10. Persinggungan Kelima

Kelas Satu Delapan mulai riuh dengan percakapan masing-masing setelah hari terakhir test kenaikan kelas. 

Seti seperti biasanya, sudah lebih dahulu meninggalkan kelas entah ke mana, melewati begitu saja bangku Asri dan Hening di dekat pintu keluar kelas.

"Ke kantin yuk As," Hening mengajak Asri di tengah keramaian kelas.

"Yuk,... aku yang traktir," jawab Asri.

"Ah jangan ... Aku saja. Kan aku yang ngajak," sela Hening, "Lagipula mbak Ning memberiku uang jajan lebih tadi pagi. Katanya habis dapat bonus dari kantor," lanjut Hening.

Asri mengiyakan ajakan Hening. Melangkah riang, keduanya meninggalkan kelas Satu Delapan ke arah kantin.

Setahun satu kelas dengannya, Asri merasakan kedekatan yang semakin lebih dengan Hening dan Bening terhadapnya. Hampir tiap hari sepulang sekolah dia ke rumah jengki, terutama jika Joko kakaknya belum menjemputnya.

Dari situlah Asri tahu lebih jauh tentang kisah kedekatan Hening dan Bening kepada Seti. 

Karena itu, Asri benar-benar menyesali kebodohannya tentang persangkaannya kepada Seti.

Tetapi kata-kata itu terlanjur terucap di saung. Meskipun dua gadis remaja itu masih tetap dengan pertemanannya. 

Tentu saja dengan kerahasiaan semu isi hati masing-masing kepada Seti ...

...----------------...

"Hen... Tadi pagi mas Joko menanyakan mbak Ning," kata Asri sambil menyendokkan bakso di kantin.

"Hihihi... Kayaknya mas-mu naksir mbak Ning As," jawab Hening sambil tertawa.

"Bisa jadi,... Tapi kayaknya mbak Ning sudah punya pacar ya ?"

"Setahuku dulu mbak Ning punya... Sekarang entahlah,"

"Putus ?"

"Tidak tahu ... Hanya kata mbak Ning, orang itu menghilang begitu saja,"

"Sekarang bagaimana ?"

"Sekarang pacaran sama kerjaannya As... Pagi, siang, malam ... Sampai Minggu pun mbak Ning larut dalam kerjaannya,"

"Kalau mas Joko setahuku malah belum pernah pacaran. Sejak sering menjemputku di rumahmu dan mengenal mbak Ning, berkali-kali dia menanyakan mbak Ning kepadaku,"

"Jodohkan yuk,... Aku sebenarnya ingin mbak Ning punya teman lelaki. Sejak Bapak dan Ibu meninggal, waktunya habis untuk mengurusku," kata Hening tiba-tiba.

Asri tertawa, "Masalahnya mbak Ning mau tidak ?" Lanjutnya lagi.

"Siapa tahu dia mau ... Dan menurutku mas Joko pantaslah menemani mbak Ning." Sahut Hening bersemangat.

Keduanya larut dalam rencana perjodohan tadi.

...----------------...

Teringat janji mengambil lukisan Hening. Seti mengajak Joe ke rumah jengki setelah kesibukannya mengikuti seleksi kejuaraan Nasional di dojo dan test kenaikan kelasnya selesai. 

Sengaja Seti mengajak Joe malam nanti, supaya tidak ada lagi persangkaan Asri kepadanya. 

Seti tahu Asri sering singgah di rumah jengki dari ceritanya  saat mereka jajan bersama di warung sroto Sokaraja dulu.

Dan sejak itu, Seti belum pernah berkunjung lagi ke rumah jengki. Berharap persangkaan Asri terhadapnya mereda.

Tak lama lagi kelas Satu Delapan tinggal suatu cerita indah kata hati kecil Seti. Sejak persangkaan di saung itu. Seti menghindari berdekatan dengan Asri dan Hening. 

Masuk kelas hanyalah rutinitas biasa. Warung Bango pun hanya sesekali disinggahinya. 

Waktunya terkuras hanya untuk berlatih dan belajar. Seto kakaknya sebentar lagi akan pulang. Seti tak mau mengecewakan kakaknya jika sampai gagal seleksi karate-nya apalagi sampai tinggal kelas.

Setelah semua upaya kerasnya, lega hati Seti saat dojo memilihnya untuk berangkat ke Jakarta mengikuti kejuaraan Nasional. Sesuatu yang akan menyenangkan Bapak, Ibu, dan Seto. Tinggal kenaikan kelas yang masih ditunggu hasilnya. 

...----------------...

"Ikut aku Joe," kata Seti setelah menemui Joe yang sedang nongkrong sendirian di jembatan perumahan.

"Ke mana ?" Joe mencoba mencari tahu.

"Dah ikut aja... Pokoknya ke tempat cewek,"

"Ahaaa... Tentu saja teman ... lets go..." Tanpa banyak pertanyaan lagi, Joe mengikuti ajakan Seti.

"Cewek SMA kita bukan Set ?" Tanya Joe dari boncengan si Denok.

"Iya... Makanya aku ajak kamu... Biar tidak rusak otakmu terlalu lama berteman di Warung Bango," Seti menjawab lalu terbahak.

"Asuuuu ... Justru karena kehadiranku, geng warung menjadi tertib dan teratur." Elak Joe sambil cengar-cengir.

Si Denok melaju lincah. Dari Karang Klesem, Proliman Karang Pucung, bioskop Presiden, belok ke arah bioskop Nusantara, menyeberang ke arah RRI, menerobos jalan Brobahan ke arah jalan Hopan tempat rumah jengki.

Terkesiap hati Seti saat dilihatnya di depan rumah jengki ada Kijang merah yang sangat dihapalnya.

Terlanjur masuk ke halamannya. Seti mematikan si Denok saat dilihatnya Bening dengan Joko kakak Asri yang sedang duduk di teras depan memandanginya.

"Setiiiii ...!!!" Teriakan Bening gembira melihat Seti muncul di halaman.

"Kamu kenal dengan dia Ning ?" Tanya  Joko heran sambil mengawasi Seti dan Joe yang sedang melangkah masuk.

"Teman adikku Hening," jawab Bening.

"Dia teman adikku juga Asri.' Masih terdengar nada heran Joko melihat Bening akrab dengan Seti.

"Selamat malam mas Joko... Mbak Ning," Seti mengucapkan salam sambil menjabat tangan  keduanya.

"Malam juga adikku ganteng ... Ke mana saja lama tak terlihat ?" Tanya Bening.

"Tidak ke mana-mana mbak ... Sibuk saja bantu-bantu Bapak di rumah. Lagi banyak pesanan kembang gula yang harus diantar." Jawab Seti sebisanya.

Joe yang mengikuti di belakang Seti heran dengan keakraban teras rumah jengki itu. Bagusnya dia diam saja tidak mengganggu keakraban itu.

"Hening ada mbak ?" Sambung Seti kemudian.

"Tuh ada di dalam... Dari siang sepulang sekolah dia dengan Asri asik menyelesaikan lukisannya,"

"Dengan Asri ?" Tanya Seti kepada Bening. Jantung Seti berdegup kencang.

"Iya... Kenapa ?"

"Tidak apa-apa mbak," semakin kencang degup jantung Seti.

"Masuk saja sana...," lanjut Bening.

"Baik mbak ... Permisi," Seti menyeret Joe masuk ke dalam. Jantungnya serasa ingin meledak.

Jika saja mbak Ning dan mas Joko tidak melihatku di teras depan, sudah pasti aku akan balik dulu, hati kecil Seti bergumam. 

...----------------...

Telapak kakinya terasa dingin ketika menyentuh lantai teraso ruang tamu rumah jengki itu.

Cat greco dan berbagai macam kuas masih berserakan di depan kanvas dua ayam jago yang sedang bertarung. Semakin hidup lukisan itu, semakin sempurna sejak pertama kali dilihat Seti.

Tak ada Asri dan Hening di ruangan itu. 

Seti duduk di kursi rotan panjang ruang tamu, Joe menyebelahinya. Mata Joe tak henti berputar takjub melihat lukisan-lukisan yang tergantung di dinding. 

Yang berukuran besar teronggok begitu saja menyandar tembok. Sudah tidak ada ruang lagi untuk memajangnya.

Lalu kejora bening itu muncul di ruangan itu. Sama terkejutnya dengan Seti. 

Gelas yang dibawa Asri hampir saja terguling karena kekagetannya. Pipinya tampak memerah terkena sorot lampu ruang tamu yang sekaligus sebagai lampu studio ketika yang punya ruangan itu mengerjakan lukisan.

"Malam Set," Asri menyapa Seti setelah reda kekagetannya," Aku antar dulu kopi dan teh ini ke depan ya," lanjut Asri sambil berjalan ke arah teras depan tempat Bening dan Joko mengobrol.

Tak berapa lama, si mungil berponi muncul membawa sepiring tempe mendoan panas yang mengepul di atasnya. 

Sama seperti Asri. Hening terkejut juga melihat Seti yang terduduk.

"Seti ... Sudah lama ?" Hening mengucap salam," Aku antar ini dulu ke depan ya ? " lanjutnya lagi.

"Ok ... ," Seti menjawab pendek. Nafasnya masih tak beraturan.

Joe ternganga melihat dua gadis itu melewatinya.

"Siapa nih Set ... Cantiknya ampuuun ...," bisik Joe.

Seti hanya memandang Joe, lalu menghembukan nafas panjangnya ... huuuuuuft ...

...----------------...

"Pindah teras belakang yuk," ajak Hening setelah kembali dari teras depan. Asri terlihat mengikuti di belakangnya.

Seti menyusul mengikuti. Berjalan beriringan tampak jelas bulu halus di tengkuk jenjang Asri yang bersanggul dari arah belakang. T-shirt putih dan rok span jeans biru di atas lututnya serasi sekali dengan dandanannya malam itu. 

Semakin tidak karuan pikiran Seti saat mengikuti Asri yang berdekatan di depannya.

Hening juga tampak cantik dengan celana pendek jeans ketat setinggi lutut dan kaos putih tanpa lengan yang menunjukkan kelangsatan kulitnya. Jelas terlihat urat halus dari tangan sampai lehernya.

...----------------...

Di teras belakang, ada dua risban jati yang berhadapan, di atasnya ada lampu kastrol yang tergantung dengan cahaya yang temaram. 

Tembok tinggi berpoles batu pecah Wonosobo mengelilingi halamannya. Ada pohon palem merah dan lampu taman di sudutnya.

Seti dan Joe duduk bersebelahan menghadap tembok rumah, berhadapan dengan Asri dan Hening. 

"Siapa Set ?" Tanya Hening sambil mengarahkan pandangan ke arah Joe, tak lama setelah mereka duduk.

"Temanku... Satu SMA juga," jawab Seti.

"Joe... Kelas Satu Enam," sela Joe sambil menyorongkan tangan ke arah Hening dan Asri.

"Hening ... Satu kelas dengan Seti," kata Hening sambil menyambut uluran tangan Joe.

"Asri ... Satu kelas juga dengan mereka," Asri menimpali setelah perkenalan Joe dan Hening.

"Lama sekali kamu tidak singgah Set," kata Hening, memulai percakapan.

"Maaf, banyak  yang  harus kuselesaikan," agak tergagap Seti menjawab. Dilihatnya Asri menatapnya tajam dari sudut duduknya. 

Tak berani lama menatapnya, Seti mengalihkan pandangannya ke arah Hening lagi yang tepat ada di depannya.

"Jadi kapan kamu ambil lukisan itu Set ? Studioku sudah penuh. Ambilah secepatnya supaya aku bisa menggantung lukisan yang lain," lanjut Hening.

"Nanti kubawa sepulang dari sini,"

"Ingat janjimu loh ... Akan sering menemani aku dan mbak Ning ..." Sambung Hening lagi.

Mendengar kata-kata terakhir Hening. Jantung Seti serasa berhenti berdetak...

Matilah aku... Bagaimana aku menjawab persangkaan Asri di saung itu sementara dia sekarang mendengar sendiri kata-kata Hening di hadapanku ... Tentang seberapa dekatnya aku dengan Hening ? Keluh hati kecil Seti.

 ------------------------

*Risban : semacam kursi bale-bale lebar dan panjang.

   

Terpopuler

Comments

Setia R

Setia R

aduuuh, mau jadi Mak comblang mereka!👍👍

2023-09-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!