Melihat sang bos ada di tempat pertengkaran itu. Para karyawan yang tadi kepo, langsung ngacir pulang. Sehingga kini tinggallah Nur, Dila, Idris, Mark, dan Pak Muhsin yang bertugas jaga keamanan di lobby.
Tatapan mata Idris masih tertuju pada Nur yang menunduk, karena malu. Jelas ia malu. Dila masih saudaranya. Keponakannya, tapi mereka malah bertengkar di tempat umum. Dan jadi bahan tontonan orang orang.
"Aawwuuuhhh.. Sakit...!"
Teriak Dila histeris, cari perhatian. Karena memang terlihat ialah sebagai korban, masih dalam keadaan terduduk di lantai dengan tak berdayanya. Ia tak bisa bangkit lagi, sepertinya tulang ekornya patah.
"Sakit... Sakit... Tolong...!" Dila Menjulurkan tangan berharap ada yang membantunya untuk bangkit. Tapi, orang yang ada di tempat itu malah bengong, tak ada yang mau membantunya untuk bangkit.
"Apa yang terjadi?" tanya Mark, asistennya Idris pada petugas keamanan.
"Kalau wanita yang dua ini sudah biasa pak bertengkar. Tapi, hari ini sepertinya serius." Jawab Pak Muhsin sopan. Melirik Nur dan Dila secara bergantian.
"Kenapa tidak membantunya?" tanya Mark, heran pada Pak Muhsin, yang tak respon dengan cepat.
"Oh iya pak." Pak Mukhsin membantu Dila untuk bangkit. Ia tak terlalu perduli pada Dila, Karena ia tahu wanita itu sering buat masalah pada Nur.
Nur mencoba untuk ikut membantu Dila bangkit. "Awas kau... Ku laporkan kau ke pihak berwajib, Karena telah melakukan kekerasan." Menepis kuat tangan Nur.
Idris geram lihat sikap Dila, yang prilakunya menunjukkan ketidaksopanan itu. Saat penyambutan dirinya tadi pagi, Dila juga Sempat mengedipkan mata padanya. Itu membuat Idris, menandai Dila.
"Pak, usut tuntas kasus ini dengan baik. Periksa CCTV. Siapa yang terbukti melakukan kesalahan terlebih dahulu. kita akan laporkan ke pihak berwajib dan harus dipecat dari perusahaan ini dengan tidak hormat." Tegas Idris, yang membuat semua orang di tempat itu terkejut mendengar ucapannya.
"Dia, dia yang salah. Lihat pak, bahkan aku tidak bisa untuk berdiri." Ujar Dila dengan berurai air mata, menatap tajam Nur.
Idris menoleh me arah Nur. Yang juga kini tengah menatapnya. Tapi, tatapan Nur kali Ini mengisyaratkan kekecewaan. Setahu dia Nur itu Wanita yang ceriah.
"Nur, kamu" ucapan Idris terhenti, di saat menyadari kedatangan sang istri di tempat itu.
"Honey....!"
Nur langsung membalik badan, setelah melihat Anne yang kini menghampiri mereka. Jantungnya bermasalah sudah. Ia takut Anne mengenalinya. Sempat Anne mengenalinya, maka misi balas dendam akan gagal. Karena saat ini, ia belum bisa mengambil hatinya Idris. Kalau Idris belum mencintainya. Maka, Idris akan cepat mencampakkannya. Kalau itu terjadi, Anne tak akan merasakan kegagalan dan kehancuran.
Idris tersenyum dan langsung menghampiri sang istri. Sebelum istrinya itu ikut nimbrung dalam percakapan itu.
"Ada apa kamu ke kantor?" tanya Idris merangkul sang istri keluar dari gedung itu. Ia harus cepat membawa istri nya pergi dari tempat itu.
Huufftt..
Nur menghela napas panjang. Kedatangan Anne ke kantor itu lebih mengancam dirinya. Dibandingkan bertengkar dengan Dila. Koq bisa, Suaminya itu jadi bos di perusahaan tempat ia bekerja. Dunia kenapa sesempit ini.
"Ayo aku antar kamu ke rumah sakit." Nur kembali ingin membantu Dila bangkit. Tapi, Dila memberi sikap tak ingin di bantu.
"Jangan sentuh aku... Siap siaplah kamu akan dipecat dari kantor ini. Lihat saja!" tegas Dila, ia berusaha untuk bangkit. Walau pinggulnya terasa sangat sakit. Ia ternyata masih bisa berdiri.
"Oouuww.. Akting kamu bagus juga Dila. Aku sudah curiga tadi, kalau kamu itu baik baik saja. Makanya aku diam saja tadi." Ujar Pak Mukhsin geram, ia merasa dikerjai oleh Dila.
"Akting Akting, sakit tahu pak!" memegangi bokong dan pinggang yang memang masih sakit.
"Tahu akhh... Bosan lihat kalian berdua." Pak Muhsin meninggalkan Nur dan Dila di tempat itu.
"Telepon ayah, kasih sabar pada mereka. Aku gak mau dibuat repot cariin kamu yang tiba tiba hilang." Ketus Dila pada Nur.
Nur tak menanggapi ucapan Dila. Ia berjalan cepat menuju pintu keluar. Ia masih ingin melihat Anne. Siapa tahu masih di parkiran. Sudah tujuh tahun ia tak melihat wanita itu.
***
Menjelang maghrib, Nur baru sampai di rumah mewahnya. Setelah selesai sholat Magrib. Bibi Sekar, datang ke kamarnya. Memberi nya sebuah hape mahal.
"Hape..?" Nur heran kenapa Bibi Sekar, memberinya Hape.
"Ini pemberian tuan nona. Hape khusus untuk menghubungi nona." Jelas Bibi Sekar sopan.
"Iya bi." Nur memperhatikan lamat lamat ponsel mahal di tangannya. Mendadak ia sedih, ternyata menyedihkan juga jadi istri simpanan. Semua nya main rahasia.
Nur menyimpan hape pemberian Idris di dalam laci. Apa guna nya hape itu. Kalau hanya untuk digunakan komunikasi dirinya dan Idris.
Ia yang merasa lelah, memilih membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Menautkan kedua tangan di atas perut, menatap langit langit kamar itu dengan mata berkaca kaca. Kejadian di kantor saat mau pulang terekam lagi di pikirannya. Hal itu cukup menguras energi. Kalau Dila masih satu kantor dengannya, hidupnya pasti diusik terus oleh wanita itu.
"Ya Allah... Semoga niat balas dendam ini, tak membuat hidup ku semakin hancur. Aku, takut Tuhan!" Ujar nya dengan berderai air mata.
Ia ternyata merasa belum siap dengan misi balas dendam ini. Ia takut hidupnya semakin hancur.
Ngung
Ngung
Ponsel pemberian Idris bergetar. Tiba tiba saja Nur merasakan jantungnya berdenyut kencang. Pria yang sedang di pikirkannya menelponnya.
"Assalamualaikum!"
Terlihat wajah tampan sang suamimu di layar datar itu Seperti sedang berada di sebuah taman.
"Walaikum salam!"
Jawabnya malas, menatap sedih sang suami.
"Kamu sudah makan?"
Nur menggeleng manja.
"Makan dong!" Ujar Idris lembut.
"Gak napsu." Ekspresi wajah Nur masih terlihat sedih.
"Apa kamu mikirin kejadian sore tadi?"
"Iya By, aku cemburu Lihat Hubby memeluknya. Dan aku sedih, karena aku diabaikan."
Tes
Cairan bening jatuh juga membasahi pipi putih nya.
Huufftt..
"Kalau kamu gak kuat mental, koq nawarin diri jadi istri simpanan?" terlihat Idris mengulum senyum. Entah kenapa Nur yang sedih dan cemburu itu malah terlihat lucu.
Nur terdiam.
"Kenapa diam..?"
"Aku gak tahu kalau Hubby ternyata bos di kantor. Dan tadi Hubby kenapa permalukan aku di cara itu." Cemberut pada Idris.
Nur merasa ada yang aneh pada dirinya, setelah melihat Idris bersama Anne. Ia cemburu, jangan Sempat ia ada rasa pada pria itu, bahaya! karena misi nya dekatin Idris adalah untuk balas dendam. Ia hanya ingin menghancurkan Idris dan keluarga besar Anne.
"Habis kamu, kenapa kostumnya beda."
"Mana ku tahu. Aku kan gak buka Hape, terus baju seragam itu, ada di kost an." Masih cemberut seperti anak kecil. Yang keinginannya tak dipenuhi.
"Ya mana mungkin aku puji kamu. Emang kamu salah. Mulai besok kamu gak usah kerja lagi. Di rumah saja jadi nyonya." Ujar Idris tegas tapi ekspresi wajahnya terlihat senang.
Nur terlihat berfikir. Memikirkan tawaran Idris.
"Gak... Kalau aku berhenti, nanti aku cari obat kangen di mana?" Ujar nya dengan mata sayunya. Acara menggoda pun sedang dilakoninya.
Idris tersenyum mendengar ucapan manja nya Nur. Siapa sih yang tak senang dengar diharapkan dan dirindukan.
"Besok, kamu akan pindah tugas, jadi sekretarisku."
"Apa..?" Nur kaget, tadi nya ia hanya di bagian personalia.
Shhiiissfft..
Idris menempelkan jari telunjuk di bibirnya. Dan seketika panggilan video itu malah mati.
"Pasti istri nya lagi cariin dia." Ujar Nur cengengesan, ia memang pandai sekali berlakon. Tadi sedih dan sekarang sudah tertawa tawa.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Nur cahaya
bakal ketemu tiap hari,, asyik seruuuu😍
2023-05-22
0
Lia Wildan
takut ketahuan lah kan yg punya saham banyak istrinya
2022-10-09
0
Iis Sulis
Awal yang seru 😄
2022-10-01
0