Mengenai Asri dan Hening, ...
Sejak perpisahan kenaikan kelas Satu Delapan, Seti lama tak bertemu keduanya lagi.
Ganjalan dalam hati Seti setelah acara perpisahan Satu Delapan adalah tentang Asri yang tak hadir di acara perpisahan itu.
Mungkinkah sebab persangkaan Asri di rumah jengki saat dirinya mengambil lukisan bersama Joe ?
Kecewakah Asri kepada Seti karena menganggap Seti tak jujur sebab kedekatannya dengan Hening ?
Sejenak kerumitan labirin yang berputar-putar penuh dengan segala persoalan tentang persangkaan itu tergantikan kepulangan Seto yang mengisi hari-hari penuh pertanyaan Seti tentang Asri dan Hening ...
Dunia laki-laki tidak melulu tentang urusan jatuh cinta dan segala macam kecengengan akibatnya.
Ada banyak celah kekosongan di dalamnya yang harus diisi dengan kegembiraan, tawa, canda, amarah, suka, pedih... Dan tidak melulu tentang tangisan cinta.
Seti mencoba menyusun mozaik kegembiraan rumah joglo, kehangatan rumah gedung Sokaraja, keakraban rumah jengki, dan kenangan rumah Nenek dalam bingkai kelelakian-nya.
...----------------...
"Set masih ingat waktu kamu menangis keras kulempar batu di sini ?" Tanya Seto.
"Masih mas ..."
Bertelanjang dada, kedua kakak beradik itu berbaring bersisian di atas plupuh saung. Sisa air sungai di kedua tubuh liat terlatih mereka berkilat terjamah matahari sore.
Tadi, sepulang menjemput Seti di dojo-nya, Seto mengajaknya berenang di sungai dekat saung.
"Ahahaha... Maaf." Ucap Seto sambil menarik kucir Seti.
...----------------...
Seti masih kelas tiga SD saat itu. Saat seharian sibuk mengusir pipit yang merontokkan bulir padi dari saung.
Seto yang seharusnya menggantikan Seti menjaga bulir padi malah asik di anak sungai itu, bermain perang-perangan dengan teman sebayanya.
Setiap kali Seti merengek memanggilnya, Seto hanya memamerkan pantat telanjangnya sambil menyelam lagi.
Lapar dan kesal karena Seto masih saja berendam. Seti turun dari saung. Mengambil baju dan celana Seto lalu melemparkannya ke dalam aliran sungai yang mengalir deras.
Seto yang melihatnya merasa kesal Melemparkan batu ke arah Seti ... Tidak besar ... Tetapi tepat mengenai kepalanya.
Meraung-raung sepanjang jalan, Seti berlari ke arah rumah nenek diikuti pandangan ingin tahu orang sekampung.
Nenek yang mendengar aduan Seti, menyusul ke saung. Membawa tebah rotan besar pemukul kasur.
"Kalau cuma digebug tebah aku sudah biasa Set," lanjut Seto sambil terkekeh, "Nenek marah besar ... Menyuruh anak-anak bubar. Lalu membiarkanku sendirian telanjang bulat di tengah sungai di hadapan orang sekampung Set."
Seti terbahak teringat bagaimana Seto menyelinap pulang ke rumah Nenek ...
Menjelang petang, bersamaan Bapak dan Ibu pulang dari pabrik, dilihatnya Seto berlari telanjang bulat ke kamarnya diikuti omelan Nenek yang menyusul kemudian.
"Kalau saja aku belum kelas tiga SMP dan belum sunat ... Dari siang aku bisa saja lari pulang ... "
Kakak beradik itu larut lagi dalam gelaknya. Sampai petang keduanya asik merajut kenangan di saung itu.
...----------------...
"Aku pinjam si Denok sebentar Set,"
"Pakai saja mas... Mau ke mana ?"
"Ketemu teman saat sama-sama kursus di Semarang."
Sehabis makan malam Seto berencana bertemu dengan teman kursusnya di restoran.
Tidak sengaja tadi pagi Seto bertemu dengannya saat melihat-lihat kampus swasta di utara Purwokerto.
Ada keinginan kuliah di situ saat kontrak berlayarnya habis dua tahun lagi. Apalagi temannya itu juga kuliah di situ sambil bekerja.
"Calon bojomu le ?" Tanya Nenek yang mendengar obrolan tadi.
"Laki Mbah,... Teman kursus dulu,"
"Tumben tidak ke teman perempuan," kata Nenek lagi.
"Si Mbah lali ... Aku sekarang Haryo Seto ... Pandita sepi ing pamrih." Seto menjawab sambil beringsut ke kamar luar.
Nenek tertawa mendengar jawaban cucu tertuanya itu.
"Kapan mas-mu balik ke kapal ?"
"Katanya dua hari lagi Nek," Seti menjawab sambil merunduk meraih ujung jari kaki Nenek. "Tapi sekarang agak lama... Katanya sampai dua tahun dia berlayar," imbuh Seti.
"Wah besok tak gawe bubur abang putih kalau gitu... Sekalian slametan pamit minta restu dari tetangga."
I am sailing ... I am sailing
Home again ...Cross the sea ...I am sailing ...Stormy waters
To be near you ...To be free ...I am flying ...I am flying ...Like a bird...'Cross the sky ...I am flying
Passing high clouds....To be near you ...To be free ...
Sayup-sayup suara serak Rod Stewart terdengar dari kamar luar mengiringi Seto yang sedang berdandan.
...----------------...
Lampu mobil dari arah depan menyorot wajah cantik Bening. Disampingnya Joko tampak gagah menyupir ke arah Kebon Dalem dari rumah jengki.
Tampaknya perjodohan Asri dan Hening berhasil ... Bening menerima kata cinta Joko. Sudah dua bulan ini mereka berjalan bersama.
"Jadi temanmu itu sudah lama tak ada kabar mas ?" Suara lembut Bening memulai obrolan perjalanan.
"Ada sekitar tiga tahun tak ada kabar, saat tadi pagi kami bertemu di kampus." Jawab Joko, matanya melirik Bening. Seakan tidak percaya perempuan cantik itu sudah menjadi kekasihnya.
"Dulu kami kursus di bagian mesin kapal... hanya saja dia kerja di laut ikut kapal niaga, aku kerja di bengkel Bapak sambil kuliah lagi." Lanjut Joko.
"Kalian akrab saat di Semarang ?" Bening mencoba mencari tahu lagi tentang teman Joko.
"Sangat ... Seperti Asri dan Hening."
...----------------...
Seto menikmati kopi di sofa restoran di kawasan dagang Kebon Dalem. Rokok menyalanya diselipkan begitu saja di tekukan asbak beling.
Lima menit Seto terduduk di situ. Menghadap pintu masuk restoran.
Dari situ jelas terlihat pengunjung yang keluar dan masuk. Tidak terlalu ramai, dan tidak terlalu sepi tempat itu.
Memejamkan mata menikmati blues instrumental yang mengalun. Dua tangan Seto ditangkupkan ke belakang kepalanya, kakinya berselonjor ke depan duduknya.
Lalu suara bel pintu masuk restoran membuka keterpejaman Seto.
Laki-laki gagah becelana jeans dan kemeja lengan pendek coklat melangkah ke arahnya. Di sampingnya, sosok cantik dengan kaos kerah abu-abu bercelana jeans menggandeng erat lengan laki-laki itu.
...----------------...
Gemuruh jantung Seto terasa seperti saat berhadapan dengan badai samudra pelayaran pertamanya....
Melihat dan menyadari sosok wanita cantik di sebelah Joko sahabatnya adalah ... Bening ...
Sosok yang karena kenaifan masa lalunya tergores luka mendalam ... Pukulan kerinduan dan penyesalan Seto tampak dalam keterkejutannya menatap Bening di hadapannya.
...----------------...
Berhadap-hadapan, Joko menjabat tangan Seto," Maaf, aku jemput dia dulu, jadi agak telat." Ada rasa bangga dari suara Joko... Sorot matanya berbinar menunjukkan perempuan cantik di sebelahnya ke arah Seto.
"Ah aku belum lama Jok, ... Duduklah," balas menjabat tangan sahabatnya, Seto mempersilahkan keduanya duduk di sofa yang ada di depannya ... Tentu saja masih dengan segala pertanyaan di kepalanya tentang kehadiran Bening.
Menyadari laki-laki muda tampan yang menyambutnya adalah lelaki di masa lalunya, ... Bening masih belum mengalihkan tatapannya kepada Seto.
Keterkejutannya sama dengan keterkejutan Seto terhadapnya.
Masih tak percaya laki-laki yang dibenci sekaligus diharapkannya kembali ada di depannya, Bening tidak tahu apa yang harus dilakukan di antara dua lelaki itu. Menjatuhkan duduknya di sofa dengan ekspresi yang datar. Mencoba menyamankan diri.
"Kenalkan ... Bening... Kekasihku." Joko yang tak tahu Bening dan Seto pernah berada pada masa lalu yang sama, mengenalkan Bening ke Seto.
Tidak menyadari ada muka ketegangan dari keduanya.
Tersadar suara Joko ... Seto mengarahkan jabatan tangannya ke arah Bening... Berharap kecanggungannya dengan Bening mereda ... Bersikap seolah-olah belum pernah mengenalnya.
Kekuatirannya hanyalah tentang Joko sahabatnya ...
"Bening ...," suara lirih menyambut jabat tangan Seto.
"Seto ...," getar suara Seto terdengar.
Tangan yang sama itu masih hangat seperti saat terakhir digenggamnya.
...----------------...
Mencium bibir merah Bening yang membalasnya dengan hembusan nafas wanginya, Seto mencengkeram erat pinggang ramping di pangkuannya.
Kepala Hening terdongak, mengerang saat bibir Seto menyapukan ciuman gairah di leher putihnya.
Keintiman mereka mencapai puncaknya malam itu, setelah perpisahan kelulusan SMA.
Kemah terbuka di acara malam itu membuat Bening dan Seto larut dalam buaian kedekatannya.
Menjatuhkan pilihan kepada Bening sudah dimantapkan Seto sejak satu tahun lalu.
Kepopuleran nama Seto seakan memudahkan Seto menarik Bening dalam kedekatannya.
Siapa sih yang tidak mengenal Haryo Seto si bad boy ? Kedekatan Seto dan Bening mengalir tiba-tiba saja.
Seto bertemu Bening saat sama-sama tersesat ketika Pencinta Alam SMA mereka mengadakan kegiatan pendakian gunung Slamet.
Kaki Bening terkilir saat turun dari puncak. Rombongan lain sudah jauh di depan.
Seto yang bertugas sebagai tim penyapu sedang mengikat kaki Bening dengan kain mitela saat tiba-tiba saja kabut tebal menggulung keduanya terpisah dari rombongan.
Seharian berputar-putar mencari jalan dari Samarantu sampai Bambangan, pontang panting Seto menggendong Bening yang tak berdaya karena kelelahan dan rasa ngilu kakinya.
Sampai akhirnya suara panggilan mengarahkan Seto ke jalan setapak yang mengarah ke Dusun Bambangan. Melegakan ketersesatan mereka.
Sejak itulah mereka dekat ...
Seto merasakan Bening berbeda dengan kegenitan wanita lain di sekitarnya. Bening jugalah yang mampu menghilangkan kenakalan Seto setelah keduanya terikat pertemanan lebih dalam ...
Masih berdekatan setelah melepaskan keintiman itu. Bening menikmati sisa gigitan lembut Seto yang membakar kewanitaannya, ... bersandar dalam dekapan Seto.
Perarakan awan yang menyisir bulat rembulan di atas ketengadahan dua pasang kekasih itu tak berarti apa-apa ... Saat tiga hari setelah keintiman itu, kabar perjodohan Bening menyalakan sumbu ledak keterpisahan Bening dan Seto.
Tanpa sepengetahuan kedekatan Bening dan Seto ... Bapak dan Ibu Bening mengatur jalan perjodohan Bening.
Mengetahui perjodohan Bening dengan anak pimpinan tempat Bapak Bening bekerja dari mulut Bening sendiri meluluhlantakkan semua mimpi Seto.
Tak seucap katapun terucap dari mulut Seto saat Bening meminta membawanya pergi ke manapun.
Dibulatkan semua tekadnya untuk mengikuti Bapak ... Pergi ke Semarang melupakan semua kerumitan kedekatannya dengan Bening... Tanpa pernah tahu ... Perjodohan itu tak pernah terlaksana saat kecelakaan yang membuat Bapak dan Ibu Bening meninggal.
...----------------...
Meja makan restoran masih penuh dengan tatapan saling menerka isi hati Seto dan Bening saat Joko menggamit mesra pundak Bening di hadapan Seto.
"Jadi dua hari lagi kamu berangkat To ?" Tanya Joko. Tak menyadari ada kegelisahan Bening di antara pelukan mesranya.
"Iya Jok... Dua tahun ... Mungkin akan kuperpanjang setelahnya." Jawab Seto pendek.
"Mengenai rencana kuliahmu ?"
"Entahlah Jok, ... Masih kupikirkan."
Dari duduknya, Bening menatap bibir Seto yang sedang berbicara. "Kenapa kamu hadir terlalu lama ?" Tanya hati kecilnya ... Luka itu terkoyak lagi ...
--------------------------
*Bojomu : pasanganmu dalam bahasa Jawa.
*Bubur abang putih : bubur buat acara selamatan Jawa.
*Pandita sepi ing pamrih : Pendeta yang tak mau banyak kata dalam bahasa Jawa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments
Setia R
jiwa ini terlalu merindukan dirimu, Seto ... andai aku boleh jujur jangan pernah kau tinggalkan aku lagi walaupun hanya sebentar! 😀😀😀😀
2023-09-19
1