Kepintaran hanyalah persoalan mudah. Persoalan mau berubah sebab orang lain.
Persoalan kebijaksanaan lain lagi. Lebih rumit. Ada persoalan mau berubah karena mengikuti diri sendiri.
Jika kepintaran ada sebab orang lain, maka kebijaksanaan lebih kepada perkara diri sendiri ... Ada adab di dalamnya.
Suatu bentuk sikap, perilaku atau tata cara hidup yang mencerminkan nilai sopan santun, kehalusan, kebaikan, budi pekerti atau akhlak yang secara naluriah ada di dalam jiwa.
Tak ada laboratorium tercanggih yang dapat mengkonstruksikan wujudnya. Adab itu sapaan tentang kecintaan. Kepada seseorang atau Penciptanya.
Seiring pergumulan batin. Adab menuntun manusia menjadi dewasa. Cinta menjadikan manusia menjadi lebih baik, cermin berubahnya perilaku manusia menjadi lebih baik.
Begitulah dengan cerita cinta Seto dan Bening. Perjodohan Bening diluar kekuatan Seto. Kehendak bebas Bening yang meminta Seto untuk melepaskan belengu ikatan perjodohan itu tak mampu dipenuhi Seto.
Seto memilih menyerahkan kepada Bening untuk mengikuti atau melepaskan ikatan itu kepada Bapak dan Ibunya.
Terluka dan kecewa dengan keputusan Seto. Bening hanya pasrah mengikuti perjodohan itu, tanpa mengiyakan atau menolak.
Lalu kecelakaan yang membatalkan perjodohan Bening muncul saat Seto menghilang begitu saja di antara amarah dan kepedihan ketidakberdayaan Bening.
Bapak dan Ibu Bening meninggal dunia sepulang dari menghadap atasannya untuk mengatur rencana pernikahan.
Tetap tak ada kabar berita Seto setelahnya. Sosok yang dibenci sekaligus dicintai Bening dalam kesendiriannya menghilang entah kemana.
Hati kecil Bening masih berharap Seto muncul di hadapannya untuk melupakan kekang percintaan masa lalu, saat campur tangan sang waktu mempertemukan Bening kembali dengan Seto, justru di saat Bening sudah berusaha berdamai dengan sang waktu untuk melepaskan Seto, dan menerima Joko sebagai belahan jiwanya.
Pergumulan masa lalu itu muncul lagi...
...----------------...
"Kenapa aku terlalu pengecut untuk membiarkanmu ? Kenapa selama ini aku tidak pernah mencari tahu tentangmu ? Kenapa kamu muncul bersama Joko sahabatku justru di saat aku memutuskan untuk mencari tahu tentangmu setelah aku merasa mampu ?" Silih berganti pertanyaan di benak Seto saat pulang ke rumah Nenek setelah perjumpaannya dengan Bening dan Joko.
Untuk kedua kalinya Seto merasakan kepahitan cerita cintanya. Masih dengan pertanyaan-pertanyaan sebab perjodohan Bening yang gagal, dan kenapa ada Joko di antara mereka sekarang.
Kalau dulu semua pertanyaan tentang Bening ditinggalkan Seto begitu saja. Kali ini dirinya memutuskan untuk menemui Bening sebelum keberangkatan berlayarnya. Untuk meminta maaf sekaligus mencari tahu jawaban pertanyaan-pertanyaan hatinya.
...----------------...
Tengah malam Seto sampai rumah Nenek. Lampu kamar luar masih menyala. Kamar yang dulu ditempatinya sampai lulus SMA.
Memasukkan si Denok ke garasi. Seto lalu melangkah ke kamar tadi. Dari luar jendela, dilihatnya Seti masih membaca Max Havelaar -nya Multatuli yang sengaja dipilihnya untuk Seti.
Seto berharap adiknya memahami kepahitan cinta ketika berhadapan dengan ketidakberdayaan seperti Saijah dan Adinda di novel itu, seperti ketidakberdayaannya kepada Bening.
"Belum tidur Set ?" Masuk ke kamar depan tanpa mengetuk pintu, Seto menyapa Seti.
"Belum mas, masih pengin tahu cerita ini,"
"Sudah sampai mana bacanya ?"
"Masih bab 3 mas ... Harus pelan-pelan bacanya. Tulisannya terlalu panjang." Jawab Seti yang lalu menutup novelnya. Duduknya berputar menghadap Seto.
"Buatkan kopi Set, aku akan mengajakmu begadang." Pinta Seto sambil menyalakan rokok. Lalu merebahkan tubuhnya di lantai.
"Ok mas ... Tunggu sebentar ya." Menaruh bacaannya, Seti bergegas masuk ke dalam untuk merebus kopi dengan gula aren kesukaan Seto.
Sekilas Max Havelaar yang ada di meja belajar dipandang Seto setelah Seti masuk ke dalam membuat kopi. Novel pertama yang dibaca Seto saat entah kenapa ingin dibelinya di loakan pasar Johar.
Cukilan Max Havelaar mengenai kisah cinta Saidjah dan Adinda di desa Badur membekas di hati Seto.
Jika Saijah memilih merantau ke Batavia dan berharap kembali ke Desa Badur setelah merasa mampu untuk melamar Adinda. Maka Seto memilih untuk menjadi pelaut dan kembali ke Purwokerto untuk meminta maaf setelah merasa hatinya mampu menjelaskan persoalannya meninggalkan Bening begitu saja.
Ketidakberdayaan menjadikan cinta tidak dapat dipersatukan.
...----------------...
Seti masuk membawa dua gelas kopi panas. Menaruhnya di meja marmer, lalu duduk di hadapan Seto.
"Dari mana saja tadi mas ?" Tanya Seti.
"Ketemu teman lama." Seto menjawab pendek. Berdiri mengambil gelas kopi dan menyeruputnya.
"Teman sekolah atau kerja ?"
"Teman sekolah,"
"Reuni ?"
"Seperti itulah," kata Seto,"Besok sepulang sekolahmu ikut aku Set," lanjut Seto lagi.
Keresahan hatinya sedikit teralihkan kopi panas buatan Seti.Wangi gula aren sedikit membuat tenang kegundahan hatinya.
"Kemana ?" Jawab Seti. Kali ini dia mengambil rokok Seto dan menghembuskan asapnya keras-keras ke atas.
"Ada teman perempuanku yang harus kupamiti sebelum aku berangkat," Seto membiarkan adiknya merokok. Hanya memandangnya saja di balik kepulan asap yang masih melingkar di antara keduanya.
"Kenapa harus ajak aku ?"
"Dia sudah punya pasangan. Makanya kuajak kamu. Tidak pantas kalau aku datang sendiri." Kata Seto, "Aku harus menemuinya, supaya lega hatiku." Sambung Seto.
Mulutnya sibuk meniup kopi panas di gelas yang ada di depannya lalu menyambung lagi rokok yang baru saja habis dihisap.
Seti paham tampaknya ada yang mengganggu pikiran Seto. Tapi dia tak berani mencampurinya. Memilih membiarkan kakaknya dengan kegelisahannya.
Keduanya memainkan asap rokok. Sejenak hanya saling berpandangan dengan keresahan isi hati masing-masing.
...----------------...
Kakak beradik itu sangat dekat. Semua persoalan cerita hidup mereka saling diketahuinya. Hanya tentang hubungan perempuan, Seto dan Seti tidak pernah saling mengungkapkan.
Kedekatan mereka dengan masing-masing perempuan yang singgah di hatinya disimpan masing-masing. Ada rasa sungkan bercerita kecengengan dan kesempurnaan cinta di antara Seto dan Seti.
Seto dengan keraguan masa lalunya, Seti dengan keraguan pilihannya.Tanpa pernah tahu bahwa kedekatan mereka dengan pengisi hati masing-masing, kelak akan diketahuinya saling bersinggungan.
Percakapan kamar beralih ke sekolah Seti dan pelayaran Seto. Masing-masing dengan perbedaan sudut pandang umur dan kesamaannya sebagai laki-laki.
Cerita tentang persinggahan Seto dari pulau ke pulau, dari samudra ke samudra, dan dari benua ke benua sangat mengesankan jiwa muda Seti.
Membayangkan petualangan dunia laki-laki Seto sangat membekas dalam hati Seti. Dan betapa rasa hormatnya kepada Seto yang selalu memperhatikan Nenek, Bapak, Ibu dan dirinya diantara petualangannya.
Seti membalasnya dengan cerita tentang kelasnya sekarang yang sangat jauh berbeda dengan kelas Satu Delapannya.
Tentang Joe, tentang kerumitan Fisika, Matematika, dan Kimia di kelas Fisikanya. Tentang Kejurnas Karate yang semakin dekat, dan keinginannya untuk bersekolah di Jogja.
Seto mengiyakan keinginan adiknya. Menyuruhnya mempersiapkan segalanya. Membiarkan Seti mempersiapkan jurusan yang akan diambilnya nanti di Jogja.
Ada satu jam kakak beradik itu saling mengisi cerita. Merasa kantuk mulai menggayut. Masing-masing berpamit tidur.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments