai. Tidak. Catherine tidak akan membiarkan itu terjadi.
Biarlah, ia menanggung semua ini, hingga ia tidak sanggup lagi dan memilih menyerah. Catherine, akan berusaha mengambil hati suaminya, dan menjalankan perannya sebagai seorang istri yang baik. Meskipun, ia harus mendapatkan penolakan kasar dan mendengar ucapan kasar dari suaminya, Jeffin.
"Cih! Dasar gadis murahan." Salah satu pelayan yang ada di kamarnya, bersungut-sungut kasar kepada — Catherine.
"Lihatlah, dia sok-sokan seperti, nyonya muda disini," cibir pelayan satunya. Tanpa rasa takut, keduanya mencibir ke arah Catherine dengan suara yang masih bisa ditangkap oleh Indra pendengaran, gadis itu.
Catherine, hanya bisa menulikan semuanya, dan kini membaringkan tubuh kedinginan nya, di bawah selimut tebal, sambil menghapus air matanya yang masih terus mengalir.
Izinkan dirinya beristirahat sejenak agar bisa memahami keadaan sekarang ini yang ia alami. Ia butuh memahami semuanya, watak suaminya, kondisi istri pertama suaminya dan juga para pelayan yang selalu mencibir.
Catherine butuh penjelasan dan satu-satunya orang yang akan memberinya jawab adalah, nyonya Margaretha.
Saat, gadis menyedihkan itu akan menutup matanya, kedua pelayan itu mendekat kepadanya dan menyibak kasar selimut yang ia pakai. Membuat, sekujur tubuh gadis malang itu kembali menggigil.
"Hey! Bangun dan bersiaplah, nyonya Margaretha menunggu di bawah," ketus salah satu dari mereka.
Keduanya kini berdiri di samping tempat tidur Catherine dengan wajah mencibir dan sambil melipat kedua tangan mereka di dada.
Tidak sedikitpun, keduanya menghormati dan menghargai — Catherine yang adalah, seorang nona muda baru di kediaman Abraham.
Catherine masih bergeming, dengan tubuh yang tertelungkup, menahan rasa dingin di sekujur tubuhnya. Ia hanya bisa menelan semua ucapan kedua pelayan itu.
Kedua telapak tangannya pun tergenggam erat, membuat, salah satu telapak tangannya yang terluka tadi, kembali mengeluarkan cairan merah.
"Bangunlah, gadis desa rendahan," ujar salah satu dari pelayan itu, yang kini menarik paksa dan kasar lengan Catherine.
Membuat, gadis itu terpaksa bangun dengan wajah yang menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya.
"Cih! Pasti, dia melemparkan tubuh indahnya ini kepada, tuan." Komentar pelayan itu lagi sambil melemparkan, selembar dress polos kepada Catherine.
"Pakai, itu. Kamu beruntung, karena bisa menjual tubuh ini kepada tuan. Dan bisa menjadi nona muda disini, dan mendapatkan kemewahan berlimpah," komentar salah satu pelayan itu dengan nada sinis juga wajah jengah.
"Bukankah, kalian satu desa?" Timpal pelayan satunya dengan wajah pongah yang memainkan kuku-kukunya di depan — Catherine.
"Hm! Dia, hanya gadis miskin dan sebatang kara. Entah, apa yang ia lakukan, hingga tuan menikahinya," ujarnya dengan wajah jijik ke arah Catherine.
"Sure! Jadi … dia, hanya seorang gadis miskin dan yatim piatu?! Sentak pelayan yang satunya dengan wajah syok di buat-buat.
"Hm! Gadis pemetik buah anggur. Anggap saja, dia sebagai upik abu yang berubah menjadi Cinderella," hinanya kepada Catherine.
Catherine sendiri hanya bisa menundukkan kepalanya, mendengar segala perkataan kedua pelayan itu dan hanya bisa terdiam mendapatkan pelayanan kasar dari keduanya.
Catherine meraih dress polos berwarna putih tersebut dan memakainya di depan kedua pelayan itu dengan tatapan kosong.
Setelah memakainya, Catherine ingin segera berbaring kembali, tapi, dicegah oleh salah satu dari pelayan tersebut.
"Hey! Biarkan, kami mengobati lukamu, gadis sialan," sentak pelayan itu kasar dan meraih telapak tangan Catherine yang berdarah.
"Tidak perlu!" Tolak Catherine dan menarik kembali tangannya.
"Cih! Siapa, juga yang ingin menyentuh kulit menjijikkan mu ini. Dasar, gadis perebutan suami orang," pekik pelayan wanita yang sejak tadi hanya melipat kedua tangannya di dada.
"Keluarlah!" Perintah Catherine dengan sorotan mata tajam yang ia berikan kepada keduanya.
Membuat kedua pelayan itu pun kembali berdesis sinis kepada Catherine, tanpa rasa hormat.
"Keluarlah!" Pinta Catherine sekali lagi dengan ucapan penuh tekanan.
Kedua pelayan pongah itu pun keluar dari kamar Catherine, namun, sebelumnya, mereka mendorong kasar tubuh gadis itu, hingga — Catherine terjatuh di atas ranjang.
"Dasar, gadis desa murahan," cetus, salah satu pelayan yang, satu desa dengan Catherine, jangan lupa, wajahnya yang sinis kepada Catherine.
Catherine, pun seketika menangis terisak-isak dengan tubuh telentang di atas ranjang, setelah kedua pelayan itu keluar dari kamarnya.
Catherine pun berteriak histeris sambil memukuli dadanya dan menarik-narik kasar rambutnya.
Sebegitu murahannya kah' dirinya yang menikahi tuan muda Abraham. Yang notabene nya sudah memiliki istri. Apa, begini resiko yang harus ia terima sebagai status istri kedua? Dipandang rendah dan sebelah mata?
Seandainya ia tahu, kalau pria yang ia nikahi sudah memiliki istri, pasti lah, Catherine menolak pernikahan ini. Terus, kenapa harus dirinya yang disalahkan dan dihina?
Catherine, bangkit dan lantas merosot di bawah tempat tidur. Ia membawa wajahnya ke pinggir ranjang dan menenggelamkan wajahnya di sana, sambil terus menangis perih, atas hinaan dan cacian yang ia terima, semenjak berada di kediaman Abraham.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Leng Loy
Kok ada pelayan kurang ajar kayak gitu
2024-07-22
0
endang suprapti
sosok nya di kata mungil imut eee ga tau gembrot
2023-04-11
1
Hani Ekawati
Tokoh antagonisnya bnyk bgt 😂 sampe pelayanpun antagonis 😂
2023-01-20
1