Hampir

Masakan Nur benar benar bisa menggoyangkan lidah sang suami. Idris merasa senang sekali pagi ini. Semangat untuk bekerja meningkat seribu persen. Apalagi selesai makan, Nur dan dirinya bekerja sambil mesra mesraan. Mark yang kini berubah fungsi sebagai petugas penjaga pintu, hanya bisa manarik napas panjang. Ia jadi bekerja di meja sekretaris. Mengawasi jika suatu waktu istri sang bos datang.

"Coba kamu pelajari ini. Itu laporan perusahaan baru. Perusahaan ini bersifat rahasia." Idris menyodorkan satu dokumen pada Nur. "Ini perusahaan milikku, tapi saat ini aku percayakan pada orang lain mengurusnya." Ujar Idris dengan berat. Pria itu kemudian memasrahkan badannya bersandar di badan sofa.

Nur terlihat berfikir sejenak. Apa maksud dari ucapan suaminya itu.

"Perusahaan ini saham terbesarnya dimiliki mertuaku, serta istriku." Nur melirik Idris yang terlihat sedang memikul banyak beban. Wajahnya tiba tiba kusut.

"Tapi, aku tetap punya bagian." Menegakkan tubuh, menatap Nur yang terlihat berfikir. "Napa? nyesel nawarkan diri jadi istriku? ternyata aku gak sekaya yang kamu bayangkan?" tanya Idris tersenyum kecut pada Nur.

Nur menggeleng lemah. "Tidak Hubby, aku gak nyesel. Ada pria yang mau menikahiku, sudah buat aku yakin pada diri sendiri. Kalau aku ini masih laku." Mula mula ekspresi wajah Nur serius saat bicara tapi, ia malah menertawakan diri sendiri. Ia merasa ucapannya menurunkan harga dirinya.

Hahhaha .

"Kau ini bisa aja ngelawak. Aku jadi curiga, apa sih motifmu menawarkan diri jadi istriku. Aku bisa nilai. Kamu itu wanita hebat, pintar, pasti banyak yang mau jadi istrimu." Menarik Nur dalam pelukannya. "Baru kenal kamu, tapi sudah buat kangen tahu " Mengangkat dagu sang istri, sehingga wajah cantik itu mendongak sudah.

"Malam itu, malam di mana Hubby menyelamatkanku, di tengah hutan belantara ku membuat janji pada diriku. Jika ada orang yang menyelamatkan aku, membawaku pergi. Jika ia seorang pria. Maka aku mau dijadikan istrinya. Dan jikalau yang menyelamatkan ku seorang wanita maka aku akan menganggapnya saudariku." Ujar Nur dengan penuh penghayatan. Akting telah dimulai. Pandai sekali ia mencari jawaban setiap pertanyaan Idris.

"Jadi itu alasannya kamu menawarkan diri jadi istriku? walau kamu tahu aku sudah beristri?" menatap lekat Nur yang ada dalam pelukannya.

"Iya Hubby." Nur mendekatkan wajahnya. Begitu juga dengan Idris.

Kecupan lembut pun terjadi sudah. Dan tangan sang suami sudah merayap meraba raba gunung kembar nya Nur. Jujur Nur adalah tipe wanita yang nafsunya cukup besar. Kalau ia tak punya iman, mungkin hidupnya sudah hancur, karena kadang keinginan untuk disentuh sering sekali muncul.

Nur menikmati cumbuan mereka di pagi hari menjelang sore ini. Ia sudah yakin, kalau dirinya menyukai suaminya ini. Buktinya ia sudah merasa nyaman bercumbu dengan Idris.

Secepat itukah aku menyukainya? Nur membathin, memperhatikan lekat sang suami yang tengah menikmati pucuk gunung kembarnya.

"Oouuwwgghh...." Nur menenggelamkan kepala sang suami di dadanya. Ia ingin lebih. Sikap Nur yang terlihat sangat menikmati permainan itu, membuat Idris ingin lebih.

"Kita ke kamar." Ujar pria itu dengan suara parau menahan hasrat yang menggebu gebu.

Nur menggeleng dengan tatapan mata yang sangat mendambah. Ia harus bisa menyenangkan pria ini. Ia harus bisa membuat pria ini bertekuk lutut di hadapannya. Ia tak boleh gagal dalam misi balas dendamnya. Dan ia harus merebut Idris dari Anne.

Idris membaringkan sang istri lembut di atas ranjang. Gundukan kembar kenyal sang istri terlihat sangat menggoda untuk dicicipi. Ia pun mulai melepas satu persatu pakaian yang menutupi tubuhnya. Sedangkan Nur Mulai melapas sendiri pakaiannya. Hal itu membuat Idris jadi lebih bergairah.