Tatapan para penjaga Balai itu terfokus pada rombongan Penjaga desa yang baru datang di depan aula sana. Beberapa petugas kebersihan yang ada di tepi jalan-pun segera menutup hidungnya karna aroma busuk dari tubuh Zira dan teman-temannya yang menyengat.
Tapi, Sandra memasang wajah juteknya menyelonong memimpin jalan tanpa takut sama sekali membuat Zira yang ada di belakang begitu naik pitam.
"Kenapa jalan kalian seperti siput. ha? cepat masuk ke dalam. disini bau!" sindir Sandra menyeringai pada Zira yang mengepal.
Tetua Herdan yang tadi ada didalam seketika keluar bersama rekan yang lain. Mereka terkejut melihat keadaan Zira dan teman-temannya. Tentu ayah Zira segera mendekati putrinya.
"Zira!"
"Ayah!" rengek Zira mengadu manja membuat Sandra serasa mau muntah.
"Ayah! wanita itu menyiram kami dengan lumpur kotoran, padahal kami hanya tenang memetik teh." ucap Zira menangis bombay.
Mentri Ahmad menatap Sandra dengan pandangan menghakimi. Begitu juga yang lainnya seakan menyalahkan Sandra tapi tidak dengan Tetua Herdan yang merupakan Ayah dari Ednan.
"Kau ini pendatang baru! berani kau mengusik putriku. ha?"
"Putrimu duluan." jawab Sandra memainkan batu di bawahnya dengan ujung sendal di kaki jenjang putihnya.
Ednan menatapnya dengan pandangan rumit. Memang sepertinya watak Sandra keras kepala tapi sangat berani.
"Aku tak ingin tahu. kau harus di hukum seberat-beratnya."
"Jangan terburu-buru." sambar Tetua Herdan yang menatap mereka dengan bijak sana.
"Maksudmu apa? Tetua!"
"Kita rundingkan di dalam. tak enak di lihat banyak orang disini." tegas Tetua Herdan yang mau tak mau dilakukan.
Sandra di giring masuk bersama yang lainnya. Bangunan tradisional berbahan kayu ini ini begitu indah dan klasik dengan ukiran lembayung bunga di dekat dindingnya.
"Kalian semua duduk!" pinta Tuan Herdan pada mereka yang bersangkutan.
Sandra duduk di kursinya sendiri sementara Zira duduk di kursi lain seakan tak mau berdekatan dengannya. Ada beberapa Tetua disini bersama para mentri dalam yang menatap Sandra sebagai sorotan.
"Namamu siapa?" tanya Mentri Kamer yang merupakan ayah dari 2 teman Zira. ia tampak lebih tenang dari Mentri Ahmad yang menatap Sandra ketus.
" Sandra. pak!"
"Umurmu?" tanyanya lagi dengan sopan membuat Sandra segan berkata kasar.
"23 tahun. aku belum lulus Kuliah Manajemen bisnis internasional, tapi tetap cerdas." jawab Sandra dengan senyum bangganya membuat mereka saling pandang.
"Kau kuliah?" tanya Mentri Ahmad dengan pandangan menyelidiki penampilan Sandra yang memang sangat bersih dan terurus.
"Yah! pasti kau iri-kan?!" ejek Sandra tak berminat menghormati Mentri Ahmad yang memojokannya tadi.
"Lihat, cara bicaranya dengan orang tua. percuma Kuliah tapi tak ada rasa hormat sama sekali." maki Mentri Ahmad membuat Tetua Herdan menghela nafas.
"Cobalah kau tenang. dia masih muda dan dari kota, jika kau tak menghormatinya bagaimana dia bisa menghormatimu." tegas Tetua Herdan membuat mereka semua bungkam.
Sekarang Mentri Kamir ingin memperdalam masalah ini. Ia tahu jika sifat Zira itu bagaimana bersama anak-anaknya.
"Ceritakan apa yang terjadi menurut-mu!" Tuan Kamir menatap Zira yang menyeringai.
"Begini, kami tengah memetik teh di kebun dan tiba-tiba di datang menganggu dan menyiramkan lumpur kotoran itu ke tubuh kami, dia sengaja melakukannya karna Iri pada-ku yang dekat dengan Ketua Rusel!"
"Apa benar itu? Sandra!" tanya Mentri Kamir menatap Sandra yabg mengambil nafas dalam.
"Sekarang kalian pikirkan sendiri. untuk apa aku datang-datang langsung menyiramnya tanpa sebab, apa aku kurang kerjaan?" jawab Sandra mendengus.
"Kau iri padaku-kan?" sambar Zira berkaca-kaca.
"Apa yang ku irikan? bentuk-mu saja seperti ini, sangat standar!" jawab Sandra menyunggingkan senyum angkuhnya membuat Ednan terasa aneh.
"Apa maksudmu. ha?? kau yang standar. sok cantik!!"
"Memang, iya!"
"Kauu!!"
"Diam!" tegas Tetua Herdan membuat mereka diam. Sandra bungkam tak mau lagi bicara karna ia paham jika Tetua Herdan pasti tak suka suasana begini.
"Kalian bisa tenang?"
"Dia yang .."
"Kau juga. ini bukan rumahmu yang bisa kau teriak-teriakan!" tegas Tetua Herdan pada Zira yang menunduk. Mentri Ahmad-pun bungkam tak bisa menyela sama sekali.
"Sekarang. aku bertanya serius, jika salah satu jawaban kalian melenceng maka, hukuman tampar akan berlaku."
"A..apa?" gumam Zira terkejut. ia mulai takut sekarang karna bisa saja ada masyarakat yang mengadu soal kejadian nyata.
Namun, Mentri Ahmad memberi isyarat agar tetap tenang. ia sudah mengkode beberapa anggotanya di luar sana agar memanipulasi keadaan.
"Baik! aku tak takut." sambar Zira mulai percaya diri. sekarang Sandra yang di pandang dengan raut cemo'oh oleh beberapa orang disini.
"Aku jujur. jika tidak aku pertanyakan hukum kalian." tegas Sandra tak main-main kali ini.
"Sandra! katakan sekali lagi apa yang di ucapkan Zira itu benar atau tidak?"
"Tidak! dia berbohong." jawab Sandra santai.
"Zira! kau benar yakin ucapan-mu?" tanya Tetua Kamir lagi yang diangguki Zira hingga Tetua Herdan menatap Ednan yang mengangguk memanggil beberapa warga yang ada di sana tadi.
"Kalian masuklah!"
Pintu itu di buka hingga memperlihatkan Ibu-Ibu yang tadi menyaksikan segalanya. dua wanita paruh baya itu menunduk saat pandangan Mentri Ahmad menghakiminya.
"Kalian mendekatlah!"
"Baik. tetua!"
Mereka mendekat tepat duduk di sebelah Sandra yang hanya diam memang tak merasa salah. ia yakin jika warga disini akan jujur tentangnya.
"Katakan apa yang kalian lihat!" titah Tetua Kamir.
Sandra mengangguk memberi dukungan membuat dua wanita itu saling pandang gugup.
"Cepat!"
"S..Sebenarnya!"
Mereka memandang Sandra yang tersenyum menyatakan pertemanan.
"Nona Zira benar!"
Degg...
"Apa-apaan? kau ha!!!" bentak Sandra terkejut mendengar itu semua. Zira menyeringai saling pandang dengan Ayahnya akan rencana mereka.
"Benar. tetua! wanita ini datang-datang langsung menyerang Nona Zira dan teman-temannya."
"Tidak! aku tak melakukan itu." tolak Sandra menggeleng tak setuju.
"Kau masih mau mengelak. ha? padahal buktinya sudah jelas." sambar Zira memperburuk suasana.
Sandra menatap Tetua Herdan dengan pandangan yang jelas itu bukan kebohongan.
"Kau punya bukti pendukungmu? Sandra!" tanya Tetua Kamir tapi Sandra diam. ia tak mungkin menyeret Anya kesini.
"Lihat. dia diam-bukan?" Mentri Ahmad memojokan Sandra yang tak tahu lagi mau bicara apa.
"Sandra! jawab dengan pasti, apa kau punya bukti pendukung?!" Tetua Kamir masih memberi kesempatan.
"Atau apa ada lagi yang lain melihat-mu disana?!"
Sandra diam. jika ia menyebutkan Anya maka besar kemungkinan gadis itu akan terseret, belum tentu kehadiran Anya akan membuat masalah usai.
"Tidak!"
Ednan tersentak dengan jawaban Sandra yang berbohong. jelas disana ada Anya tapi kenapa Sandra tak mengatakannya?
"Tidak ada siapapun. hanya aku!" sambung Sandra tak mau membuat Anya terluka.
"Kalau begitu. kau tak bisa membela dirimu sendiri atau membuktikan pada kami, hukuman 50 kali tamparan di jatuhkan padamu!"
Sandra memejamkan matanya. sementara Zira tersenyum puas akan rencana detail ini tak akan berkhianat.
"Bawa dia ke luar!" Mentri Ahmad bersemangat berdiri membuat Ednan menajamkan pandangannya. Ia tak bicara karna ingin melihat apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Kau lihat. aku selalu menang." bisik Zira di telinga Sandra yang sudah berdiri dengan pandangan tegasnya. Ia tak takut sama sekali tapi hanya memikirkan soal Anya dan paman Jo nanti.
"Umumkan ke seluruh desa kalau akan ada Eksekusi hukuman di Balai Perundingan!" tegas Tetua Kamir mau tak mau melakukannya.
Para bawahan mengangguk segera pergi. Sandra digiring keluar seperti seorang tersangka yang hanya diam melangkahkan kaki keluar pintu Balai.
"Katakan jika ada yang lain melihat-mu disana!" gumam Ednan pada Sandra yang hanya bungkam melewatinya.
Tetua Herdan menepuk bahu Ednan yang pasti kebingungan akan apa yang dipikirkan Sandra sebenarnya.
"Dia memang tak penurut. siapapun tak akan bisa mengubah keputusannya."
"Memangnya dia siapa? Ayah!" tanya Ednan membuat Tetua Herdan terdiam sejenak.
"Hanya wanita biasa."
"Tapi, kenapa dia punya aura yang lebih dari itu?!"
Tetua Herdan menaikan bahunya tak tahu kembali melangkah keluar dimana Sandra sudah berdiri di kerumunan beberapa warga yang berdatangan.
"Kelilingi dengan baik!!!" para bawahan mengatur dengan satu Algojo yang bisa dikatakan sebagai malaikat maut disini.
Zira berdiri dengan penuh kepuasan. Ia sangat menantikan tangan kasar iblis Kulfun itu membakar pipi lembut dan halus Sandra yang hanya diam tanpa menunduk.
"Sayang sekali wanita cantik sepertimu ternyata sangat tak ada adab." gumam Algojo Kulfun bertampang sangar itu. tubuhnya begitu kekar dengan kepala botak mengerikan.
"Bukan-kah itu anak kota itu?"
"Kenapa dia di hukum?"
"Jelas. mulutnya sangat pedas tapi memang cantik."
"Dia baik, tadi dia menyapaku!"
Desas-desus warga menatap beragam Sandra yang hanya diam. sebagian besar mereka seperti sudah terhasut akan ucapan Zira kemaren.
"Pa, Ma! mungkin ini hukuman-ku saat aku memaki kalian, rasanya gigiku akan patah terkena tamparan ini."
Batin Sandra memejamkan matanya menunggu pukulan itu. Ia tak menjamin jika wajah cantiknya akan kembali normal saat 50 tamparan mengenai kulitnya.
"SANDRA! MENJALANI HUKUMAN 50 KALI TAMPARAN KARNA BERBOHONG DAN BERANI MENGHINA WARGA DESA DISINI. HUKUMAN AKAN DI LAKUKAN DALAM HITUNGAN 1..."
Sandra menelan ludahnya kasar mencengkram dua sisi celana kulotnya. jantungnya terasa mau pecah membayangkan rasa sakitnya.
"2..."
Algojo itu sudah melenturkan jarinya dengan tatapan mereka tak berkedip pada wajah Sandra yang terlihat sangat cantik dan manis. sayang sekali harus di lukai.
"3... Hukuman dimulai!"
"Mati aku!"
Batin Sandra menutup rapat mulutnya menunggu tamparan itu melesat ke wajahnya. Namun, sudah lama ia menunggu tak jua ada yang terasa memukul pipinya.
"Apa yang terjadi?" guman Sandra tak membuka matanya.
Ia tak tahu jika orang-orang di sekitarnya sudah menjauh saat sosok tinggi kekar itu sudah menahan tangan Algojo yang hampir mengenai pipi mulus Sandra.
"K..ketua!" lirih mereka memucat melihat wajah yang tampan itu mendingin dengan rahang mengetat keras.
Tangan Algojo itu terasa mau patah di remasnya kuat membuat Ssndra segera membuka matanya dan..
"K..kau.."
.....
Vote and Like Sayang
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
Mebang Huyang M
sandra sandra
2023-07-27
0
Umi Abi
sebenar nya ada misteri apa ini
2022-12-27
0
Kinay naluw
yes pahlawan datang.
2022-12-14
0