Cerita putih abu-abu Seti, Asri, Hening, dan Joe sampailah pada ujung cerita saat pengumuman Ujian tiba.
Dari kelasnya, Seti tak sabar menuju kelas Joe dan Hening. Ingin tahu luluskah mereka ? ... Dan tentu saja mengajak Joe dan Hening ke kelas Asri setelahnya.
Lorong kelas Fisika ke Biologi ramai dengan kegembiraan kelulusan SMA itu. Seti semakin mempercepat langkahnya, saat dilihatnya Joe sedang berjingkrak-jingkrak kegirangan.
"Tosh Set, ... aku lulus," Joe menyambut Seti sambil mengulurkan telapak tangan yang dibalas Seti.
"Sukurlah Joe, ... tidak sia-sia belajar kita," Seti menjawab. Larut dalam kebahagiaan Joe.
"Setiiii ... !!!"
Seti menengok ke arah panggilan yang dikenalnya. Hening terlihat mendekat. Memisahkan diri dari keriuhan teman wanitanya.
"Lulus Hen ?" Tanya Seti setelah Hening ada di depannya.
"Lulus .... kamu ?" Hening balik bertanya.
"Lulus," balas Seti.
"Yuk ke kelas Asri ... aku ingin tahu kabar kelulusannya." Hening mengajak Seti dan Joe menemui Asri seakan tahu isi hati Seti.
"Pasti luluslah dia," sela Joe," Yuk Set kita tengok kelas Sosial .... Aku lama tak melihat bidadari-bidadari di sana." Lanjutnya sambil secepatnya berjalan mengarah ke kelas Sosial Asri.
Ketiganya bergegas mencari Asri di sela senda gurau kegembiraan kelulusan pagi itu.
...----------------...
Asri sedang menikmati keriuhan kelulusan kelasnya saat melihat Hening melambai ke arahnya dari luar.
Membalas lambaian Hening, Asri ke luar kelasnya menemui Hening. Melihat Seti dan Joe lagi sejak ulang tahun Hening, suasana hati Asri semakin senang.
Joe dengan segala tingkah isengnya, dan Seti dengan segala kerahasiaan isi hatinya sering mengganggu keingintahuan Asri.
Kadang Asri berharap Seti dan Joe muncul di hari-hari bersama Hening di rumah jengki saat menunggu Joko menjemput. Kedekatan dengan mereka di ulang tahun Hening sangat membekas di hati Asri. Dan akhirnya kini mereka muncul bersama-sama lagi ....
"Kamu lulus kan As ?" Tanya Hening.
"Lulus .... Kalian ?"
"Luluslah ... berkat doaku," sela Joe sambil cengar-cengir. Matanya mengedip ke arah Asri. Tangannya iseng menarik rambut kucir Seti dari balik kerah bajunya.
Asri dan Hening tertawa keras melihat Seti kerepotan berusaha menutupi kucir itu.
Tiga tahun disembunyikan sejak SMA, kucir rambut Seti sudah sepanjang pinggangnya. Tampak jelas menjuntai di punggung baju putihnya.
"Asuuuu ...," Seti mengumpat ke arah Joe. Masih sibuk berusaha menyembunyikan kucirnya lagi.
"Ahahaha ... pak guruuu ... Ini ada murid kuciran !!!" Joe berteriak keras.
Umpatan Seti terhenti. Menyadari Hening dan Asri mentertawakannya.
Ah ... Dua bidadari itu .... Tawa Asri dan Hening menghilangkan kejengkelan Seti kepada Joe. Seakan rela kucirnya dipotong habis Guru, asal selalu berdekatan dengan keduanya.
"Ke rumahku yuk, kita ngobrol di sana," ajak Hening sesaat setelah keributan Seti dan Joe terhenti.
"Sekarang ?" Asri menimpali. Tertarik ajakan Hening.
"Ayo ... kita kabur ... hihihi ... toh sudah pengumuman kelulusan," Hening menarik tangan Asri.
"Sebentar aku ambil tas dulu," Asri melepaskan tangan Hening. Bergegas masuk ke kelas mengambil tasnya.
Tidak seperti hari biasa, gerbang SMA itu tak dikunci kali ini. Guru-guru membebaskan muridnya setelah pengumuman kelulusan.
Tak heran baju putih dan abu-abu anak SMA itu sudah mulai dicoreti tandatangan kedekatan nama satu kelas masing-masing. Mengingatkan hari-hari mencari pengetahuan dengan suka duka yang terlewati.
Tak lama Asri keluar dari kelasnya, berjalan berjejer dengan Hening di depan Seti dan Joe. Keempatnya riang meninggalkan keriuhan kegembiraan kelulusan SMA. Tentu saja ada canda saling menyapa saat berpapasan dengan yang saling dikenal.
Singgah sebentar di warung Bango, Seti menitipkan kunci si Denok.
"Suit... suiiiit... pacaran ni yeee..." Suara siulan dan ledekan geng warung ramai terdengar oleh Asri dan Hening saat meninggalkan warung Bango bersama Seti dan Joe ke arah rumah jengki.
"Oooh ... jadi rupanya kalian di situ kalau istirahat kelas ya ?" Tanya Asri ke Seti dan Joe.
"Ah .... Aku tidak As .... Seti yang tiap hari ke situ," Joe mulai iseng mengolok Seti."Aku dipaksanya ngerokok, minum, dan segala perbuatan yang dilarang orang tua." Cerocos Joe lagi.
"Ndobos As .... Dia ketuanya," Seti menoyor kepala Joe.
"Sumpah As .... Aku tak mampu menasihati kelakuan Seti," Joe terbahak ... Kepalanya berkelit menghindari toyoran Seti lagi.
"Ah sudahlah .... Jalian berdua sama saja .... Aku gak tahu mana yang bener," Hening ikut tertawa melihat perbantahan Seti dan Joe.
"Iya Hen .... Sok cool di depan." Tak tahan Asri ikut menimpali kata-kata Hening.
...----------------...
Memasuki rumah jengki, Asri langsung merebahkan diri di risban teras belakang. Hening sibuk memeriksa isi kulkas, mengeluarkan es dan sirup.
Seti dan Joe asik mengamati lukisan ayam jago wiring kuning yang sedang bertarung. Lukisan itu tergantung gagah di ruang tamu dengan pigura kayu pinus yang berpelitur hitam.
Sejak Joko dan Bening bertunangan, pertemanan Asri dan Hening semakin dekat.
Asri dan Hening berdamai dengan segala persangkaannya .... Memilih membiarkan kerahasiaan masing-masing tentang Seti.
Berharap akan terjawab waktu .... Sama seperti akhir cerita perpisahan Seto dan Bening dengan kebahagiaan masing-masing.
"Minuuum Set... Joe !!!" Suara Hening terdengar dari teras belakang.
Hening sedang memijat kaki telanjang Asri yang diselonjorkan di pangkuannya, saat Seti menyusul ke teras belakang. Kaki jenjang dan betis Asri yang putih tanpa cela sejenak mengganggu kelelakian Seti.
Empat gelas es sirup dingin yang ada di meja jati panjang di antara dua risban yang saling berhadapan itu mengalihkan rasa kelelakian Seti.
"Buseeet .... Dua wanita yang sempurna," Joe yang menyusul kemudian tak tahan berkomentar.
"Gombaaaal ... ," Hening mendelik lucu ke arah Joe.
"Ah aku berkata jujur Hen .... Jangan kamu abaikan kata-kataku," balas Joe, sambil mendekatkan gelas es sirup itu.
"Mana yang kamu pilih ?" Tanya Asri yang masih berbaring menikmati pijatan Hening. Tersenyum sambil mengedip ke arah Hening yang memangku kakinya.
Hening membalas kedipan Asri dengan mencubit pelan betis Asri .... Tahu pertanyaan Asri ditujukan kepada Seti.
"Ya dua-duanya lah ... huahahaha...," Joe terbahak.
"Kalau kamu Set ?" Tanya Hening .... Lirikannya penuh pancingan.
Pertanyaan sederhana tentang suatu pilihan menjadi rumit ketika ada lebih dari satu pilihan yang dikehendaki.
Tak menyangka pertanyaan Hening. Seti tertegun. Hati kecilnya menyumpahi persoalan yang dilontarkan Joe barusan.
"Iya ... misalnya ada dua bidadari yang menurut kamu sempurna, mana yang kamu pilih Set ?" Asri bangkit dari baringnya.
Duduk lalu memeluk Hening. Kepalanya disandarkan ke bahu Hening yang tegap dan kencang. Kedua wajah segar mereka berdempetan. Kompak menguji Seti.
"Ah kalian ini membahas apaan ?" Elak Seti, "Gak ada bidadari bidadarian ...!!!" Hati kecilnya semakin menyumpahi Joe yang malah semakin tertawa terbahak-bahak.
Asri dan Hening nampaknya puas dengan kelegaan kerahasiaan isi hatinya kepada Seti. Membiarkan Seti dengan teka teki keputusan laki-laki dewasa. Keputusan yang tidak menyakitkan satu sama lain .... Seperti cerita Bening kepada keduanya.
...----------------...
"Hen ... As ... mbak mau cerita dengan kalian," suatu sore Bening mengajak Hening dan Asri mengobrol tak lama setelah pertunangannya dengan Joko saat mereka bertiga berkumpul di rumah jengki.
"Cerita apa mbak ?" Tanya Asri.
"Tentang Seti ...,"
Hening dan Asri sedikit terkejut dengan kata-kata Bening.
"Kenapa dengan Seti mbak ?" Tanya Hening.
Bening yang tahu isi hati Hening dan Asri kepada Seti tak mau kedua adik yang disayanginya itu terbawa perasaan tanpa kepastian seperti yang dialaminya dulu.
Jika Bening terpasung kepada beberapa laki-laki yang harus dipilihnya .... Hening dan Asri terpasung dengan satu laki-laki yang belum mampu menjatuhkan pilihannya.
"Kalian sama-sama menyayanginya kan ?"
Hening dan Asri hanya terdiam. Membenarkan kata-kata Bening.
"Mbak pernah mengalaminya saat mas Seto kakak Seti dulu ada di hati mbak .... Lalu ada laki-laki yang dijodohkan Bapak dan Ibu ..... Lalu ada mas Joko kakak Asri yang dijodohkan kalian .. . Pilihan itu tidak datang bersamaan."
"Ada jeda waktu yang membuat semuanya tak bisa mbak tolak ..... Benar saat ini mbak memiliki mas Joko. Tetapi esok mbak tak tahu. Pertemuan adalah awal dari suatu kepedihan yang tertunda. Itulah yang mbak alami. Ada bahagia di pertemuan, dan kepedihan di kala perpisahan."
Kewanitaan Bening mencoba mengurai kerumitan kedekatan Hening, Asri dan Seti.
"Kedewasaan suatu pilihan adalah adanya konsekuensi. Ketika mbak memilih mas Joko, lalu mas Seto entah dengan cara apa tiba-tiba muncul kembali. Apakah mbak harus memilihnya lagi ? Tentu saja tidak .... Itulah kedewasaan .... Itulah konsekuensi. Sama seperti mas Seto yang memahami konsekuensi pilihannya. Pada akhirnya mbak dan mas Seto senang dengan pilihan masing-masing. Tidak ada yang tersakiti karena paksaan."
"Kalian sudah tujuh belas tahun. Sudah dewasa dengan konsekuensi keputusan tentang suatu pilihan. Biarkan keputusan itu tidak bersamaan pada pilihan yang sama dalam satu waktu. Biarkan Seti memilih keputusannya pada waktunya. Mbak yakin Seti tidak akan gegabah menyakiti kalian. Sama seperti mas Seto yang awalnya mbak kira akan menyakiti dan melukai mbak .... Dan ternyata mbak salah menilainya."
Cerita Bening tentang suatu keputusan dan konsekuensi pilihan mendewasakan kewanitaan Hening dan Asri. Keduanya membiarkan Seti dengan keputusan pilihannya kelak...
---------------------
*Ndobos : tukang bohong dalam bahasa Jawa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments
Setia R
wah panjang juga ya .....
2023-09-19
1