Jeffin menghentikan, langkah Catherine dan kepala pelayan Beatrice juga bawahnya yang membawa koper pakaian Catherine. Saat — mereka akan membuka pintu kamar yang tampak mencolok daripada pintu lainnya.
Jeffin berjalan dengan gaya elegannya dan wajah arogan, mendekat ke arah Catherine.
Istri kecilnya itu, hanya bisa menelan ludahnya sendiri, saat melihat pesona ketampanan suaminya, yang terpaut usia lumayan jauh. Mungkin, mereka terpaut usia sepuluh tahun lebih. Dimana, usia Catherine masih terbilang remaja, yaitu, 19 tahun. Sedangkan Jeffin sendiri, terbilang pria matang, yang kini usianya sudah memasuki 37 tahun.
Catherine yang bertubuh mungil dan wajah imut, manis itu, lebih cocok menjadi putri Jeffin, yang berwajah tampan dan tegas.
Catherine masih mematung di tempatnya, menatap sambil berkedip-kedip lucu, mengagumi ketampanan dan kegagahan suaminya itu. Bagaimana tidak. Jeffin sekarang memakai setelan santai. Kaos polos berwarna hitam dan bawahan, celana panjang berbahan, kain lembut, yang tingginya di atas tumit kaki suaminya itu. Rambut, yang tadinya tertata rapi kini terlihat sedikit berantakan. Dengan aroma lembut nan maskulin.
Tanpa sadar, Catherine membuka mulutnya, sangking mengaguminya sosok suaminya itu, yang terlihat lebih muda dan sebelumnya yang selalu mengenakan setelan formal.
"Oh Tuhan, dia begitu tampan," batin Catherine yang wajahnya, langsung berubah merona.
Tubuhnya pun mendadak kaku dan ia tampak merasa gugup, saat — suaminya sudah berada sangat dekat dengannya.
"Apa, yang kalian lakukan disini?" Jeffin memasukkan kedua tangannya di dalam saku depan celananya, menatap datar ke arah Catherine sambil menundukkan wajahnya. Dikarenakan, tinggi tubuh normal Catherine, hanya menyamai tinggi di dada keras Jeffin yang terlihat berotot.
"S-sa-saya …."
"Nona muda memerintahkan saya, untuk — mengantarnya ke kamar anda, tuan," timpal kepala pelayan itu, yang sengaja memotong perkataan Catherine.
Catherine hanya bisa menukik alis matanya heran, mendengar perkataan kepala pelayan ini. Wajahnya pun terlihat bingung dan tidak percaya akan apa yang kepala pelayan itu, katakan.
"Kapan, saya …."
"Benarkah?! Kali ini Jeffin yang memotong perkataan protes Catherine dengan wajah mencemooh.
Catherine, yang masih melirik kepala pelayan dan bawahnya, menoleh ke arah Jeffin dengan wajah bingung dan tidak terima atas pencapaian kepala pelayan tua itu.
"T-tidak!" Sahut Catherine terbata.
"Apa, yang anda katakan, nona. Bukankah, anda yang ingin segera menempati kamar pribadi tuan, muda?" Sela kepala pelayan itu, yang terlihat senyum miring tipis di sudut bibirnya.
"Perasaan, saya tidak pernah mengatakan, itu," pungkas Catherine dengan wajah bingung dan menatap protes kepada kepala pelayan tersebut.
"Bibi, Beatrice berkata benar, tuan. Kalau, nona muda ini, meminta untuk memasuki kamar, anda," timpal pelayan wanita yang sejak tadi mengikuti Catherine.
Catherine semakin, menatap lekat kedua wanita beda usia itu yang berada di depannya.
Catherine begitu heran dengan pengakuan, dua wanita ini. Sejak kapan ia berbicara seperti itu?
Catherine memiringkan, kepalanya untuk menelisik wajah dingin wanita tua itu.
"Ck! Ternyata, dugaan aku benar. Kamu, hanya seorang gadis rendahan yang tidak tahu malu." Jeffin menundukkan wajahnya lebih dekat dengan telinga Catherine dan berbisik dengan ucapan pedas.
Catherine kembali membeku, dengan sorot wajah tercengang bercampur gugup. Ia begitu terkejut, mendengar perkataan kasar suaminya itu dan juga merasa gugup ketika wajah — suaminya begitu sangat dekat dengannya.
"Apa, yang kamu harapkan gadis, murahan menjijikkan," bisik Jeffin dengan kata-kata hinaan yang ditujukan untuk Catherine, yang kini memberanikan dirinya untuk memandang wajah Jeffin tidak percaya.
"Selamat datang, di dunia penuh kehancuran untuk mu, murahan." Jeffin masih dengan posisinya yang mendekatkan wajahnya di daun telinga Catherine dan mengeluarkan perkataan yang begitu kasar. Membuat dada Catherine tiba-tiba teriris perih.
Mata Catherine kini mulai terasa berat dan berkabut, karena genangan air mata yang mulai terkumpul di kedua kelopak mata lebarnya yang indah.
Gadis itu tidak menduga, kalau pria yang baru beberapa jam menjadi suaminya itu, sangat membenci dirinya dan menganggap sebagai gadis murahan.
Sekuat tenaga, Catherine menahan rasa pilu di dalam dadanya dengan berusaha keras agar bisa menahan air mata yang masih terkumpul di kedua kelopak matanya itu.
Wajahnya mendongak ke atas dan menatap wajah arogan sang suami memandangnya sinis.
Kedua pelayan itu, ikut tertawa dalam hati, melihat tuan mereka ternyata sangat membenci istri barunya itu. Istri menurut mereka sangat kampungan.
Senyum sinis dan wajah penuh cemoohan mereka berikan kepada, Catherine yang hanya bisa terdiam.
"Bawa dia, di kamar lain. Kamar yang lebih pantas untuknya," perintah Jeffin dingin dan membalas tatapan nanar Catherine dengan senyum remeh.
Kedua pelayan itu pun segera berjalan ke arah kamar paling sudut. Kamar yang terdapat banyak, barang bekas di letakan di dalam sana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Leng Loy
Ga ada Akhlak semuanya
2024-07-22
0
Tarmi Widodo
dasar majikan ma oembatu sama² laknat 😀
2024-02-08
0
Ratu Fadira
nanti jg kualat dia, pastinya menyesal
2023-12-26
1