Di Kediaman Hatomo itu terlihat sudah kacau saat para anggota Keluarga besar yang lain datang tiba-tiba ke Kediaman. Mereka tak terima Sandra di asingkan, menurutnya aturan itu terlalu ringan.
"Anakmu melakukan kesalahan besar! dan kau hanya mengasingkannya?" tanya Tuan Aryono yang merupakan saudara sepupu dari Tuan Hatomo. Mereka tak terima karna aturan keluarga besar ini harus di jalankan.
"Saat putraku terjebak kasus kriminal. aku mematuhi hukuman dengan tak membantunya sama sekali, sekarang dia di penjara selama 10 tahun. tapi kau..."
"Kak! tenangkan dirimu dahulu." pinta Nyonya Tantri tegas tengah duduk di samping suaminya. disini memang ada Tuan Aryono bersama istrinya Efika yang hanya diam.
Ia tak mendukung aksi suaminya tapi ia tahu jika ini tak adil bagi putranya juga.
"Tenang! aku tak bisa hanya diam saat kau tak adil sama sekali."
"Aku sudah menjalankan bagian-ku. lagi pula, Sandra sudah di asingkan ke Pedalaman yang tak akan ia sukai. apa itu belum cukup?"
"Pasti kau juga memberi penjagaan disana. bukan?" bantah Tuan Aryono naik pitam tapi Tuan Hatomo hanya diam. ntah sampai kapan masalah ini akan terus berlanjut?!
"Tidak sama sekali. itu bukan lagi wilayahku, kau paham sendiri aku tak akan pilih kasih antara anakmu dan anakku!" tegas Tuan Hatomo masih tenang tak terpancing emosi.
"Suamiku! Kakak sepupu-mu benar, tak mungkin jika mereka tak adil pada putra kita." timpal Nyonya Efika memberi pengertian pada suaminya.
"Cih! kalau sampai Sandra bebas begitu saja, aku bersumpah atas nama putraku. aku tak perduli lagi dengan peratuan Keluarga ini!"
"Kak!" sangga Nyonya Tantri tapi Tuan Aryono sudah melangkah pergi meninggalkan Nyonya Efika yang menghela nafas dalam.
"Maafkan suamiku."
"Sudahlah, aku paham bagaimana perasaanya." jawab Nyonya Tantri mengerti. Ia belum mendapat kabar soal keadaan Sandra di Pengasingan sana.
Ntah apa yang terjadi ia hanya memasrahkan pada keadaan. yang jelas hukum memang harus ditegaskan.
"Tapi, bagaimana kalau masyarakat disana tahu jika Sandra tengah hamil?" tanya Nyonya Efika yang cemas memikirkannya.
"Ntahlah. daerah itu sangat ketat akan peraturan, jika mereka tahu Sandra hamil di luar nikah. bisa saja Sandra akan di musuhi disana."
"Lalu bagaimana? apa kalian sudah memikirkannya?"
Tuan Hatomo terdiam. Ia harap Sandra bisa berubah disana apalagi itu tempat sederhana yang lebih mengusung nilai kerohanian.
"Selama ini dia terlalu di manjakan. biarkan dia belajar menjaga diri sendiri."
"Baiklah kalau begitu, kalian tak usah dengarkan ucapan suamiku! Sandra itu masih labil, dia juga tak tahu benar dan salah untuk sekarang. ucap Nyonya Efika yang paham. Nyonya Tantri mengangguk memang menghormati wanita ini.
"Terimakasih. kau sudah paham posisiku, Efika!"
"Tak apa, aku pergi dulu!"
Nyonya Efika pamit melangkah pergi. Nyonya Tantri ikut mengantar bersama Tuan Hatomo yang tampak saling pandang melihat Tuan Aryono yang masih emosi di sana.
"Hati-hati di jalan!"
"Yah!" hanya Nyonya Efika yang menjawab dengan masuk ke mobil mereka dan melaju stabil ke arah luar Kediaman.
"Suamiku! apa yang akan kau lakukan?" tanya Nyonya Tantri tahu jika Tuan Hatomo tengah berfikir.
"Tak ada yang bisa kita lakukan terlalu jauh. berdoa saja semoga dia baik-baik disana."
"Tapi perasaanku tak tenang." gumam Nyonya Tantri merasa disana Sandra terkucilkan. Apalagi ia tahu Sandra bukan tipe wanita yang mudah bergaul.
..............
Suara azan itu terdengar di area Musola didekat penginapan. Para anak-anak yang ada di Asrama langsung berlomba kesana menyambut Azan Magrib yang sudah berkumandang.
Cuaca di pegunungan ini cukup dingin membuat mereka harus memakai pakaian hangat dan sedikit tebal.
"Saan!!!"
Panggil Anya pada Sandra yang sedari sore melamun didepan penginapan. wanita itu bingung kenapa disini mayoritasnya Muslim, tapi saat di sebelah selatan itu ada beberapa Greja juga.
"Apa?"
"Kau mau sholat bersama?"
Sandra menggeleng. ia tak biasa melakukan hal terpuji seperti ini. lebih baik ia melamun saja menikmati pemandangan. pikir Sandra
"San! jangan terlalu lama di luar, ini sudah magrib." peringat Anya yang tampak membawa peralatan ibadahnya. Sandra mengangguk membiarkan Anya melewatinya dengan menyapa beberapa gadis yang juga kearah yang sama.
"Sebenarnya pegunungan ini tempat apa?" gumam Sandra heran sendiri. Ia lama duduk di sini tak memperdulikan teguran beberapa ibu-ibu yang menyapanya.
Lama kelamaan Sandra bosan. Ia memilih melangkah pergi kearah luar halaman dimana langit sudah mulai gelap. Ia mengeratkan mantelnya karna mulai merasa dingin.
"Dilihat-lihat tempat ini bagus juga." gumam Sandra menikmati suasana. Beberapa masyarakat disini menyalakan obor disetiap pagar rumah kayu mereka terlihat sangat indah.
"Sayang sekali kau tak mati!"
Sandra menoleh ke arah samping dimana Zira, wanita tadi pagi yang menyerangnya sudah berdiri di sampingnya dengan membawa peralatan ibadah yang sama seperti Anya tadi.
"Kau tak punya pekerjaan lain selain menguntitku?!" tanya Sandra masih berlagak angkuh membuat Zira benar-benar merasa geram.
"Ku peringatkan padamu. JANGAN MENDEKATI KETUA RUSEL."
Dahi Sandra mengkerut tak mengerti.
"Maksudmu?"
"Ketua Rusel itu pria kebanggaan disini. dia yang melindungi daerah ini dan jangan sampai kau mengganggu hudupnya." jawab Zira penuh tekanan mengancam.
Ada sedikit rasa geli di hati Sandra melihat gadis-gadis disini begitu menggilai sosok itu.
"Aku tak perduli. itu bukan urusanku."
"Kauu!!!"
"Zira!!!"
Teman-temannya yang lain memanggil dari arah Musola sana. Zira mau tak mau pergi melempar tatapan sinisnya pada Sandra yang masa bodoh.
"Memangnya aku perduli siapa dia?! masalahku sudah banyak dan aku tak mau membahas pria siluman itu." gumam Sandra menendang batu didekatnya.
Lama Sandra berdiri disini merasa sunyi dan kesepian. Ia memikirkan bagaimana kuliahnya yang terhenti karna ia diasingkan?!
"Apa hidupku akan terhenti disini?!" gumam Sandra menatap langit membayang gelap sana. Ia masih belum rela meninggalkan cita-cita dan kehidupannya yang dulu.
"Masuklah ke kamarmu!"
Sandra tersentak mendengar suara di belakangnya. Ia menoleh terpaku melihat sosok yang tadi meninggalkannya seharian.
"Kau?"
Rusel yang terlihat tampan dengan pakaian koko dan sarung itu. ia tak menyangka Rusel juga seorang Muslim dan bahkan semuanya terlihat bersih.
"Ini sudah malam. masuklah!"
"Kenapa dia begitu tampan?"
Batin Sandra kagum. wajah Rusel yang segar dan harum membuatnya selalu nyaman menatap pahatan Blasteran ini.
"Kau mendengarku?"
"Eh..." Sandra tersentak kaget. Ia berdehem menyelipkan anak rambut di belakang telinganya menyenbunyikan ke gugupan.
"Pergilah masuk!"
"Tapi aku masih ingin disini!"
"Masuk!"
Sandra mendegus kesal lalu melangkah kembali ke arah pintu penginapannya. Kaki itu di hentakan ke tanah dengan kasar membuktikan rasa kesalnya.
Rusel memejamkan matanya lalu melirik Sandra yang tampak duduk di kursi dekat pintu kayu didekatnya.
"Apa?? kau pergilah ke Musola sana!!"
"Hm."
Rusel melangkah pergi membuat wajah Sandra kembali murung. Sekarang tak ada lagi yang ia ajak bertengkar. Semuanya hanya fokus pada kegiatannya sendiri.
"Kau lihat. untuk apa kau bersamaku. ha?" gumam Sandra memeggang perutnya.
"Aku sendirian! kau tak akan bahagia hidup didalam rahimku, aku tak ingin menambah beban." sambung Sandra merasa begitu berat memikul ini sendirian. Pastinya sekarang Daniel begitu bebas di luar sana bersama wanita-wanita nakalnya.
Sandra! aku sangat mencintaimu, apapun akan ku lakukan hanya untuk mendapatkanmu.
"Bulshit!" umpat Sandra saat mengenang ucapan Daniel dulu saat mendekatinya. Ia muak mendengar itu semua bahkan tak akan ia rasakan lagi hal seperti itu.
"Kau tak akan bebas begitu saja. kau harus merasakan apa yang juga ku rasakan. Sialan!"
Sandra sibuk mengutuk Daniel. sampai mati-pun tak akan ia lepaskan pria itu bahkan, jika Sandra bisa maka ia akan membuat Daniel tak lagi bisa mencoba berbagai liang wanita.
"Hey!!! jangan banyak melamun!! kau bisa di rasuki setan!!"
Beberapa gadis yang tampak lewat mengatai Sandra yang hanya diam. Disini memang diutamakan budi tapi ada juga beberapa yang sepertinya nakal.
"Semenjak dia kesini. banyak hal yang terjadi dengan para lelaki disini."
"Yah! aku harap dia tak mengincar ayahku." bisik-bisik mereka menatap tak bersahabat Sandra yang kebingungan salahnya dimana.
"Ingat tentang rumor itu. jangan mendekati wanita cantik sepertinya, bisa saja itu jelmaan iblis yang mengganggu lelaki disini."
"Kalian bicara apa? ha!!" sambar Sandra naik pitam mendengar itu semua. Kenapa tiba-tiba ia di rumorkan menjadi wanita nakal disini?! padahal ia belum bertemu banyak lelaki.
Mereka hanya pergi seperti menjauh dari Sandra yang tetap diam di tempatnya. Ia duduk sendiri melihat ke semua tempat dimana semua orang hanya lewat saja seperti tak menganggapnya.
"Pagi tadi mereka masih mau bicara padaku. lalu kenapa sekarang jadi enggan?!" gumam Sandra tak mengerti.
Sandra terus berfikir merasa tak nyaman dengan situasi ini. Ia tak sadar jika sedari tadi Rusel sudah mendekatinya membawa Mantel tambahan di tangannya.
"Pakai ini!"
"Kau..."
Sandra terperanjat saat Rusel membalutkan Mantel hangat berbulu tebal itu ke tubuhnya.
"Wilayah ini cukup dingin saat malam hari. masuklah ke dalam kamarmu." ucap Rusel masih datar seakan tak bermaksud apapun.
"Aku masih mau disini. kau pergi saja." ketus Sandra membuang wajah kesal.
"Apa ada yang mengusik-mu lagi?"
"Tidak! aku biasa seperti ini."
Rusel terdiam. ia melihat kamar Sandra berantakan dimana selimut dan bantal sudah tak pada tempatnya. Jendela disini juga tak luput dari incaran mata tajamnya.
"Apa yang kau tunggu?! pergilah!" usir Sandra mendorong pinggang kokoh Rusel yang tak banyak bicara.
"Jangan lupa tutup jendelamu!"
"Terserah aku mau menutupnya atau tidak. itu bukan urusanmu." maki Sandra tak mau menuruti Rusel yang merasa ada hal aneh disini.
"Kau makan apa tadi?"
Sandra terperanjat saat Rusel bertanya dengan nada seperti mengancam dan serius.
"M..memangnya kenapa?"
"Kau makan apa?" Rusel masih serius dan meneggangkan.
"H..hanya air putih, tapi ..." Sandra agak meremang mengingatnya.
"Jawab!"
"Tadi ada kue di atas meja kamarku. aku tak sempat memakannya!" jawab Rusel langsung masuk dengan mata mencari piring kue yang di sebutkan Sandra.
"Ada apa?"
"Jangan terima apapun kalau bukan dari Isami atau aku!" tegas Rusel begitu membuat Sandra heran. apa yang terjadi disini sebenarnya?!
....
Vote and Like Sayang..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
Kinay naluw
kok Rusel perhatian banget.
2022-12-14
0
botak
Russel tak kira mafiaaaa eh pak ustadz cuy 😂😂😂...jd g mungkin kan ustadz perkosa perempuan mpek hmiduun🤣🤣🤣,jd murni karna suka cinta karna cntik x yaaa🤭
2022-10-25
1
Tatiastarie
serem juga ya..... ish... ini asrama atau pesantren ya
2022-10-13
0