Mereka semua terkejut melihat tubuh wanita yang tadi dikerumuni itu telah tumbang di dalam kurungan seorang pria yang begitu cepat melempar batu menghalangi senjata itu mengenai kulit Sandra yang tampak memucat ditempat.
"K..ketua!" gumam 3 wanita itu merinding melihat raut wajah Rusel yang tiba-tiba mendingin. Bagaimana tidak? Sandra tampak mengigit bibirnya lemah merasakan sakit di perutnya.
"Ketua! dia adalah penyusup. dia mencoba mencari informasi di daerah kita." sangga Zira yang merupakan anak dari Petinggi disini. Ia yang tadi melempar pisaunya ke arah Sandra yang tumbang karna terlalu banyak bergerak.
"Iya, Ketua! kami hanya mencoba untuk.."
Mereka seketika diam saat pandangan Rusel langsung menghunus tajam. Tak ada lagi yang berani bicara begitu juga Anya yang tak menyangka akan bertemu Ketua tampan ini di sini.
"P..perutku." lirih Sandra mencengkram perutnya. Rusel dengan cepat menggendongnya ringan tanpa memikirkan tatapan orang-orang disekitarnya yang tak berani berbisik sama sekali.
"S..sakit!" Sandra menahan sakit di sekujur tubuhnya. Wajah cantik yang tadi terlihat angkuh seketika pucat pasih mencengkram bahu kokoh Rusel yang tak lagi menahan keras wajahnya.
"Bertahanlah!"
Rusel melangkah membelah keramaian yang membeku karnanya. Langkah lebar menuju penginapan dengan beberapa lelaki muda dan bisa di bilang itu bawahan Rusel yang mendekati Tuannya.
"Tuan!"
"Pangilkan Paman Jo!"
"Baik!"
Mereka segera berlari kearah tempat Mentri kesehatan disini. Rusel masih membawa Sandra menapaki tanah penginapan sesekali menatap wajah Sandra yang terlihat tak berdaya.
"Tuan! apa yang terjadi?" Isami yang tadi menunggu di depan penginapan kamar Sandra tersentak melihat keadaan wanita itu.
"Siapkan air hangat dan handuk kecil!"
"Baik. Tuan!"
Isami bergegas pergi sedangkan Rusel masuk ke dalam kamar Sandra dimana tempat tak terlalu luas ini masih rapi dan terjaga.
"S..Sakit!"
"Tahanlah sebentar." ucap Rusel membaringkan dengan hati-hati tubuh tinggi dan langsing Sandra diatas peraduan ini.
Rusel ingin membuka kancing Piyama Sandra tapi tangannya di tahan oleh jari lentik wanita itu yang mencengkram lengannya kuat.
"K..kau cabul!" lirih Sandra masih sempat mengumpati Rusel yang akhirnya hanya memijat bagian pinggang semok Sandra tanpa kaku sama sekali.
"C. cabull ss sakitt!" geram Sandra meringis. Ia ingin menghindar tapi pijatan lembut dan penuh keahlian Rusel begitu membuat pinggangnya yang tadi nyeri terasa lebih rileks.
"Aku tak akan menyentuh bagian yang lain."
Sandra yang tak tahu harus apa hanya diam membiarkan saja. Ia ingin menolak tapi perut dan bagian bawahnya sangat sakit. jika tak begini maka sampai mati-pun tak akan ia biarkan lelaki manapun lagi menyentuhnya.
"Tuan!" Isami yang datang membawa semangkuk air tak terlalu hangat dan handuk pesanan Rusel yang menghentikan pijatannya. Ia tak menatap apapun dari tubuh Sandra yang menonjol saat wanita ini terbaring.
"Kompres perutnya!"
"Baik. Tuan!"
Rusel ingin bangkit tapi tangan Sandra masih mencengkram lengannya. Mata gradasi agak kehijauan itu menatap Sandra sesaat.
"Aku akan keluar!"
"Ini semua karnamu!!! lalu kau mau keluar??!" teriak Sandra kembali seperti Toak disini. Rusel menghela nafas ringan lalu beralih duduk di dekat bahu Sandra yang masih merasakan sakit di perutnya.
"Maaf, saya buka sedikit." Isami sopan menaikan Piyama Sandra keatas dada hingga perut datar nan putih itu tampak mulus dan terurus. Isami juga kagum akan bentuk tubuh Sandra yang pas dan menggairahkan.
"Tak ada yang melakukan pengamatan disini." tegur Rusel mengalihkan pandangannya kearah pintu.
"M..maaf, Tuan!"
"Hm."
Isami mengompres perut Sandra dengan air yang sudah di bumbuhi beberapa ramuan tradisional disini. Sensasi pertama yang Sandra rasakan itu adalah dingin saat handuk menyentuh perutnya. tapi, setelah beberapa lama ini jadi hangat dan sangat nyaman.
"Nona. apa ada dibagian lain yang kurang nyaman?" Isami bertanya pada Sandra yang memejamkan matanya. Ia malu untuk mengatakan jika bagian intinya sakit didepan Rusel yang hanya diam.
"T..tidak.."
"Baiklah. ini akan membantu merilekskan otot perut yang keram. kalau begitu aku permisi."
Rusel menatap Isami dengan pandangan penuh isyarat yang Isami mengerti. Ia melangkah keluar meninggalkan nampan air hangat itu di atas ranjang Sandra.
"Minumlah!" menyodorkan air putih.
"Aku tak m.."
"Minum!" tegas Rusel dengan pandangan mengerikan hingga Sandra mau tak mau menegguknya sampai tandas.
"Airnya tak ada rasa." gumam Sandra mencari kesalahan Rusel yang hanya bungkam membisu tak banyak bicara. Pria ini bisa dikatakan begutu sulit Sandra tebak apa maunya.
"Perut-mu masih sakit?"
"Sedikit!"
"Aku akan keluar!"
"Kau mau meninggalkanku disini! kalau begitu kau sama saja seperti lelaki brengsek di luar sana." maki Sandra menepis lengan kekar Rusel yang merah akibat ia cengkram.
Sandra berbalik memunggungi Rusel yang mengambil nafas dalam.
"Kalian sama saja." masih bergumam sedih. Rusel tak menjawab sama sekali. Ia memperbaiki letak handuk itu diatas perut Sandra yang sangat membenci posisi ini.
"Aku tak menyentuh yang lain!"
Sandra hanya diam. kebenciannya pada mahluk kecil didalam sana semakin meningkat. pergerakannya menjadi terganggu hanya karna benih menjijikan pria itu.
"Untuk apa di obati! lebih baik dia tak ada sama sekali."
Rusel mencengkram handuk yang ia pegang sampai airnya terperah keluar. wajah Rusel mengeras dengan mata terpejam seperti meredakan sesuatu.
"Ketua Rusel!"
Rusel berdiri saat Paman Jo yang datang bersama Anya yang menatap khawatir Sandra.
"Sandra! apa kau baik-baik saja?" tanya Anya cemas melihat semua ini.
"Ada ponakan-mu disini."
"Aku mengerti. Ketua!"
Rusel melangkah pergi dengan raut wajah yang membuat Paman Jo terdiam. Ia menatap punggung Sandra yang masih bungkam tak bicara lagi.
"Apa yang terjadi? kenapa wajah Ketua terlihat dingin."
Ia memang ke sini sempat bertemu dengan Isami yang mengatakan kalau memberikan obat pereda nyeri dan penguat kandungan di area sensitif Sandra. tapi, jangan sampai menyentuh wanita itu terlalu dalam.
"Paman! ayo obati dia!"
"Baiklah!"
Paman jo segera mengeluarkan serbuk tumbuhan yang sudah ia racik sesuai dengan permasalahan tubuh wanita ini. Sandra menatap kepergian Rusel dengan pandangan yang begitu merasa resah.
"Nona! sebaiknya kau jangan memancing amarah. Ketua!"
"Memangnya kenapa?" tanya Sandra masih menahan nyeri di perutnya. Ia ingat ekspresi Rusel tadi seperti menahan amarah tapi kenapa? apa sikapnya sudah keterlaluan?!
"Ketua memang jarang dekat dengan orang-orang disekitarnya. Dia pria yang introvet tapi selalu bisa menyelesaikan masalahnya sendiri, setiap tugas yang diberikan oleh Tetua padanya. selalu berhasil diselesaikan dengan sempurna."
"Apa dia sehebat itu?"
Batin Sandra merasa mulai penasaran dengan karakter Rusel yang selama ini memang tak berbuat apa-apa dengannya padahal kesempatan sangatlah luas dan selalu ada.
"Saya hanya memperingatkan. karna bisa saja kau akan jatuh dalam lubang yang sama."
.....
Vote and Like Sayang..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
Kinay naluw
tunggu jangan jangan itu anaknya Rusel.
2022-12-14
1
Mut Shemut
klo rusel seperhatian itu sama sandra, kan malah jadi curiga. jangan2 anaknya sandra itu anak rusel
2022-10-24
1
Tatiastarie
masih blm paham nih Rusel tu siapa
2022-10-13
1