Paman Jo tengah memeriksa Sandra yang masih belum bangun. Rusel membawanya pulang kembali ke penginapan tanpa di ketahui banyak orang. hanya ada Anya yang tadi kekeh untuk ikut.
"Bagaimana? paman! kenapa Sandra selalu pingsan?" tanya Anya sudah cemas mondar mandir sedari tadi. Wajah Sandra tampak pucat tak sadarkan diri.
Paman Jo yang tengah duduk di samping Rusel hanya bisa diam sejenak melihat luka-luka di kaki dan bahu Sandra yang sepertinya di cakar.
"Apa ada yang serius?" Rusel tak mengalihkan wajahnya dari sosok cantik ini.
"Sebenarnya kondisi tubuh Nona sendiri itu sangat lemah. tekanan pikiran dan masalah mentalnya masih belum stabil, Ketua! ini bisa berakibat fatal kedepannya." jelas Paman Jo sudah mengobati luka-luka Sandra dengan beberapa obat tradisional disini.
"Apa yang bisa ku lakukan untuk-nya?!"
Anya heran melihat Rusel begitu tampak melindungi Sandra. padahal keduanya baru bertemu beberapa hari ini. apa begitu cepat pesona Sandra melekat?
"Untuk sekarang anda harus sabar menghadapi keras kepala dan sifat perasa nya yang kuat. bisa di bilang perasaan Nona sangat sensitif. ada hal-hal aneh yang terkadang kita para pria sendiri sulit memahaminya."
"Hm. aku mengerti!" jawab Rusel membuat Paman Jo mengangguk berdiri kembali mengemas peralatan obat itu. Ia meninggalkan beberapa minuman pereda nyeri serta mangkuk berisi air hangat yang tadi di siapkan untuk mengompres perut Sandra.
"Bagaimana? apa Sandra baik-baik saja? paman!" Anya terus bertanya tapi Paman Jo segera menarik Anya keluar dan menutup pintu kamar meninggalkan Rusel yang terpaku sendiri.
"Maafkan. aku!" gumam Rusel mengusap pipi lembut Sandra dengan jarinya. rasa bersalah itu menyeruk melihat keadaan wanita ini seperti ini karnanya.
"Seandainya aku bisa mengerti kau lebih cepat. maka, mungkin aku akan menghadang lebih dulu hal buruk yang akan terjadi padamu." sambung Rusel baru kali ini berbicara begitu intens dan panjang.
Bersama Sandra ia terlihat berbeda tapi hanya saat wanita itu tidur atau tak mendengarnya. Rusel tak punya banyak keberanian untuk bercerita seperti ini.
"Ehmm!" Sandra bergumam tak jelas dengan deru nafas berat dan keringat dingin itu keluar di keningnya.
"J..jangan.."
"Hey!"
"J..jangan .." Sandra meracau dengan wajah semakin pucat membendung rasa takut. Rusel menggenggam tangan lentik Sandra yang juga mencengkram kuat bahkan begitu erat.
"J..jangan .aku .aku mohon.."
"Kau tak di sana lagi. kau sudah di kamarmu." jawab Rusel menepuk pipi Sandra agar sadar dari mimpi buruknya itu. Racauan Sandra semakin terasa berantakan bahkan Rusel merasakan jelas tangan Sandra dingin.
"J...jangan... j..jauhi aku. jangan.."
"Sandra!!" panggil Rusel mengguncang lengan Sandra hingga kedua mata wanita itu langsung terbuka. deru nafas Sandra memburu dengan wajah benar-benar gemetar pucat.
"M..mereka.. mereka itu.."
"Tenanglah! mereka tak ada disini." ucap Rusel tapi Sandra malah langsung berhambur memeluknya. Pelukan yang begitu sama dan sangat erat.
"M..mereka juga ingin melakukan hal sama padaku. mereka.."
"Tak akan ku biarkan itu. kau tak akan di sentuh pria brengsek seperti itu lagi." jawab Rusel membalas pelukan Sandra. Baju kaos Sandra sudah basah oleh keringat tapi Rusel sulit bergerak dalam kondisi seperti ini.
Ia membiarkan Sandra memeluknya menenangkan diri. Rusel mengusap surai hitam legam itu lembut menjadikan dadanya sandaran bagi Sandra yang terlihat masih ingin menangis.
"K..kenapa denganku? hiks, kenapa?"
"Menangislah. tak akan ada yang mendengarmu." ucap Rusel mengerti semakin mengeratkan pelukannya. Isakan Sandra terasa berat dengan bahu wanita ini bergetar menahan rasa sesak.
"A...aku tak tahu apa yang akan terjadi kedepannya. aku takut, ..aku takut kalau.."
"Lepaskan saja. kau tak bisa memendamnya lagi. hm?"
Rusel membiarkan dada dan bahunya basah oleh tangisan tertahan Sandra yang mencengkram punggungnya kuat. Bisa di lihat jika kuku-kuku Sandra menekan seakan meluapkan semua ketidak berdayaannya.
"A..aku takut, hiks! aku sangat takut."
"Tak ada yang perlu kau takutkan.kemana-pun kau bisa pergi asal kau selalu pandai mengendalikan emosimu. hm?"
"Jangan membuangku." lirih Sandra dengan cengkraman mereda. Rusel membiarkannya bahkan ia tak perduli jika punggungnya sekarang telah tergores di tusuk kuku tajam Sandra.
"Kau bukan barang atau sesuatu yang merugikan. hanya orang bodoh yang membuang berlian bagus sepertimu." ucap Rusel mengecup lama pelipis Sandra yang tak lagi sadar. Ia sudah terlelap seperti biasa jika sudah setenang itu.
Tatapan Rusel terasa berat melihat wajah Sandra yang begitu damai setelah menangis. walau sembab tapi masih begitu menggemaskan.
"Kecuali aku. kau tak mungkin bisa menyukai-ku. aku tahu itu dan sangat mengerti." gumam Rusel memahami keadaan Sandra. Ia tak ingin egois dan menjadi pria brengsek yang sejatinya tak pernah terlintas di benaknya.
Lama Rusel termenung melihat wajah Sandra hingga ia tersigap saat merasakan dahi Sandra mulai panas dan sepertinya wanita ini demam.
"Tubuh-mu panas!" gumam Rusel lalu dengan hati-hati kembali membaringkan Sandra ke tempat tidur. Ia menyelimuti Sandra karna disini mulai dingin.
Rusel meraih handuk kecil di atas meja dan membasahinya dengan air hangat yang tadi juga di gunakan. Ia merapikan rambut Sandra dan mengompres kening wanita itu dengan pelan dan terlatih.
"M..mama.." lirih Sandra meracau kembali memeluk lengan kekar Rusel yang terdiam sejenak.
"Kau merindukan keluargamu?"
"Mama!"
Rusel membungkus senyum pelitnya. Ia berbaring di samping Sandra yang dengan spontan menaikan kepalanya ke dada Rusel bahkan, Sandra mengendus otot keras pria itu membuat Rusel menahan nafas.
"Ma..ma.."
"Cih! kau selalu saja memancingku." gumam Rusel melihat satu tangan Sandra naik tepat menindih benda pusaka yang sudah terbungkus lama di dalam sana.
Pergerakan Sandra membuat Rusel semakain bernafas berat. belum lagi dada sekang Sandra merapat ke dadanya memantik percikan api di dalam darah Rusel yang menggebu ruah.
"Maa.." gumam Sandra bergerak membuat mata Rusel membulat saat tangan Sandra tak sengaja menyentuh bagian keras sana.
"Shitt!" umpat Rusel benar-benar tersiksa seperti ini. Ia ingin bergerak tapi tak tega melihat wajah damai Sandra yang selalu menyukai pelukannya.
Namun, jika terus diam maka ia akan kejang. bahkan bisa saja ia menahan denyutan semalaman.
"Turunkan tangan-mu." gumam Rusel perlahan menurunkan lengan Sandra dari aset berharganya tapi Sandra langsung menggeliat menyalangi tubuhnya.
"Shittt! i..ini..."
Rusel serasa mau berlari dari sini. lutut Sandra malah menyengkang di bawah sana membuat nafas Rusel semakin memikul beban.
Mau tak mau Rusel diam memejamkan matanya mengalihkan pikiran nakal.Ia juga pria normal yang tak terbiasa dengan keintiman seperti ini.
"Kau bisa menahannya. hanya sampai dia berbalik."
Batin Rusel menguatkan diri. Ia terus berbaring kaku tak bergerak membiarkan Sandra yang membalikan tubuh tapi ntah kapan, wanita ini bahkan selalu membuat Rusel tersengat sendiri.
"Berbaliklah." gumam Rusel serak memperbaiki letak handuk diatas kening Sandra.
Lama waktu berjalan tapi masih belum lepas hingga akhirnya Rusel pasrah mencoba menikmati keadaan ini saja. Ia tak melakukan apapun selain terus mengulang kompresan Sandra dan berjaga sepanjang malam.
Walau pegal dan susah bergerak tapi Rusel tetap pada baringannya sendiri.
.....
Vote and Like Sayang..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
Dina Marliana
makin kesini makin penasaran
2024-05-09
0
Umi Abi
penasaran
2022-12-27
0
Kinay naluw
kalo Rusel belum pernah berarti bener anak Daniel.
2022-12-15
0