Setelah melewati siang menyebalkan bersama Rusel malam ini Sandra terpaksa untuk bersiap seadanya. bahkan, Anya terkejut saat melihat Sandra yang tak mau berdandan sama sekali padahal malam ini sangatlah pas dan remang.
"San!"
"Hmm?" gumam Sandra duduk di depan pintu kamarnya menatap ke jalanan yang diterangi obor di sekeliling rumah warga seperti biasa.
"San! ayo ganti baju, aku lihat ada pakaian bagus untukmu." bujuk Anya yang tengah menyisir rambut panjang hitam legam lurus milik Sandra yang memakai Piyama tidur coklatnya.
"Sudahlah. ini cuman makan, kau sangat terlalu membuat rumit." decah Sandra langsung menguncir kuda rambutnya yang tadinya rapi sekarang malah berantakan.
"San! kau ini memang cantik, manis bahkan sangat indah di pandang. tapi, yang kau temui itu anak seorang petinggi disini. apa kau tak.."
"Sutt!! diam." sambar Sandra membekap mulut Anya yang bungkam. Sandra memilih masuk ke dalam kamarnya lalu berbaring disana seakan tak berniat pergi.
"Saaan!!"
"Apa?? kalau kau mau pergi, ya pergi saja!" ketus Sandra langsung memunggungi Anya yang membuang nafas kasar. Ia sudah mengepang rambutnya rapi bahkan pakaiannya ini baru di beli dari pasar tadi siang.
"San! aku sudah membuka uang tabungan-ku untuk membeli baju baru, kalau kau tak pergi bagaimana bisa aku pergi?!"
"Kenapa terdengar sangat menyedihkan?"
Batin Sandra mengambil nafas dalam lalu duduk diatas ranjang mininya. Ia menatap Anya yang terlihat murung memelintir ujung kepangan rambutnya.
"Sandra!"
Anya langsung menoleh dengan wajah dan tatapan kekaguman ia layangkan pada Ednan yang datang dengan sangat memukau mata belianya. Ednan memakai baju kaos lengan pendek dan celana kulot panjang yang sederhana tapi ada yang aneh dengan sisiran rambutnya.
"T..Tuan!"
"Maaf aku agak lama." ucap Ednan menatap Anya kilas lalu melihat Sandra yang masih diam terlihat biasa saja.
"Tuan Ednan sangat tampan!" puji Anya mengacungkan kedua jempolnya membuat Ednan sedikit kaku di hadapan Sandra yang melihat.
"Tidak juga, kau berlebihan."
"Aku benar, biasanya kau tak memakai parfum. tapi, kali ini wanginya luar biasa." puni Anya mencium aroma parfum dan rambut Ednan yang begitu rapi.
Ednan tersenyum kecil melirik Sandra yang tak merespon. Sayang sekali wajah Sandra begitu cuek dan jutek.
"Em.. apa kita pergi sekarang?"
"Itu... a.." Anya agak tak enak menyebutkan soal Sandra.
"Sandra tak bi.."
"Ayo!"
Anya terperanjat saat melihat Sandra turun dari tempat tidur dengan memakai sendal yang sudah ia cuci tadi.
"S..San!"
"Ayo! aku sudah lapar." jawab Sandra menggandeng lengan Anya melangkah keluar lalu menutup pintu kamar. Ednan mengikuti kedua wanita itu dengan berjalan di samping Sandra yang tak memandangnya sama sekali.
"Emm.. kau suka makan apa?" tanya Ednan berjalan beriringan.
"Suka semuanya!"
"Ouhh. kalau begitu kau pasti suka Jinggor disini." tebak Ednan yang hanya di jawab kebisuan Sandra.
Di jalan sini begitu sunyi dan hanya ada beberapa suara tangisan anak kecil dari rumah-rumah warga. Selebihnya suara jangkrik dan serangga malam yang berterbangan.
"Kita makannya dimana?" tanya Anya yang memulai pembicaraan setelah sekian lama diam.
"Di tempat tak jauh dari sini. hanya beberapa belokan lagi." jawab Ednan sesekali melirik wajah cantik Sandra yang begitu bersinar malam ini. Apalagi rembulan diatas sana terlihat memancarkan auranya.
"San! makanan disini enak-enak, kau harus banyak mencobanya."
"Hm. cepatlah, aku sudah lapar." desak Sandra mempercepat jalannya. Ia hanya ingin menjahui Ednan yang semakin menyeimbangkan langkah.
"Cih. menyebalkan!"
Batin Sandra jengkel tak lagi melangkah cepat karna sudah terlihat ada tempat makan yang terlihat ramai dengan beberapa warga tengah makan di sana.
Ini seperti Warteg tapi lebih sederhana lagi. Tampilannya rapi dengan pemandangan obor yang indah.
"Mari!! silahkan duduk!!" ucap seorang pria paruh baya berwajah ramah menyambut mereka di sebuah tempat yang sudah di sediakan.
"Pak!" sapa Ednan sopan begitu juga Anya yang mengikuti. sementara Sandra hanya diam menurut saja.
"Eh.. ini cantiknya. kulitnya putih dan wajahnya emm... sangat mirip dengan istriku" puji pria itu mengaggumi Sandra yang berbeda dari yang lainnya. para anak gadis yang bekerja di tempat ini seketika menatap Sandra dengan pandangan beragam.
"Pak! jangan mengusik si cantik ini, biarkan dia makan dengan tenang." sangga istri pria itu yang bernama Ibu Nalen dan Pak Karjo.
"Dia Sandra. pendatang baru di Peggunungan ini." Ednan memperkenalkan Sandra yang menyapa dengan senyuman cantik itu membuat para gadis sana mulai berbisik iri.
"Bukankah dia yang Ibu-mu bilang siang tadi?"
"Yah. memang cantik tapi dia kecentilan."
Sandra hanya diam dengan wajah tak nyaman membuat Ednan merasa bersalah. Ia menatap tajam para gadis sana hingga kembali bekerja melayani beberapa pengunjung tempat ini.
"San! duduklah!"
"Hm."
Sandra duduk di tengah-tengah. ia tak mau tapi Anya memaksanya agar lebih aman di jaga Ednan disini.
"Kita bergantian tempat."
"Sutt! kau tak lihat disini banyak yang tak menyukaimu, jangan aneh-aneh." bisik Anya tak ingin Sandra lagi-lagi di usik.
Sandra akhirnya pasrah menunggu pesanan datang. Ednan terlihat bersemangat bahkan ia tak sabar untuk makan bersama wanita unik ini.
"Silahkan. Tuan, Nona!" Pak Karjo meletakan piring-piring dan mangkuk beirisi Mie berwarna merah.
"Ini apa?" tanya Sandra merasa aneh.
"Ini udang saos. dan ini Mie ketumbar, dan yang ini Jiggor pedas. apa kau suka?" tanya Ednan berbinar.
"Hmm.. suka. aku suka makan pedas." jawab Sandra yang memang menyukainya. Ia tak sadar jika sekarang ia tengah hamil dan semua ini di larang.
"Baguslah! Jiggor ini memang pedas, tapi jika kau tahan maka tak apa." jelas Ednan mengambil kuah kaldu udang yang memang sangat pedas mendekatkannya ke dekat Sandra.
"Selamat makan!!"
Sandra langsung ingin menyerupnya tapi ia terkejut saat lengannya di tahan oleh tangan kekar seseorang.
"Ketua!" Ednan tersentak segera berdiri langsung menunduk saat melihat sosok yang begitu berpengaruh disini.
Anya jadi bingung melihat Rusel tiba-tiba datang tanpa diketahui dari mana lewat dan berjalannya.
"Aku ingin makan." kesal Sandra masih jengkel dengan kejadian tadi siang.
"Ketua! aku membawa Sandra dan temannya untuk makan disini, apa kau mau bergabung?" tanya Ednan merasa ada yang berbeda dengan kehadiran Rusel kali ini.
"Tak usah. dia pasti sudah makan." ketus Sandra ingin menyerup kuah pedas utu tapi ia tak bisa bergerak karna cengkraman Rusel yang kuat.
"Kau menyakiti lenganku." desis Sandra barulah Rusel melepasnya. itu-pun ada bekas merah di lengan Sandra membuat Ednan terhenyak.
"Ketua! maaf, tapi kenapa kau melakukan ini?" tanya Ednan cemas melihat itu. mereka yang ada disini hanya diam merasa kali ini akan ada badai lagi.
"Dia tak bisa makan pedas." satu kalimat tegas dan penuh perintah tak ada bantahan.
"Tapi, Sandra bilang dia.."
"Kau sudah pernah masuk rumah sakit karna memakan makanan pedas. Tetua bisa memarahiku karna tak bisa mencegah-mu melakukan kesalahan." jawab Rusel membuat Sandra terdiam. bagaimana bisa Rusel tahu jika ia memang pernah masuk rumah sakit dulu saat masih kecil karna makanan pedas?
"Benarkah? tapi. kenapa kau bilang kau tak apa-apa? untung Ketua datang tepat waktu. kalau tidak aku akan melakukan kesalahan besar." sambung Ednan merasa kecewa akan kecerobohannya.
"A..aku .."
"San! kau ini selalu saja membuatku khawatir." gumam Anya merasa lega karna sudah tahu.
"Maaf, tapi aku suka aromanya. sepertinya enak."
"Tapi, seharusnya kau jangan membahayakan kesehatanmu juga." sambung Anya lagi. Sandra menghela nafas dalam mencoba meredam rasa jengkel dan tak terimanya.
"Ya sudah, kalau tak bisa makan. aku mau pulang!"
"S..San!!" panggil Ednan saat Sandra sudah berdiri dan melangkah pergi kembali berjalan sendirian. Ednan ingin mengejar tapi Rusel sudah lebih dulu mengikuti Sandra yang begitu keras kepala.
"Biarkan saja. Ketua Rusel memang sangat memperhatikan. Sandra!"
"Maksudmu?" tanya Ednan menyeringit.
"Yah. Ketua Rusel sejak pertama Sandra datang sudah sama-sama kenal dan dekat. mungkin bisa di bilang Sandra selalu bertemu. Ketua Rusel!"
Ednan memandangi kepergian kedua anak manusia itu. Tiba-tiba rasa cemas itu menyeruk jika pikiran negatifnya muncul.
Sementara Sandra. Ia masih saja bertingkah ceroboh melangkah mendahui Rusel yang mengejarnya dari belakang.
"Kau jangan berlari!"
"Pergilah!! kau selalu saja mengaturku!!"
Sandra tetap kekeh melangkah cepat menerobos jalan. Sandra yang tak tahu jalan-pun hanya melangkah sesuka hati diantara belokan gelap ini.
"Apa salahnya menegur baik-baik. tak usah sampai mencengkram lenganku." gumam Sandra merutuki Rusel. setelah beberapa lama ia tersentak saat jalan setapak di hadapannya buntu.
"D..dimana?" gumam Sandra kebingungan. Hanya ada beberapa obor disini dimana semak-semak disekitarnya begitu merambat liar seperti jarang di tempuh.
Sanda melihat tempat remang ini dengan bulu kuduk merinding. Ia tak memakai mantel hingga aura menusuknya sudah terasa sampai ke tulang.
"Ceroboh, dasar ceroboh. seharusnya kau tak berjalan asal." gumam Sandra berputar-putar di tempatnya. Suara angin tiba-tiba terdengar lebih keras membuat Sandra mengigil antara takut dan kedinginan.
".. a..aku harus ke jalan belakang!" Sandra ingin berbalik ke belakang tapi tiba-tiba ada 3 bayangan yang berdiri di depan sana.
Jantung Sandra mulai memompa keras dengan keringat dingin keluar tak begitu melihat sosok apa itu.
"S..siapa??" tanya Sandra menegguk ludahnya waspada dengan wajah memucat merasakan angin disini semakin menusuk di area sendinya.
"Kau cantik!"
Sandra meremang. Suara mesum itu terdengar sangat menjijikan seakan menelanjangi tubuhnya.
"Siapa? aku tak kenal kalian!!" bantah Sandra mencoba mencari jalan keluar.
3 bayangan itu melangkah mendekat. setiap detakan sendalnya bisa di rasakan Sandra sebagai aura negatif dan bahkan perlahan ia bisa melihat wajah 3 pria yang tampak bukan dari warga sini.
"S..siapa?"
"Kau target selanjutnya. Cantik!" desis mereka menyeringai langsung melesat kearah Sandra yang dengan cepat berlari masuk ke semak-semak sana.
"Kau tak akan bisa lari!! ini wilayah kami!!" mereka mengejar Sandra yang ketakutan menerobos semak-semak berduri yang melukai kakinya.
Rasa takut, panik bahkan bercampur aduk membuat Sandra benar-benar terasa mau mati di tempat.
"Aaa!!" Sandra terpekik saat kayu itu di lempar ke kakinya dengan keras membuat Sandra terjatuh ke rerumputan sana.
"Sudah ku bilang kau tak akan bisa lari." desis salah satunya begitu berhasrat melihat kulit putih Sandra bersinar di remangan malam ini.
"Kalian.. kalian jangan macam-macam padaku." ancam Sandra dengan nafas memburu mengacungkan ranting itu tapi ke 3-nya malah terbahak.
"Mana ada macam-macam. kami hanya akan melakukan satu macam." kekeh mereka geli melihat reaksi Sandra yang mau pingsan di tempat.
"J..jangan mendekat!!!" Sandra menjauh menyeret kakinya mundur dengan kakinya yang sakit dan tak lagi ada sendal yang sudah putus.
"Tenanglah. kami akan melakukannya dengan lembut."
"Menjauhlah dariku!!!" teriak Sandra ingin berlari tapi lengan bahu Piyamanya langsung ditarik sampai robek memperlihatkan tali Beranya.
"Nyatanya kau memang sangat menggairahkan."
Mereka mengepung Sandra yang sudah berkaca-kaca. Ia sangat takut, bahkan begitu takut jika sampai ia di lecehkan lagi.
"J..jangan.."
"Peggangi dia!" ucap salah satunya langsung mendekati Sandra yang langsung berjongkok membekap dadanya.
"Jangan!!! jangan lakukan itu!!!"
"Tak akan ada yang mendengarmu. hm?"
Sandra mengigil takut beberapa kali menjauh tapi kedua kakinya langsung diinjak menahan pergerakan dengan tubuhnya ingin di kungkung.
"Tolong!!!!!!" teriak Sandra menjerit kuat memberontak keras. Ia menangis bahkan tak ia jabarkan lagi rasa takutnya sekarang.
.......
Vote and Like Sayang..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
Kinay naluw
loh Rusel kemana.
2022-12-14
0
Tatiastarie
Sandra konyol sii... aduh Rusel mana ya
2022-10-13
0
epifania rendo
bair sandara dapat pelajan
2022-10-11
0