Sedari pagi Rusel mengurusi Sandra sampai membereskan kamar wanita itu disaat ia tidur. Sandra tak tahu apa yang di lakukan Rusel pada kamarnya sampai sebersih dan serapi ini saat ia telah bangun dari tidur siangnya.
Sekarang. Rusel sudah tak terlihat lagi. pria itu mungkin sudah pergi mengurusi murid di Asrama sana. tentu Sandra jadi kesepian apalagi Anya juga tengah sibuk dengan sekolahnya.
"Kapan mereka akan mengunjungiku?" guman Sandra melamun diatas ranjangnya. sudah hampir 1 minggu ia disini tapi belum juga ada suruhan Papanya untuk memberikan kepastian.
Kuliahnya terbengkalai dan ia tak tahu lagi harus bagaimana setelah ini.
"Nona!"
Sandra tersentak saat Isami sudah ada di depan kamarnya. Wanita paruh baya itu mendekat dengan pandangan kebih bersahabat dari pada sejak pertama mereka bertemu.
"Ada apa?"
"Apa kau sudah baikan?"
Sandra mengangguk membuat Isami tersenyum hangat melihat Sandra sudah mandi dan berpakaian santai. Baju kaos lengan pendek dan celana kulotnya yang sederhana.
"Apa kau bosan. Nona?"
"Hm. mau bagaimana lagi?! aku tak punya pekerjaan."
"Kalau begitu. mari saya temani ke Asrama putra di belakang!" tawar Isami membuat Sandra berfikir. Asrama putra? berarti ada Rusel disana.
"Baiklah. ayo!"
"Baik. Nona!"
Isami mengikuti langkah Sandra keluar kamar. pintu itu di tutup dan barulah Sandra pergi ke arah Koridor penginapan.
"Sebenarnya kenapa disekitar kamarku tak ada orang lain yang menginap?" tanya Sandra melihat beberapa kamar yang tak ada penghuninya.
"Kamar itu memang sengaja di kosongkan. Nona!"
"Kenapa? bukankah Tetua Herdan bilang kalau tempat ini selalu di penuhi anak-anak dari Asrama?!" tanya Sandra kebingungan. Ia juga heran kenapa kejadian di malam itu tak pernah terulang jika Rusel ada bersamanya?! tak ada atap berderit dan dahan jatuh.
"Ntahlah. Nona! mungkin masih belum ada yang mau menginap." jawab Isami yang diangguki Sandra.
Beberapa gadis di dekat Koridor sana tampak bersih-bersih menyapu dedaunan pohon yang ada di sekitar penginapan. Mereka tersenyum menyapa Sandra tapi ada juga yang hanya acuh.
"Sandra!"
"Hay!!!" sapa Sandra tersenyum melewati mereka. setiap gerak-geriknya selalu di pantau oleh setiap mata di lingkungan penginapan ini sampai Sandra risih.
"Kenapa para gadis disini sangat benci padaku?"
"Karna Nona sangat cantik!" jawab Isami membuat Sandra tersenyum kecut lalu melenggang acuh. Ia beberapa kali memperhatikan bunga-bunga yang di tanam di sekitar Koridor belakang menuju Asrama pelatihan.
Seperti biasa. suara pertarungan dan lesatan panah itu kembali Sandra dengar. Dari sini sudah terlihat lapangan luas yang di jadikan tempat menempa ilmu beladiri.
"Luar biasa. mereka sangat cepat!" puji Sandra asik melihat anak panah yang dilesatkan para Murid Asrama. disana tampak ada pelatih yang memantau.
"Itu siapa?" tanya Sandra menunjuk seorang pria berkulit sawo matang dengan umur sepertinya sama dengan Rusel.
"Itu Tuan Bima. dia adalah bawahan Ketua Rusel!"
"Yang perempuan?" Sandra menunjuk sosok wanita bermata sipit yang tampak lebih dewasa darinya tapi lumayan cantik tengah melatih memanah.
"Itu Guru Ikana. dia bukan asli dari Indo tapi Jepang, beladiri yang dia kuasai adalah .Taijutsu, Ikado dan Karate. bisa dibilang dia Dewi Taijutsu disini."
"Wowwww!" decah Sandra sangat kagum. Dari pembawaan wanita itu juga tampak berkharisma dan sangat tegas dalam melatih murid-muridnya.
"Tapi, dia itu tak pernah pandang bulu memusuhi lawan."
"Maksudmu?" tanya Sandra masih melihat Ikana yang sangat menakjubkan.
"Dia tak pernah banyak bicara. bisa dibilang introvet, suka menyendiri dan selalu tampil sempurna di bidang apapun." jelas Isami memang mengakui kemampuan Ikana.
Sandra cukup puas melihat pelatihan disini. Ia tak mau mendekat takut menganggu dan lebih baik melihat dari kejahuan.
"Nona! sebaiknya kita agak mendekat karna bisa saja anak panah itu terlempar kesini." tegur Isami berjaga.
"Tak apa. aku yakin mereka itu terla.."
"Nona!!"
Belum selesai Sandra bicara tapi benar anak panah itu malah melesat kearahnya. Isami dengan cepat mendorong Sandra ke pinggir dinding hingga ia menendang batang panah itu ke lain arah.
Sandra diam dengan wajah terkejut. Ia tak menyangka akan secepat ini.
"Nona. apa kau baik-baik saja?"
"Aku..."
"Kau ada di lingkungan pelatihan. bukan tempat bermain anak-anak."
Sandra menoleh ke dekat rumput sana dimana wanita yang tadi ia lihat sangat mahir tengah mengambil anak panah yang di tendang Isami tadi.
"Maafkan dia. Guru Ikana, dia gadis dari Kota!" ucap Isami penuh rasa bersalah. Ikana diam tak menghiraukan, ia melangkah pergi kembali ke tenpat anak-anak didiknya membuat Sandra mengepal.
"Aku tarik kata-kataku tadi." geram Sandra dengan dahi di tekuk.
"Nona! kau jangan mencari masalah dengannya, dia bukan tandingan anda."
"Tapi. kau lihatlah! caranya bicara begitu sombong." umpat Sandra mendegus kesal. Isami mengambil
nafas ringan mencoba memahami.
"Saya sudah bilang padamu. Nona! dia orang yang tak terduga, berhati-hatilah dengannya."
"Hm.. mood-ku hancur setelah semua ini." gumam Sandra kembali melihat ke lapangan. tak ada lagi yang berlatih disana sepertinya ini sudah jam istirahat.
"Mereka sudah pergi. ini sangat membosankan."
"Kalau begitu saya akan tunjukan bagian lain. Nona!"
"Yang mana?" tanya Sandra bersemangat. Isami mengarahkan Sandra ke arah tempat Taman Asrama. disana sangat baik untuk Sandra yang ceroboh.
Disepanjang jalan. Sandra melihat-lihat luasnya Asrama ini. ada bangunan tempat tinggal para Murid dan banyak lagi tempat yang tak ia ketahui.
"Asrama ini sangat luas. ini khusus menampung Murid laki-laki, dan kau jangan terlalu percaya orang-orang disini karna.."
"Aku lapar!" gumam Sandra saat mencium aroma makanan yang sangat lezat. Ia melangkah pergi ke belokan jalan setapak di belakang membuat Isami pusing.
"Nona!"
"Apa disini ada Kantin?"
"Ada. tapi disana banyak.."
"Pasti banyak makanan." gumam Sandra setengah berlari ke sana. Isami mendecah segera mengikuti Sandra yang sangat sulit di kendalikan.
"Nona! anda jangan ke.."
Brugh...
"M..maaf!"
Sandra tak sengaja menubruk orang yang membawa nampan makanannya sampai jatuh ke lantai ini. Ia tak melihat karna ada dinding pembatas belokan jalan.
"Maaf. biar ku bantu bereskan." ucap Sandra ingin berjongkok tapi ia terhenti melihat Sendal wanita ini dan celana berwarna coklat kulot yang tadi.
"Kau..."
"Apa kau tak punya mata?"
Sandra langsung mendongak dan benar. itu Ikana wanita menyebalkan tadi dengan tampang angkuhnya.
Isami yang melihat itu segera mendekat dengan jantung berdebar takut Sandra menyembur asal pada wanita ini.
"Guru! maafkan kecerobohan. Nona Sandra!"
"Dia yang salah. kenapa kau yang minta maaf?" tegas Ikana menatap datar Sandra yang geram.
"Kau tuli atau apa?"
"Non!" guman Isami membulatkan matanya saat kata-kata Sandra sangat kasar. Para murid yang tengah makan di Kantin Asrama sana saling pandang melihat dari jauh.
"Tadi aku sudah minta maaf. apa kau tak dengar atau memang kau tak ingin dengar?!"
"Kau sangat berani!" jawab Ikana menyunggingkan senyumnya. Sandra tak perduli, mau ini presinden pun kalau menurutnya salah ya salah.
"Memangnya kenapa? lagi pula ini ada pembatas dinding. Kau juga berjalan dan kita saling menabrak, seharusnya kau juga minta maaf padaku." kekeh Sandra tak mau di sudutkan.
"Nona! sudahlah, mereka akan mengerumuni-mu." bisik Isami melihat beberapa anak murid di Kantin sana mulai tertarik mendekat.
"Kau anak kota tak tahu sopan santun!"
"Kalau kau sopan, maka aku akan sopan. apa cara bicaramu ini termasuk sopan? begitu?" tantang Sandra membuat Isami segera menengahi melihat keadaan semakin di luar kendali.
"Maaf, maafkan Nona Sandra. Guru Ikana! dia memang di kirim ke sini untuk berlatih banyak sopan santun."
"Kauu..." geram Sandra tapi ia di tarik Isami cepat sebelum terlihat oleh para Murid Asrama sana. Ikana masih menatap Sandra yang juga memandangnya tak bersahabat.
"Kenapa kau menarikku?"
"Kau membuat masalah baru." umpat Isami terus menarik Sandra sampai keluar area Asrama barulah ia lega melepas lengan putih wanita keras kepala ini.
"Masalah apanya? aku tak salah."
"Nona Sandra! dia bukan lawan seperti Zira dan yang lain, aku mohon mengertilah." Isami frustasi menghadapi Sandra yang begitu liar. Bagaimana bisa Tuannya bisa tahan bersama wanita seceroboh dan sebawel ini?!
"Lalu menurutmu aku harus tunduk begitu? aku cium kakinya bila perlu aku puja dia setiap waktu seperti pujian dari mulutmu itu."
Isami mengusap wajahnya kasar. Ia menghela nafas dalam mencoba tenang tak ikut terpancing emosi.
"Nona! ini demi kebaikan anda, ingat jika Ketua Rusel tak mungkin selalu melindungi anda."
"Isami! aku tahu aku tak bisa apapun, tapi jika aku diam dia akan menginjakku. kau tak lihat cara bicaranya barusan?"
"Tapi Nona. kau itu..."
Isami langsung ingin memukul dinding saat melihat Sandra sudah pergi mendahuluinya dengan begitu menyebalkan.
"Lihat! bahkan dia lebih menjengkelkan dari siapapun. benar-benar memusingkan kepala-ku." gumam Isami memijat pelipisnya seraya melangkah mengejar Sandra yang mengomel sepanjang jalan.
"Mereka sama saja. selalu menyuruhku diam saat membawaku kesana, sudah jelas aku tak suka orang-orang seperti itu." umpat Sandra pergi kembali ke penginapannya.
Ia tak sadar melewati Rusel yang tengah berdiri bersandar di pembatas tiang tepat tak jauh dari kamarnya.
"Menyebalkan!!" Sandra menghentak-hentakan kakinya ke lantai seperti anak kecil. Semuanya begitu alami tanpa dibuat-buat sama sekali.
"Kalau saja aku bisa menggunakan kamera ponselku! akan ku foto wajah jeleknya itu dan ku sebarkan ke Group Kuliah. biar dia tahu rasanya di Bully itu bagaimana?!"
"Jadi itu keahlianmu?"
Sandra tersentak saat suara Rusel terdengar jelas di dekatnya. wajah Sandra semakin bertambah kesal melihat pahatan tampan ini selalu santai mendekat ke arahnya.
"Kau ini manusia atau bukan? tiba-tiba kau hilang kemana saja kau mau. lalu kau datang mengejutkan-ku, kau mau aku jantungan dan.."
Rusel langsung menjenhentik bibir bawah Sandra yang langsung berhenti bicara.
"Kauu!!"
"Hm?" tanya Rusel melihat Sandra bertambah naik darah langsung mendorong bahunya seperti biasa tapi tetap saja ia yang terdorong kebelakang.
Tak tahu harus apa lagi Sandra langsung berjongkok mendudukan bokongnya ke atas sepatu Rusel dengan kedua tangan dan kaki membelit kaki jenjang pria itu.
"Kau kenapa?"
"Kau tak akan bisa berjalan." Sandra menyeringai bak anak panda memeluk kedua kaki kokoh Rusel erat. Menurutnya ini sudah rencana yang luar biasa.
"Kau yakin?"
Sandra mengangguk mengadah menatap wajah tampan Rusel yang menahan gemas. untung saja Sandra hanya begini saat bersamanya.
"Mau jalan-jalan?" tawar Rusel membuat wajah Sandra berbinar bak mentari di kaki gunung sana.
"Mau! tapi gendong." pinta Sandra mengangkat kedua tangannya tanpa sadar bersikap manja.
"Cih!"
Rusel berdecih tapi ia tetap membungkuk membantu Sandra berkoala padanya. Anehnya tak ada para gadis yang menyapu tadi disini hingga keduanya bebas.
Namun, sedari tadi ada Zira yang melihat dari arah belakang. ia menunggu Isami pergi dan ternyata memang benar jika Sandra dan Ketua Rusel punya hubungan yang sangat dekat.
"Lihat saja. kau pasti akan merasakan permainan yang lebih besar." desis Zira menggeram membayangkan ia di suruh membersihkan satu Asrama luas ini setiap harinya dalam waktu 3 bulan siang dan malam.
....
Vote and Like Sayang..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
Kinay naluw
nambah lagi yang ga suka sama Sandra.
2022-12-15
0
Tatiastarie
dasar Sandra memang orangnya ceplas ceplos ya... suka" dia dah siapapun di lawan... dasar anak manja...
2022-10-13
0
ani nurhaeni
karakteeerr sandra begituu karna terlaluu manja,, tapii berhatii baiikk
ketibang zira baik di depan busuk di belakang
2022-10-09
1