Suasana tegang masih menyelimuti ruangan mewah yang, berada di kediaman Abraham.
Tatapan wajah mereka terlihat berbeda-beda dan deru nafas ketiganya saling bersahutan.
Jeffin masih berusaha menetralisir perasaannya saat ini, yang begitu muak, saat mendapati istri kecilnya berada di atas ranjangnya, yang penuh kenangan manis bersama sang istri pertama.
Tatapan pria itu pun semakin dingin. Bagaikan sebongkah gunung es yang akan menenggelamkan tubuh mungil istri keduanya yang sejak tadi bergetar ketakutan.
Rahang yang ditumbuhi rambut-rambut halus itu, mengetat, hingga menimbulkan bunyi gigi yang saling bergesekkan, akibat menahan rasa emosi bercampur perasaan muak.
Buku-buku jarinya yang semula berwarna cerah, kini terlihat memutih, akibat genggaman yang begitu kuat, untuk menahan amarah yang terbakar di dalam rongga dada pria arogan itu.
Sedangkan, sang istri kedua hanya bisa menyembunyikan wajah piasnya dengan menundukkan kepala. Menyembunyikan wajah yang sembab, dan wajah menyedihkan. Hanya terdengar sisa-sisa isakan di sana dengan tubuh bergetar ketakutan.
Catherine, tidak berani sedikitpun melirik suaminya itu, ia terus menunjukkan kepala, agar terbebas dari tatapan tajam suaminya.
Ia yang semula sudah mulai terbuai oleh nikmatnya suasana tempat tidur suaminya, harus terganggu oleh kedatangan pria yang menorehkan luka di atas permukaan kulitnya dan di dalam hatinya.
Nyonya Margaretha masih mengawasi gerak-gerik mereka dalam diam, yang kini duduk dengan elegannya di sofa mewah yang berada di dalam kamar tersebut.
Ia akan bertindak sebagai seorang ibu yang akan menghakimi putranya saat melakukan, hal yang sangat di luar nalarnya.
Seperti yang sudah dilakukan oleh putranya itu, yang membuat menantunya menangis pilu dan mendapatkan luka fisik dan batin.
"Ehem!" Nyonya Margaretha, menghilangkan suasana tegang itu dengan berdehem.
Wanita dengan penampilan berkelas itu, menyampaikan sesuatu kepada putranya yang, mampu membuat Jeffin tidak percaya.
"Mulai sekarang, Catherine akan menempati kamar ini, sebagai seorang istri!" Seru nyonya Margaretha dengan ucapan penuh ketegasan.
"Mom!" Sentak Jeffin yang menahan rasa kesalnya.
"Tidak ada bantahan atas keputusan, mommy," terang mommy Margaretha dengan ekspresi wajah tenang.
"Dia, berhak atas semua ini, sebagai istri kamu. Dan … sebagai pemilik rumah ini yang baru," imbuh nyonya Margaretha yang, lagi-lagi membuat Jeffin memperlihatkan ekspresi wajah terkejut. Atas penyampaian sang mommy.
"A-apa … yang mommy, katakan? Apa, mommy bercanda?" Jeffin melayangkan tatapan, tercengang kepada sang — mommy.
"Tidak!" Jawab nyonya Margaretha dengan wajah serius.
"Jadi, perlakukan dia dengan baik, kalau kamu masih ingin berada di sini." Lanjut nyonya Margaretha dengan peringatan telak.
Jeffin hanya bisa diam dengan sekuat tenaga menahan segenap amarahnya yang kini, berkumpul di dalam rongga dadanya. Mata tajamnya pun, kian menatap istri kecilnya semakin penuh kebencian.
Jeffin menganggap ini, adalah rencana Catherine, agar bisa menguasai seluruh harta sang — mommy.
Pria itu, semakin yakin kalau istri keduanya itu, adalah, gadis buruk. Yang hanya menginginkan materi dan kedudukan.
Sedangkan, Catherine hanya bisa bergeming di tempatnya, saat mendengar ucapan ibu mertuanya.
Apa yang di sampaikan oleh nyonya Margaretha, membuat Catherine merasa tidak pantas, mendapatkan itu semua.
Ia merasa ini akan menambah kesan buruk tentangnya kepada, suaminya dan juga para pelayan.
Dengan sekuat hati,. Catherine berusaha mengangkat kepalanya dan berusaha turun dari ranjang, untuk mencoba mendekati ibu mertuanya.
"Nyonya!" Sela Catherine yang berjalan pelan ke arah, nyonya Margaretha.
Wanita setengah baya itu pun menoleh dan membalas tatapan menantunya dengan wajah teduh.
"Mommy. Panggil, aku mommy sayang," perintahnya yang langsung mengusap penuh kelembutan di puncak kepala — Catherine.
Jeffin semakin, membenci keadaan ini. Di mana istri tercintanya dalam keadaan koma, antara melawan mati dan hidup. Sedangkan disini, ia melihat keakraban sang mommy dengan gadis yang menurutnya tidak ada apa-apanya dibanding sang istri tercinta.
Apalagi, mengingat hubungan sang mommy dan istri pertamanya dulu, tidak sehangat ini. Dimana sang mommy begitu menyayangi Catherine, hingga memberikan segalanya kepada gadis itu.
Sedangkan kepada Samantha istrinya, sang mommy akan bersikap biasa saja dan bahkan terkesan dingin. Membuat, hubungan sang mommy dan Samantha menjadi dingin.
"S-saya, tidak pantas mendapatkan itu semua, nyo …"
"Mommy! Panggil, mommy," potong nyonya Margaretha.
"Kamu, sangat pantas mendapatkannya, nak." Imbuh wanita dengan penampilan anggun itu.
"Tapi, bagi saya, semua itu tidak perlu, m-mom," sahut Catherine terbata, saat mendapat tatapan mematikan dari suaminya.
"Tapi … sayangnya, semua sudah menjadi milikmu, nak." Terang nyonya Margaretha dengan tersenyum lembut.
"A-apa, maksud anda?" Tanya Catherine terbata.
Nyonya Margaretha kembali melemparkan senyum lembutnya kepada, Catherine. Sambil menggenggam lembut tangan dingin menantunya itu.
"Berkas, yang kamu tandatangani tadi adalah, berkas pengalihan surat kuasa atas nama mu, nak," pungkas nyonya Margaretha dengan wajah serius.
Yang membuat, Jeffin dan Catherine terkejut, atas apa yang mereka dengar.
"Aku, akan membatalkannya," sahut Catherine.
"Cih! Dasar, munafik." Jeffin berkata lirih penuh kesinisan.
"Tidak, semudah itu, sayang," sela nyonya Margaretha.
"Tapi, kenapa anda melakukan ini kepada, saya?" Cerca Catherine yang mulai terlihat sedih.
"Agar, kamu dapat dihargai disini." Nyonya Margaretha menjawab dengan tatapan penuh arti dan membawa tubuh lemah menantunya kedalam pelukannya.
"Bukankah, itu berarti anda lebih menjerumuskan saya dalam kebencian, mereka?" Sahut Catherine dengan suara bergetar.
"Maka, perlihatkan kekuasaan dan posisi kamu, nak," nyonya Margaretha berbisik pelan di telinga menantunya.
"Apa, aku bisa dan sanggup melakukannya," timpal Catherine dengan bisikan juga.
"Mommy, yakin. Dan … sangat yakin," jawab nyonya Margaretha dengan lirih.
Catherine diam, tidak menyahuti lagi ucapan ibu mertuanya itu, dai kini mengurai air mata dalam diam.
Memikirkan nasib hidupnya kedepan. Apakah, ia bisa menghadapi sikap dan perlakuan arogan suaminya dan tatapan sinis para pelayan di kediaman Abraham.
Jeffin masih diam dengan seribu rasa kebencian ia tampak kepada Catherine. Pria dengan wajah tegas dan dingin itu, semakin ingin menghancurkan istri kecilnya.
Persetan dengan ancaman dan peringatan sang mommy, ia tidak akan peduli. Selamat itu menyangkut dengan perasaan dan posisi istri pertamanya yang dikuasai oleh, istri kecilnya itu.
"Aku, bersumpah. Akan membuat gadis murahan ini menderita, sayang. Ini, semua tidak adil untukmu. Dia … hanya seorang gadis asing yang licik. Lihat saja, dia akan menerima akibat dari perbuatannya, yah sudah mengambil hak dan posisimu sebagai menantu." Jeffin, membatin dengan wajah begitu muak dan benci dengan Catherine.
Jeffin yang jengah pun, keluar dari kamarnya, ia tidak akan yakin bisa menahan segala gejolak amarahnya.
Pria dengan langkah panjangnya itu, berjalan di kamar perawatan sang istri tercinta.
Dia akan, mencurahkan segala isi hatinya kepada istrinya itu. Seperti apa yang ia lakukan sebelum-sebelumnya. Selalu, menceritakan segala kesulitan atau rasa lelah ia rasakan kepada istrinya yang terbaring koma di atas ranjang.
Meskipun istrinya itu hanya diam dan tak merespon perkataannya, Jeffin tetap mencurahkan segalanya kepada sang istri.
Pria yang memperistri dua orang wanita itu, yakin, kalau istri pertamanya itu bisa merasakan apa yang ia rasakan dan bisa mendengar segala keluh kesahnya.
"Aku, berjanji kepadamu sayang, akan mengambil semua apa yang menjadi hak dan milikmu," bisiknya di dekat telinga istrinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Leng Loy
Mungkinkah Catherine akan jadi wanita tangguh
2024-07-22
0
Amah As Siddiq
mungkin harta itu dulu nya punya urang tua cathy
2023-02-15
3
Hani Ekawati
Sepemikiran.
2023-01-20
0