Jangan berharap lebih

Nur terlihat sangat cantik dan ayu dengan balutan kebaya berbahan brokat berwarna putih, yang dipadu dengan rok batik. Rambutnya yang disanggul modern itu ditutupi oleh selendang yang senada dengan kebayanya.

Idris dibuat terpesona, seperti baru pertama kali, melihat gadis cantik. Matanya selalu mencoba curi curi pandang pada Nur yang kini duduk di sebelahnya, yang sibuk menandatangi bukti pernikahan siri mereka.

Harusnya hari ini adalah moment yang sangat membahagiakan buat Nur. Karena ia akhirnya menikah juga. Walau pernikahan ini sudah dipastikan akan berujung kesengsaraan. Gimana tidak, Nur menawarkan diri untuk dinikahi, karena ada niat terselubung.

"Mak.... Putrimu akhirnya menikah juga. Mak, semoga Mama tenang di alam sana. Maaf, gara-gara Nur, Mama pergi untuk selamanya, meninggalkan kami semua." Nur membathin, dengan berderai air mata. Dada nya terasa sesak, memikirkan hidupnya yang tak pernah merasakan kebahagiaan lagi, semenjak ia ditinggalkan kekasihnya dalam keadaan hamil. Karena menanggung malu, hamil di luar nikah.

Ceklek...

Pintu dibuka seseorang. Ya Nur sudah masuk ke dalam kamar. Bahkan sejak acara ijab kabul yang sakral itu selesai. Ia sudah satu jam berada di kamar itu.

Nur melap air matanya gelagapan dengan jemarinya.

"Kamu menangis.?" pria yang bertanya itu adalah suaminya. Pria itu mendudukkan bokongnya di sebelah Nur.

Pria itu menatap lekat Nur yang terlihat tegang. Tangannya menjulur untuk menjawir dagu Nur yang lancip itu. Sehingga terlihatlah dengan jelas wajah cantiknya Nur. Matanya yang sedikit sembab, malah membuatnya terlihat semakin cantik dan menggoda. Apalagi, kini kedua bibirnya terbuka sedikit, yang membuat pria yang sedang menikmati keindahan wajahnya, ingin melahap bibir itu lembut. Bagaimana pun mereka manusia dewasa. Dan pasangan suami istri.

"Apa kamu menyesal?" tanya pria itu dengan tatapan yang menghanyutkan.

"Gak pak!" Nur menggeleng lemah, dan tersenyum tipis.

"Terus kenapa kamu menangis?" melap air matanya Nur yang membasahi pipinya dengan jemari.

"Ini air mata kebahagiaan pak. Akhirnya, ada pria yang mau menikah denganku...!"

Tes

Air matanya kembali berderai menganak sungai di pipi mulusnya.

"Eemmm... Kamu terlalu berlebihan dalam menanggapi masalah mu. Kamu itu sangat cantik, baik, jujur dan mengairahkan. Ya kalau kamu sabar pasti ada pria yang mau memperistri kamu."

"Nyatanya gak ada pak. Aku sudah gagal menikah untuk ketiga kalinya. Kalau pria yang tak beres dan tak jelas, memang ada yang mau. Tapi, tak mungkin aku mau menikah, kalau hanya untuk tersakiti lagi." Ujarnya melirik Idris, yang terus saja menatapnya lekat.

"Kalau begitu, kenapa kamu mau menikah denganku? aku tak jelas, aku suami orang. Bukannya kamu ingin menikah untuk kebahagiaan. Dan bisa dipastikan, rumah tangga yang akan kita bina ini, tak akan. bertahan lama. Karena kita menikah diam diam."

"Bapak baik, makanya aku berani menawarkan diri. Aku yakin bapak pria yang penuh dengan tanggung jawab." Ujarnya lembut dengan tubuh sedikit bergetar. Nur nervous ditatap lekat oleh Idris.

"Baik? kamu baru kenal aku dan sudah katakan aku baik." Membelai wajah nur dengan lembut.

"Bapak mau menolongku malam itu." Nur yang pernah disentuh laki laki. Tentu saja saat ini ia meremang dengan kelakuan idris yang membelai wajahnya dengan lembut dan tatapan penuh hasrat.

"Hanya itu alasannya?" cecar Idris kini ia sudah mendekatkan wajahnya, ke wajah nya Nur?

"Bapak pria yang tahu adab dan sopan santun." Wajah Nur memerah sudah. Napas pria dihadapannya sangat wangi. Ingin rasanya Nur menghirup napas yang wangi itu dan bertukar saliva. Jujur, Nur dibuat terang-sang. Mungkin karena ia sudah pernah merasakan surga dunia. Makanya Nur tersulut bira -Hi nya.

"Maksudnya?"

"Aku tahu, bapak yang masuk ke kamar kemarin, saat aku sedang tidak mengenakan sehelai kain pun. Kalau yang melihat itu, bukan pria baik. Tentu aku sudah dimakan saat itu." Ujar Nur tergagap, bibir sang suami sudah sangat dekat ke bibirnya.

"Ini aku akan memakanmu. Memberikan kamu kenikmatan yang pasti kamu sudah merindukan rasa nikmat itu."

Gluk

Gluk

Nur kesusahan menelan ludahnya. Jujur aja nervouse, walau ini bukan aktivitas pertama kali buatnya.

Nur memejamkan matanya, disaat bibir kenyal sang suami mendarat di bibirnya yang merah cheri itu.

Sudah tujuh tahun ia tak melakukan adegan kising, sejak ia ditinggal pergi sang kekasih. Ia masih kaku, serangan Idris sang suami tak dibalasnya. Suaminya itu terus yang mel- umat bibirnya bermain lembut yang membuatnya mulai terang-sang. Apalagi kini tangan idris sudah menangkup gundukan kenyal yang masih dibalut kebaya.

Oouuwwhh..

Nur melepas pangutan yang penuh gairah itu. Ia perlu bernapas, Ia kehabisan oksigen.

Ehhmmm...

Idris tersenyum manis menatap Nur, yang terlihat sedang menghela napas.

"Kamu sangat mengairahkan Nur. Kalau kita melakukannya sekarang, kamu mau kan?" bicara dengan tatapan mata mendambah.

"Iya pak," Nur menunduk malu. Gimana tak malu, pria di hadapannya belum dicintainya. Dan mereka harus melakukan hubungan intim. Buat wanita itu sangat tidak nyaman. Karena wanita bisa bergairah apabila bercinta dengan pria yang ia cintai. Kecuali, jika ia wanita bayaran.

"Jangan panggil bapak lagi."

"Terus manggil apa?" tanya Nur melirik Idris dengan malu dan sedikit tegang.

"Abang boleh, mas boleh, atau Hubby..!" ujar Idris, tangannya kembali menjulur membelai wajah Nur. Kemudian pria itu mencium kening Nur lembut dan penuh penghayatan. Nur termangu, perlakuan pria ini sangat manis sekali. Jangan sampai ia jatuh cinta, karena ia tak akan mendapatkan cinta pria ini. Pria ini suami orang. Dan bukan si pria yang mengajak nya menikah, tapi Nur sendiri.

"Aku selalu bertanggung jawab atas apa yang ku lakukan. Walau hubungan kita ini sedikit berbahaya, disaat kita pisah nanti. Aku tetap memberimu jaminan hidup."

Tes

Betul dugaannya, ia tak akan bisa memiliki pria ini selamanya. Tapi, tak apa, Anne suatu saat harus tahu, kalau rumah tangganya sedang tak baik baik saja.

Tanpa permisi air mata jatuh membasahi pipi pucatnya.

"Ya beginilah resiko menikah diam diam. Karena jujur, aku katakan hal pahitnya sekarang. Aku tak akan pernah ceraikan istriku demi kamu. Jadi kamu harus siap dengan konsekuensi dari keputusanmu ini yang menawarkan diri untuk jadi istri simpananku."

Nur terdiam dengan derai air mata yang berlinang. Ia sedang memikirkan misinya. Apakah akan berhasil membuat Anne nanti merasakan sakit, seperti yang ia rasakan dulu.

"Kita nikmati saja hubungan ini. Beri aku kepuasan di ranjang dan dengan masakanmu. Maka aku akan lakukan yang terbaik."

"Emang istri bapak, eehh.. Hubby gak bisa memuaskan gitu?" tanya Nur penuh selidik.

"Bisa, ia bisa puaskan aku jikalau kami bercinta. Ia hot, sangat hot. Tapi, kami jarang melakukannya karena ia super sibuk, sering ke luar kota. Sibuk dengan dunianya. Terus kalau ia lagi pengen, baru pulang."

Oohh... Begitu?

Huufftt..

Idris malah membaringkan tubuhnya di atas ranjang empuk itu.

Nur tersenyum menyeringai melirik Idris. Kalau sudah kondisi rumah tangga Anne seperti ini bisa dipastikan ia pasti bisa menghancurkan Anne.

"Sini..!" Idris menarik tubuh Nur dan ambruk di atas dadanya yang bidang. Kedua mata bersitatap penuh gairah. Dada sudah berdetak tak karuan.

Idris menarik wajah sang istri dan langsung mencium bibirnya. Satu tangan sibuk memainkan gundukan kenyal itu. Ingin perlakuan lebih, Idris membalikkan tubuh sang istri dan kini Nur sudah dalam kungkungannya.

TBc

Terpopuler

Comments

Safa Almira

Safa Almira

hot

2024-09-26

0

Nur cahaya

Nur cahaya

hayuk Nur bekerja keraslah... kasih servisss terbaik buat hubby... soal cinta belakangan... gaskeunnnnn

2023-05-22

0

Bundanya Pandu Pharamadina

Bundanya Pandu Pharamadina

nikah juga Nur😉

2022-10-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!