"KATAKAN!" hardik Jeffin lantang.
"Aku, hanya menjalankan kewajiban ku sebagai seorang istri. Melayani dan memenuhi keperluan, kamu. Apa, itu salah?"
"Salah, jika itu kamu," bentak Jeffin dengan wajah merah padam.
"Dimana letak kesalahannya?" Tanya Catherine yang berusaha tenang, sambil berjongkok sebentar untuk mengambil setelan pakaian kerja suaminya yang — pria itu tolak dengan menepis kasar.
"Karena, kamu adalah gadis menjijikkan. Jadi … jangan sekali-kali menyentuh barang-barang berharga di ruangan ini," pinta Jeffin dengan intonasi suara yang sangat semakin tinggi.
Catherine tidak sedikitpun memperlihatkan wajah kecewa dan sakit hatinya. Gadis itu semakin mendekati almari milik Jeffin,
"Jangan, menyentuh sedikitpun barang milikku," sentak Jeffin dan menarik kasar tubuh mungil istri kecilnya itu menjauh dari lemari.
Dengan tega, Jeffin menghempaskan tubuh mungil istrinya itu ke arah nakas berisi jam tangan mewahnya.
"Akh!" Pekik tertahan Catherine, saat pinggangnya terbentur ujung nakas.
Sakit, tentu saja itu sangat sakit. Catherine hanya bisa menggigit kuat bibir bawahnya, agar tidak mengeluarkan suara keluhan. Catherine harus memperlihatkan sikap tangguh dan tidak mudah ditindas.
Tanpa gadis itu sadari, setetes air mata jatuh dari kelopak mata turun hingga sebatas dagu.
Catherine segera menghapus dan mencoba menarik nafas agar bisa menghilangkan rasa sakit pada pinggangnya, namun yang paling mendominasi adalah, rasa sakit hatinya.
"Aku, hanya ingin menjalankan kewajibanku, apa itu salah?" Tanya Catherine dengan wajah biasa saja.
Catherine kembali mendekati lemari pakaian suaminya, mencoba mengambil setelan jas baru setelah, setelan jas yang ia ambil tadi kini sudah tergeletak di lantai dan berada di injakkan kaki Jeffin.
"Aku, memberikan peringatan kepada mu, jangan menyentuh sedikitpun barang pribadiku," sela Jeffin yang mencekal kuat pergelangan tangan istrinya yang menggantung di pintu lemari besar itu.
"Izinkan, aku melayanimu," pinta Catherine dengan tatapan penuh harap.
"Cih! Jangan mengharap yang tidak akan mungkin." Sahut Jeffin dengan raut cemoohan.
Dengan kasar, Jeffin menyingkirkan tubuh mungil istrinya menjauh dari lemari pakaian miliknya. Ia enggan membuka pintu lemari yang terdapat jejak sentuhan istri kecilnya itu.
"Keluarlah!" Perintah Jeffin tanpa melihat ke arah istrinya — Catherine.
"Apa, kamu tuli?" Sentak Jeffin yang masih melihat keberadaan istrinya itu melalui ekor mata tajamnya. Pria dengan otot-otot tubuh atletis itu, masih sibuk memilih setelan jas formal mahalnya. Sambil sesekali melirik Catherine melalui ekor matanya.
"KELUARLAH!" bentaknya garang. Namun, Catherine seakan menulikan teriaknya. Gadis itu masih bergeming di tempatnya semula.
"Apa, kamu mau aku melemparkan mu keluar dari sini?" Ancaman dengan suara berat nan menahan kekesalan.
"Aku, akan membantumu," Catherine masa bodoh oleh ancam suaminya, ia yang bertekad untuk bisa mengambil hati suaminya, memberanikan diri mendekati kembali lemari pakaian suaminya.
"DASAR GADIS MURAHAN, BERAPA KALI AKU MELARANG MU, SIALAN." Kali ini suara Jeffin terdengar kehabisan kesabaran dan ingin melenyapkan nyawa seseorang.
"Katakan, satu alasan tepat, kenapa kamu melarang ku?" ucap Catherine yang kini sudah berada di dekat suaminya.
"Karena, gadis sepertimu tidak pantas menyentuh barang-barang berharga di sana. Yang harganya lebih menggiurkan daripada harga dirimu," bisik pria itu sarkas tepat di telinga istrinya. Posisi mereka kembali begitu sangat dekat. Dimana, Jeffin mengurung tubuh mungil gadis itu di depan pintu lemari dengan kedua tangan kekarnya melingkar di kedua sisi tubuh Catherine.
Dengan wajah menunduk agar berjajar dengan cuping telinga istrinya dan membisikkan kata-kata yang mampu melukai perasaan gadis itu dan juga harga dirinya.
Jangan lupa, tatapan pria pemilik netra grey itu, menatap Catherine dengan tatapan predator kelaparan.
Catherine hanya bisa mendongak kepala, untuk bisa melihat wajah rupawan suaminya itu. Apalagi, Catherine dapat mencium wangi maskulin berbaur dengan aroma mint yang berasal dari tubuh atletis suaminya.
Membuat jiwa Catherine kehilangan akal untuk sesaat, atas kekagumannya dengan sosok pria di depan ini.
"Jangan, bilang kalau kamu melarang aku melayanimu, karena takut jatuh cinta kepadaku," timpal Catherine yang kini tatapan mereka beradu.
Senyum manis terlihat, di kedua sudut bibir Catherine. Saat melihat raut wajah tercengang pria rupawan di hadapan.
"Apa, itu alasan kamu melarang aku untuk melayanimu? Takut, kamu akan jatuh cinta kepadaku?" Lanjut Catherine yang tersenyum lebar, tepat, di depan wajah suaminya.
"Murahan!" Bisik kasar Jeffin tepat di depan wajah istrinya.
Segera saja, Jeffin menyentakkan tubuh Catherine kembali kasar ke samping, yang lagi-lagi tubuh mungil istri kecilnya terhuyung hingga mengenai lemari lainnya.
Catherine tidak ingin menyerah, gadis itu lantas segera bangkit dan mendahului suaminya mengambil kepelukannya.
"Ini pakai lah." Catherine menyerahkan satu set keperluan penampilan suaminya pagi ini, dengan senyum terus tersungging.
Jeffin hanya terdiam dengan wajah datar tak terbaca, sembari melipat tangan di dada, Jeffin terus mengawasi gerak-gerik Catherine penuh rasa negatif.
"Aku, akan menunggumu di luar," timpal Catherine kembali, setelah meletakkan keperluan suaminya di atas sofa malas di sana.
Jeffin masih diam dengan seribu kelicikan ia pendam di dalam pikiran dan hatinya.
Sebuah kelicikan agar istri keduanya itu, segera menjauh dari kehidupan mereka. Sebuah kelicikan yang akan membawa sengsara untuk Catherine itu sendiri.
Setelah melihat Catherine menghilang dari pandangannya di ruangan ganti. Jeffin memandangi pilihan setelan formal sang istri dengan tatapan seperti sinis.
Ia mendekatkan sebelah tangannya ke arah keperluannya itu. Diikuti seringai licik di wajah rupawan itu.
Seakan memegang sebuah kotoran sampah, Jeffin memegang barang-barang mewahnya dengan jijik, ia lantas memasuki semua barang-barang mewahnya yang sudah terintrusi oleh sentuhan istrinya itu … ke lantai. Bukan itu saja, Jeffin juga mengambil semua setelan jas mahalnya yang berada di dalam lemari yang sudah tersentuh oleh istrinya itu, keluar dan melemparkan semuanya ke lantai.
Setelah itu, Jeffin mengambil korek api yang terdapat di atas nakas aksesoris miliknya.
Jeffin memetik korek gas itu, hingga menghasilkan api kecil yang mampu membakar apa saja yang ada di sana.
Jeffin melepaskan korek api yang sudah mengeluarkan api kecil itu, ke atas barang-barangnya, hingga kini tercipta geboran api dan barang miliknya pun ikut terbakar.
"Tidak, akan aku biarkan kulit tubuh menjijikkan mu, itu … menyentuh milikku," batinnya, dengan raut penuh kekesalan dan dendam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Leng Loy
Sangat sombong sekali
2024-07-22
0
Evy
luar biasa sombong nya..
2024-03-19
0
Tarmi Widodo
ples sombong
2024-02-08
0