"Temanmu Seti kok lama tidak ke sini nduk ?" Pertanyaan Ibu tiba-tiba saja mengagetkan Asri yang sedang membantu menyiapkan makan malam di dapur.
"Mungkin dia sedang sibuk berlatih bu .... Katanya akan ada seleksi karate untuk kejuaraan Nasional setelah kenaikan kelas," Asri menanggapi pertanyaan Ibu.
"Oh jadi Seti atlit karate ya ?"
"Seperti itulah bu."
"Anaknya baik, sopan, ... Pintar tidak di sekolah ?" Pancing ibu Asri lagi.
"Ah ibu ... Mau tahu saja," Asri mencoba mengelak pertanyaan Ibu.
"Ibu suka kepadanya .... Jaga pertemanan kalian nduk." Naluri seorang Ibu sepetinya sudah membaca ada sesuatu yang diharapkan Asri kepada Seti, ... selain tentu saja sekedar pertemanan biasa.
"Kami baik-baik saja kok bu,"
"Ibu pikir, Seti lama tidak main ke rumah karena sungkan sama Bapak dan Ibu nduk...." Suara ibu lembut sambil memandang Asri .... Berharap Asri akan becerita lebih jauh tentang pertemanannya dengan Seti.
Tetapi dapur itu terdiam ....
...----------------...
Asri sangat dekat dengan Ibu dan Joko kakak tertuanya. Hal-hal apapun yang menjadi beban pikirannya pasti akan selalu disampaikannya kepada mereka.
Hanya dua hal yang disimpannya rapat-rapat sampai saat ini kepada mereka.
Satu hubungan pertemanannya dengan Seti, dan yang kedua hubungan pertemanannya dengan Hening.
Kewanitaan Asri mulai bisa memilah. Mana yang patut dan tidak patut untuk diceritakan kepada orang terdekatnya.
Mengenai hubungan pertemanan yang lebih dari sekedar pertemanan biasa dengan Seti, tidak patutlah Asri sebagai perempuan menyatakan perasaan itu lebih dulu kepada lelaki yang mengikat rasa lebih dari suka itu di hatinya.
Tetapi sampai sedekat apapun perasaan Asri terhadap Seti .... Kata yang sangat diharapkannya belum pernah terucap dari mulut Seti lebih dahulu.
Mengenai hubungan pertemanan-nya dengan Hening .... Kewanitaan Asri merasakan adanya sesuatu antara Hening dan Seti.
Dua hal itulah yang masih disimpannya rapat-rapat kepada Ibu dan Joko.
Ada suatu pertanyaan yang sangat disesalinya saat berdua dengan Seti setelah kedekatan mereka berujung suatu persangkaan ....
...----------------...
Menenggelamkan dalam kesibukan seleksi di dojo di sela-sela belajar menjelang kenaikan kelas, ... Seti berusaha sejenak melupakan pilihan yang harus dihadapinya, sekaligus menyesali sebuah keraguan lingkaran kedekatannya dengan Asri dan Hening.
Dan Seti tak mampu memutus lingkaran itu.
...----------------...
Merasa kedekatannya diterima .... Seti memberanikan diri mengajak Asri berbicara berdua di pelataran persawahan dekat rumah Nenek di suatu sore.
Binar kegembiraan mata Asri terlihat jelas saat sampai di tempat itu. Benar yang dikatakan Seti saat mengajaknya ke suatu tempat yang katanya akan membuat siapapun betah berlama-lama di situ.
Ada saung terbuka di hamparan sawah yang membentang .... Suatu tempat yang nyaman jika Seti ingin menyendiri.
Mas Sarno dan Seto dulu yang membuatnya untuk beristirahat selepas mengerjakan sawah peninggalan kakek di depannya.
Di dekatnya ada anak sungai Kranji yang jernih, dengan batu-batu kali yang bertebaran.
Hamparan sawah membentang dan keanggunan gunung Slamet tampak jelas dari saung itu.
Dari Seti kecil sampai SMA, dia betah berlama-lama menyendiri di tempat itu.
Merasakan suasana hati Asri yang gembira, semakin ditekadkan niat Seti untuk menyampaikan isi hatinya setelah Asri mau diajaknya ke saung itu.
Yang sama sekali tak diduga Seti ... Pembicaraan dengan Asri di saung itu justru menyinggung persangkaan kedekatan dirinya dengan Hening.
"Kenapa kamu tanyakan itu ?" Sedikit terkejut Seti balik bertanya kepada Asri, ... saat Asri menanyakan seberapa dekat dirinya dengan Hening.
Seti tak menyangka Asri akan menyinggung tentang kedekatannya dengan Hening.
"Aku berteman dekat dengannya, ... sama seperti aku berteman dekat denganmu As," lanjut Seti.
Mata Seti tajam menatap kejora bening yang meredup di hadapannya .... Binar kegembiraan itu entah kemana setelah ada persangkaan yang terucap.
Kemantapan hati Seti berubah menjadi keraguan untuk diungkapkannya saat itu juga .... Kelelakiannya mengingatkan adanya sebuah pilihan yang akan menyakitkan seseorang jika terburu diungkapkan.
Tiba-tiba saja Seti teringat kedekatan dirinya dengan Hening.
Rangkaian kata terindah tak akan berarti apa-apa jika ada akhir yang menyakitkan seseorang.
Kenapa saat berdua di suatu tempat yang sejuk. Justru muncul pertanyaan persangkaan seperti itu, ... yang menghilangkan keberanian Seti untuk mengungkapkan isi hatinya ?
Persangkaan Asri yang di luar dugaannya, membuat Seti menyadari ada pilihan yang harus dipilihnya.
Ada seperempat jam hanya terdengar suara gemericik air anak sungai Kranji setelah persangkaan itu ...
"Maaf Set, jika pertanyaanku membuatmu tersinggung,"
"Aku tidak tersinggung As ...,"
"Lalu kenapa kamu menatapku seperti itu ?"
"Aku hanya tak tahu harus menjawab bagaimana," tangan Seti meraih tangan Asri, menggenggamnya erat .... Ada rasa takut Asri akan kecewa dengan salah tingkahnya.
Rangkaian kata perasaan hatinya yang sudah tersusun, lenyap entah ke mana ....
Dua pasang mata itu saling bertatapan .... Ada basah air dari sepasang kejora bening yang tak mampu dicegah Seti.
"Sebenarnya aku ingin mengatakan sesuatu padamu," ujar Seti sambil meraih tangan Asri mencoba mengurangi kemuraman hati Asri.
Mendekatkan tangan halus itu ke pipinya. Seti mencoba melunakkan persangkaan Asri diantara kehangatan tangan lembut Asri yang tak ingin dilepaskannya cepat-cepat.
"Kenapa tidak kamu katakan sekarang" Tanya Asri diantara gemuruh hati kecilnya .... Sejujurnya dia juga menikmati hembusan nafas Seti di telapak tangannya.
"Tidak sekarang .... Aku harus menjawab pertanyaanmu dulu,"
"Pertanyaan yang mana ?" kata-kata Seti sedikit mengurangi kenyamanan hati Asri lagi.
"Tentang Hening, ...."
"Lalu ?" kata Asri .... Tatapannya menghindar dari tatapan Seti.
"Kamu percaya padaku As ?" Seti menarik tangan lembut Asri dari pipinya, mencium tangan itu pelan-pelan.
Asri mengangguk .... Hati kecilnya menyesalmelontarkan pertanyaan bodoh tentang Hening karibnya tadi kepada Seti .... Kali ini dirinya tak mampu menghindar dari tatapan Seti .... Kata-kata itu terlanjur terucap ....
"Beri aku waktu ... " Nada memohon terucap dari Seti, ... tatapannya melembut ke arah Asri .... Ada nada penyesalan tentang keraguannya.
Asri hanya mengangguk lagi setelah mendengar kata-kata Seti ....
Cukup lama tak ada kata lagi yang terucap dari keduanya, ... walau sebenarnya masing-masing sudah mengetahui kerahasiaan isi hatinya dari cara saling menatap.
Dua jiwa muda itu memutuskan untuk meninggalkan kesejukan saung itu setelah berlama-lama tanpa ada sepatah kata yang mampu terucap.
Masing-masing dengan penyesalannya ...
Asri dengan penyesalan tentang persangkaannya .... Dan Seti dengan penyesalan keragu-raguan hubungan kedekatannya dengan Asri dan Hening.
Dan tetap tak ada kata sepanjang jalan pulang. Hanya dekapan erat Asri yang dibiarkan oleh Seti seolah menjawab rasa tidak mau ada yang hilang di antara mereka.
"Bagaimana aku menjawab pertanyaanmu Asri ? Pertanyaan yang sungguh tidak mudah untuk menjawabnya .... Aku tidak mau kehilangan kalian berdua .... " Sepanjang jalan hanya itu yang dipikirkan Seti.
"Bagaimana dengan pertemanan kalian jika aku ada disalah satunya ? Bagaimana dengan Hening ? Bagaimana dengan mbak Ning yang sudah kuanggap sebagai kakak perempuanku ?" Hati kecil Seti terus bertanya.
Dan banyak sekali pertanyaan yang harus dipahaminya benar-benar .... Seti muda berhadapan dengan sebuah pilihan pertamanya sebagai laki-laki.
----------------
*Nduk : panggilan kepada anak perempuan dalam bahas Jawa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments
Setia R
🌷🌷🌷 untuk Kakak!
2023-09-17
1
Setia R
apa kakak seperti itu?😃😃😃😃
2023-09-17
1
Setia R
apa saung ya kak?
2023-09-17
1