Hasrat Liar Istri Simpanan

Hasrat Liar Istri Simpanan

Kehilangan

"Ibu.., Ibu..... Ibu .. Jangan tinggalkan aku Bu... Hanya karena Ibu, aku masih mau hidup, bertahan di dunia ini. Aku masih punya cita cita untuk membahagiakanmu Bu..." Tangis wanita itu pecah di sebuah ruang gawat darurat. Air mata mengucur deras, dengan tubuh bergetar membasahi pipi pucatnya. Wanita itu memeluk erat jasad ibunya, yang meninggal karena serangan jantung.

Wanita yang kehilangan ibunya itu bernama Nur Intan. Perempuan cantik berusia 29 tahun, ia sangat pintar dan tentu saja punya tubuh yang molek dengan bokong besar nan seksi. Siapa pun yang melihatnya, akan terpana dan tergoda.

"Ibu... Maafkan aku..!" Wanita itu berat rasanya melepas rengkuhan tangannya dari tubuh ibunya yang terbujur kaku. Ia merasa bersalah atas kematian sang ibu. Ini semua gara gara dirinya.

Wanita yang bernama Nur intan itu, gagal menikah untuk ketiga kalinya. Itu terjadi karena, masa lalunya yang kelam terkuak kekeluarga besar pihak pengantin laki laki. Padahal diawal awal perkenalan kedua belah pihak, sudah setuju, bahkan calon mempelai pria sudah tahu kekurangan Nur, yang sudah tidak perawan lagi.

Tapi, entah kenapa dihari pernikahan. Keluarga dari mempelai tidak datang, pernikahan dibatalkan. Ini kejadian terulang untuk ketiga kalinya.

Nur sudah tidak percaya lagi namanya cinta. Sejak kekasihnya mencampakkannya begitu saja. Ia sudah tak hasrat untuk menikah. Tapi, sang ibu selalu berusaha mencarikan jodoh untuknya. Tentu ibunya mencarikan pria dari keluarga baik baik dari kampungnya.

Akibat dari pergaulan bebas dimasa kuliah, memberi efek yang menyakitkan sedahsyat ini untuknya. Kekasihnya meninggalkannya begitu saja. Setelah pria yang dicintainya itu menghisap sari madunya. Ia ditinggalkan sang kekasih, pergi keluar negeri. Dan memberi alasan, bahwa keluarga besar mereka tak merestui hubungan mereka. Karena ia berasal dari keluarga miskin.

Nur merasa tertekan dan sangat trauma. Apalagi ternyata ia tengah mengandung. Dengan keadaan yang kurang sehat. Nur memberanikan diri, datang ke rumah orang tua sang kekasih. Ingin meminta pertanggung jawaban. Tapi, usahanya sia sia. Ia diusir pihak security, bahkan seorang wanita yang berada di dalam mobil, yang hendak keluar dari rumah gedong itu. Melemparkan segepok uang ke mukanya. Tanpa melihat ke wajahnya. Nur yang kurang sehat saat itu, hanya bisa menunduk, kepalanya terasa sakit saat mendongak.

Wanita itu adalah kakak dari pria yang telah merenggut kesuciannya. Wanita itu bernama Anne.

Dasar wanita Ja-lang.. Pergi kamu dari rumah kami.

"TIDAK.......!"

Nur teriak histeris di dalam kamarnya. Ia teringat semua kejadian buruk yang telah dilaluinya. Sebuah perjalanan hidup yang pahit dan teramat sakit.

"Ibu.... Ibu.... Maafkan aku..!"

Sudah seminggu sang ibu dimakamkan. Tapi, ia belum bisa move on atas kehilangan sang ibu tercinta. Ia sangat merasa bersalah. Gara gara dirinya yang tak bisa menjaga kehormatan. Keluarga nya sempat dikucilkan di kampung.

Ibunya sangat mengkhawatirkan kebahagiaannya. Ibunya sangat khawatir padanya. Karena diusia yang hampir 30 tahun, tak kunjung juga menikah. Sang ibu sangat ingin melihatnya menikah, sebelum ajal menjemput.

Cara berpikir sang ibu masih wong deso. Anak perempuan yang tidak menikah menikah akan dapat gunjingan dari masyarakat. Ibunya pun selalu berusaha mencarikan pendamping untuk nya.

Nur yang ingin melihat ibunya bahagia, menerima saja dengan siapa ia akan dinikahkan. Yang terpenting ia harus berkenalan dulu dengan calon suaminya. Mengenalnya, dan bercerita tentang kehidupan kelamnya di masa lalu.

Aneh tapi nyatanya. Selalu di hari pernikahan yang disetujui. Pihak pengantin pria mangkir dan membatalkan. Dan kejadian ini untuk ketiga kalinya. Hal inilah yang membuat sang ibu syok, dan terkana serangan jantung.

"Kenapa hidup sekejam ini. Tak ada kebahagiaan untuk ku lagi?!" ujarnya masih terisak di dalam kamarnya yang sangat sederhana. Ia telungkup di atas kasur, sesekali tangannya memukul keras kasur itu.

Wanita itu sudah bertaubat. Ia jelas menginginkan pasangan yang baik. Walau ia punya masa lalu yang buruk. Tapi, sepertinya ia tak akan pernah merasakan kebahagiaan berumah tangga, karena kesalahannya itu.

"Haruskah aku jadi istri simpanan?" Ujarnya melap air mata yang membasahi pipinya dengan selimutnya. Ia bahkan tak kepikiran menyiapkan tisu untuk melap air mata yang mengucur deras itu.

"Ya, hanya pria beristri. Atau seorang duda yang sedang cari istri kedua atau cari istri simpanan yang mau memperistrikan wanita yang tak suci lagi seperti saya." Wanita itu masih menumpahkan uneg uneg di hatinya.

Ia putus asa sudah, mengharapkan suami dari keturunan yang baik, itu sudah tak mungkin lagi.

"Kenapa.... Kenapa...kenapa... Kenapa aku mau melakukan itu dulu..!"

Masih mengutuk diri sendiri. Teriak teriak di dalam kamar, hingga terdengar keluar. Rasanya begitu sakit, jika mengingat itu semua. Ia merasa begitu bodoh. Sangat bodoh, karena memberi mahkotanya kepada pria yang salah.

"Hei Nur... Kamu jangan gila..!"

Door

Door

Teriak seorang pria yang bernama Anwar. Menggedor-gedor pintu kamarnya. Merasa keberatan dengan suara Isak tangis Nur. Pria itu adalah saudara laki lakinya. Yang sudah berkeluarga dan tinggal di kampung itu juga.

Nur sangat takut kepada abangnya itu. Ia pun membungkam mulutnya dengan kedua tangannya. Menahan suara isak tangisnya agar tidak kedengaran keluar.

Ya malam ini, malam terakhir diadakannya takjiah, 7 hari meninggalnya sang ibu. Sebenarnya semua tamu sudah pada pulang. Hanya keluarga inti yang tinggal di rumah itu

"Lebih baik kamu cepat cepat balik ke kota. Dari pada kamu berlama lama di sini, jadi gunjingan orang. Kuping kami juga panas mendengar warga selalu bergunjing tentangmu." Ujar Sang Abang bernama Anwar tegas, dari balik pintu kamarnya Nur.

Ucapan abangnya itu terasa sangat sakit. Mengena diulu hati. Perih dan buat sesak di dada. Walau benar apa yang dikatakan oleh sang abang. Ia terkadang belum bisa menerima kenyataan pahit itu.

"Atau kamu balik malam ini saja. Ikut dengan keluarga Paman Danu. Masih tersisa tempat duduk untukmu di belakang. Kan lumayan irit ongkos." Ujar sang Abang masih dari balik pintu kamar.

Nyut

Nyut

Ucapan sang Abang terasa semakin sakit. Ia merasa diusir secara halus dari rumah itu.

Ia rencana balik ke kota tiga hari lagi. Karena ia ambil cuti selama dua Minggu. Tiga hari sebelum pernikahan ia sudah balik ke kampung. Dan sekarang ia sudah 10 hari di kampungnya.

"Nur, kamu dengar gak yang Abang bilang." Ujar sang Abang dengan nada kesal. Anwar itu sangat menghormati privasi adiknya. Ia mana pernah masuk ke kamar sang adik, sejak adiknya itu menginjak usia remaja. Karena Alm ayah mereka sudah mendidik mereka sejak dari kecil. Batasan antara anak laki laki dan perempuan, walau pun itu saudara kandung.

"Nur... Kamu dengar gak? jawab.. Itu paman masih nungguin..!"

Nur yang membisu, membuat sang abang geram.

"Iya bang, a..Aku balik ke kota malam ini." Ujarnya dengan menahan Isak tangis.

TBC

Hai readers sayang, tolong dukung novel ini dengan memberi like, comentar positif, vote dan hadiah.

Mohon juga membagikan novel ini ke media sosial kalian, agar lebih banyak yang baca.

Thanks...🙂🙏❤️

Terpopuler

Comments

💞Nia Kurnaen💞

💞Nia Kurnaen💞

Hadir,menyapa authornya.

2023-05-23

0

Nur cahaya

Nur cahaya

namanya sma denganku ☺
hadir malam ya kak othor... salken dri Nur cahaya... 🤝🙏smgttttt🥰

2023-05-22

0

putri duyung

putri duyung

lanjut

2023-04-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!