bab 5

Rombongan mobil mewah, memasuki pagar tinggi menjulang di Mansion yang dimiliki oleh keluarga inti Abraham.

Dengan sigap, seorang berseragam penjaga keamanan, membuka pintu salah satu mobil yang terlihat paling mewah.

Yang tampak terlebih dahulu, adalah, sepasang sepatu hitam mengkilat. Tentu saja memiliki harga fantastik tentunya.

Tidak lama terlihat, sosok pria rupawan dengan gambar tubuh profisionalnya keluar dari mobil tersebut. Dengan memasang wajah datar.

Pria itu melangkah mendekati, pintu tinggi menjulang di depannya dengan warna cat putih tulang.

Tanpa menghiraukan istri kecilnya yang tertidur di dalam mobil, Jeffin terus berjalan memasuki Mansion.

Pria itu hanya mengandalkan anak buahnya, untuk — membangunkan Catherine.

Pria itu, seakan tidak sudi menyentuh seujung kuku pun kulit putih istrinya. Ia seperti menghindari sebuah wabah penyakit dan kotoran.

"Bangunkan dia! Jangan, sampai mommy melihatnya." Jeffin menghentikan langkahnya, saat — berada di depan, kepala pelayan Mansion nya. memberikan perintah kepada wanita setengah baya itu.

"Baik, tuan," sahut wanita dengan pakaian rapi itu, sambil membungkuk setengah badannya. Lantas melangsungkan perintah tuan muda Abraham, menuju mobil mewah tuan muda itu.

Tanpa memperdulikan sahutan pelayannya, Jeffin melanjutkan langkahnya masuki Mansion mewah dan megah itu.

Wajahnya yang tadi terlihat muak. Kini berubah menjadi senang dan tidak sabar untuk sampai ke lantai tiga.

"Buka!" Perintah kepala pelayan tersebut dengan arogannya.

Segera saja, sopir Jeffin membuka pintu mobil tersebut, di sisi pintu dimana Catherine duduk.

Saat pintu mobil terbuka, kepala pelayan itu pun tersentak kaget. Ketika melihat sosok gadis cantik sedang tertidur dengan posisi kepala bersandar di belakang kursi mobil.

"Siapa dia!" Pekiknya terkejut. "Berani-beraninya, gadis lancang ini berada di mobil tuan, muda," sambung wanita bertubuh berisi itu — emosi.

Kepala pelayan arogan itu, ingin menarik paksa lengan Catherine keluar dari mobil mewah tuan mudanya, tapi … pergerakannya di cegah oleh sang sopir.

"Jangan, nyonya," cegah sopir itu, yang berusia sekitar 45 tahun.

Kening kepala pelayan itu pun terlipat keatas dan menatap lekat sang sopir.

"Kenapa?" Tanya penasaran.

"Katakan, sopir sialan!" Gertak wanita berwajah tegas itu, saat sang sopir hanya terdiam saja.

"D-dia …, d-dia istri baru tuan muda Kato," jawab sang sopir terbata.

"APA!? Teriaknya syok.

"Apa, kamu sedang bercanda, sialan!" Umpan wanita yang rambutnya di gulung ke atas.

"Tidak, nyonya," jawab sang sopir tegas.

"Gadis, itu adalah istri tuan muda." Tandas sang sopir.

"A-apa?! Sahut kepala pelayan itu — dengan wajah terkejut.

"Istri, tuan muda?! Tanyanya untuk meyakinkan, dengan raut wajah tercengang. Sambil menatap wajah terlelap Catherine.

Sang sopir hanya bisa mengangguk, yang masih menahan pintu mobil mewah tuan muda Abraham.

Sedangkan, kepala pelayan itu terus menelisik penampilan dan wajah Catherine. Wajahnya yang semula syok, kini berubah menjadi suram. Tidak lama sebuah seringai licik terbit di sudut bibir wanita setengah baya tersebut.

Wanita berambut cepak itu, menegakkan punggungnya dan menjauh dari mobil mewah tersebut. Ia melirik salah satu pelayan di Mansion Abraham dan memberikan kode melalui mata untuk membangunkan, Catherine yang tidak terusik sedikitpun.

Wanita muda dengan seragam khas pelayan itu pun mendekati mobil hitam pekat itu, membungkukkan badannya dan mengulurkan tangannya ke pundak Catherine. Dengan wajah sinis dan enggan, pelayan wanita itu membangun istri muda tuannya.

"Hey! Bangun," ujar pelayan itu dengan nada ketus dan wajah sinis.

"Jaga sikapmu! Ingat, dia isteri tuan muda. Berarti dia nyonya muda juga disini," tegur sang sopir, yang merasa geram melihat perlakuan pelayan wanita itu kepada Catherine yang tidak menghargainya sebagai nyonya muda dari keluarga Abraham.

"Cih! Dia hanya wanita murahan kampungan," celetuk pelan pelayan itu menghina.

"Dasar, wanita kampungan," caci pelayan tersebut dalam hati.

"Nyonya!" Sebutnya engga kepada Catherine.

"Nyonya! Bangunlah," ucapnya dengan suara lebih tinggi dan mengguncang tubuh mungil Catherine kencang.

"Bersikap, hormat lah, kepadanya. Asalkan kamu tahu, dia menantu kesayangan, nyonya Margaretha," timpal sekali lagi sopir tersebut.

"Cih! Gadis yang hanya menggilai harta," gerutut pelayan wanita muda itu, jangan lupa wajahnya yang begitu sinis.

Karena terlalu geram, dengan perlakuan pelayan wanita itu, sang sopir pun mendorong tubuh gadis pelayanan itu menjauh dari pintu mobil. Dan, mengambil alih dirinya untuk membangunkan, Catherine yang sudah menjadi — nyonya muda Abraham.

Kepala pelayan hanya bisa berdiri angkuh di depan pintu Mansion dengan pandangan terus tertuju kepada mobil mewah Jeffin.

Sedangkan, pelayan wanita muda tersebut, wajahnya semakin merah menahan rasa emosi, atas apa yang ia terima dari sang sopir. Ingin mencaci, tapi … itu tidak mungkin, karena pria tua itu adalah sopir kesayangan tuan muda Abraham.

Sang sopir pun mencoba menyentuh, nyonya muda barunya itu. Meskipun menyalahi aturan atas perbuatannya yang sudah berani menyentuh, istri dari tuannya. Tapi, pria berusia di atas 40 tahun itu juga tidak tega, melihat Catherine diperlakukan semena-mena oleh, para pelayan dan juga suaminya tentunya.

"Nyonya, nyonya, nyonya," tegur sang sopir, sambil menggoyangkan pundak Catherine lembut.

"Nyonya, muda. Bangunlah. Kita sudah sampai," ujar sopir tersebut dengan nada sopan.

Catherine terlihat merespon ucapan dan sentuhan sang sopir di pundaknya. Gadis yang masih mengenakan pakaian pengantin itu, membuka mata indahnya yang memiliki iris mata hijau, dengan lebar.

Menegakkan punggungnya yang bersandar dengan memandangi keluar, di mana sang sopir berdiri dengan wajah hormat dan seorang wanita muda yang mengenakan setelan khas pelayan yang wajahnya terlihat sinis.

Catherine memandangi sekitar dengan raut wajah kebingungan, dan ia juga tersentak kaget, ketika tidak menemukan keberadaan suaminya.

Catherine melayangkan tatapan bingung dan khawatir kepada sang sopir, dan bertanya dengan nada ketakutan.

"Saya dimana? Dan — suami saya di mana, paman?" Tanya Catherine yang melihat sekitarnya.

"Kita sudah sampai, di kediaman tuan, nyonya. Dan — tuan muda sudah berada di dalam," tutur sang sopir dengan nada sopan.

"Cih! Suamiku, sungguh menjijikkan," batin pelayan itu dengan ekspresi jijik, saat melihat dan mendengar perkataan Catherine.

Pelayan itu tidak mempungkir kalau Catherine sangat lah cantik dan manis, mungkin itu sebabnya, tuan muda Abraham menikahinya.

"Kediaman Abraham?! Tanya Catherine, sambil keluar dari mobil dan memandangi bangunan Mansion megah di depannya, dengan wajah kagum.

"Dasar, kampungan," sinis pelayan itu lagi, saat melihat ekspresi wajah Catherine yang melihat bangunan Mansion Abraham.

Sedangkan, kepala pelayan yang berada di depan pintu Mansion, pandangan tajamnya, tidak berpaling sedikitpun dari sosok Catherine. Wajahnya terlihat mencibir dan tersenyum remeh penuh ejekan.

"Apa, ini rumah suamiku?" Catherine kembali bertanya dengan wajah bahagia dan merasa bangga.

"Iya, nyonya," jawab sang sopir.

"Anggap, saja dirimu sebagai upik abu yang sedang beruntung bisa menjadi seorang Cinderella," batin pelayan itu lagi.

Pelayan itu terus menelisik penampilan Catherine dengan tatapan remeh dan ejekan. "Dasar, gadis desa murahan," sekali lagi, pelayan itu membatin.

Ia membalas senyum ramah Catherine dengan enggan. Ia juga harus membungkukkan badannya dengan hati tidak terima. Mengantar, Catherine untuk memasuki Mansion Abraham, dengan mengikuti langkahnya dari belakang.

Catherine, sendiri masih merotasi pandangannya ke segala penjuru Mansion dengan wajah terkagum-kagum.

Ia tidak menduga, kalau suaminya adalah seorang sukses dan sangat kaya.

Catherine, menghentikan langkahnya, saat mendengar sapaan dingin dari kepala pelayan di depan pintu tinggi menjulang Mansion Abraham.

"Selamat datang di Mansion Abraham nyonya, Catherine," sapa kepala pelayan itu dengan wajah enggan dan nada dingin tak bersahaja.

Catherine memberikan senyum terbaiknya dan membalas sapaan, kepala pelayan itu.

"Terima Kasih, nyonya …." Ucapan Catherine terpotong saat mendengar selaan kepala pelayan.

"Jangan, panggil saya seperti itu nyonya. Saya, hanya pelayan di sini. Jadi… panggil saya, Beatrice, nyonya." Terang kepala pelayan dengan wajah penuh kelicikan.

Sang sopir ingin mencela, tapi… kepala pelayan itu memberikan tatapan mata tajam. Sementara, pelayan wanita muda itu, hanya bisa tersenyum licik dengan kepala pelayan tersebut.

"Tapi …." Perkataan protes Catherine kembali terpotong, saat mendengar ucapan kepala pelayan itu.

"Silahkan, masuk nyonya. Tuan sudah menunggu!" Seru kepala pelayan yang sengaja memotong perkataan Catherine.

Catherine pun mengangguk dan mengikuti pelayan setengah baya itu, untuk memasuki Mansion Abraham yang tak kalah mewahnya isi di dalamnya. Berbagai, pernak-pernik mewah dan berkilau tertata di setiap sudut ruangan Mansion.

Catherine tak henti-hentinya berdecak kagum, atas apa yang ia lihat di dalam Mansion suaminya ini.

"berhenti!"

Terpopuler

Comments

Leng Loy

Leng Loy

Pelayannya pada songong semuanya

2024-07-22

0

sherly

sherly

ambyar seketika ada yg salah kamar...

2023-12-18

0

Sri Widjiastuti

Sri Widjiastuti

segitu pulasnya ada yg teriak sampe g terbangun😁😁

2023-07-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!