16. Cinta Dan Pertemanan

Deret hitung umur hanyalah persoalan menambah satu angka.

Satu angka setiap tiga ratus enam puluh lima hari hembusan napas. Satu angka bertambahnya persoalan di masa lalu. Tanpa pernah tahu satu angka persoalan di masa depan.

Banyak yang mengatakan angka tujuh belas dalam deret hitung umur adalah tentang batas menjadi dewasa. Entah itu wanita atau laki-laki.

Tidak heran pada angka itu banyak yang menganggapnya sesuatu yang istimewa. Batas di mana wanita atau laki-laki mulai bertanggung jawab pada diri sendiri dengan kebebasan dan batas-batas adab di lingkungannya.

Menganggap Hening adiknya sudah siap bertanggung jawab untuk menghadapi semua persoalan yang akan dihadapi di umur tujuh belas-nya.

Bening  membebaskan Hening untuk merayakan kedewasaannya. Tidak terlalu suka dengan keramaian berlebih, Hening hanya mengundang teman terdekatnya saja di hari istimewanya itu.

Seperti dulu waktu masih ada Bapak dan Ibu  membuatkan tumpeng lengkap untuk selamatan dirinya. Kali ini pun Bening membuatkannya untuk Hening adiknya. Berharap Hening dilancarkan dan dimudahkan semua urusannya kelak.

Tumpeng putih dengan tujuh lauk itu sudah tesaji di atas tampah beralas daun pisang batu di halaman teras  belakang rumah jengki. Bening mendekati Hening yang sedang menyalakan lilin di lambar.

"Tumpeng itu kata Ibu dulu singkatan yen metu kudu mempeng artinya  jika keluar harus bersemangat," Bening mulai bercerita," Putih itu suci, dan tujuh lauk itu artinya pitulungan atau pertolongan Hen."

"Jadi semacam harapan mbak ?"

"Kurang lebihnya seperti itu. Harapan menjadi baik, seperti umur tujuh belas-mu ini," Bening melirik adiknya.

"Terimakasih mbak atas semua yang mbak lakukan selama ini." Memeluk Bening erat-erat. Hening menangis di dada kakaknya.

Hening menyadari, selama ini Bening menjadi sandaran hidupnya. Tidak bisa membayangkan apa jadinya,  jika selama ini tidak ada Bening yang mendampinginya.

"Sudahlah ... yuk ke dalam menunggu temanmu datang." Bening mengusap lembut kepala Hening menariknya masuk ke dalam rumah di petang yang cerah dengan kerlipan langit berbintang.

...----------------...

Sabtu, 18 Juni 1989

Tadi siang sepulang sekolah aku tak menyangka kamu datang lagi

Tatapan jujurmu membuatku merasa bahwa aku salah menilaimu

Aku akan mencoba membuatmu lebih mengenalku lebih jauh ... seperti aku juga akan lebih mencari tahu siapa kamu

Jangan menghilang lagi Set ...

Asri menyimpan diary-nya, saat Joko memanggilnya, mengingatkan ulang tahun Hening. 

Mengenakan kebaya hijau lumut dengan bawahan rok jarik motif parang kancing ceplok kupu yang dipilihkan ibu. Asri keluar kamarnya. Tadi siang Hening mengingatkan untuk sama-sama memakai kebaya dan rok jarik di acara itu.

"Aduh kamu cantik sekali As," puji Joko melihat dandanan Asri. Pujian Joko tidak berlebihan, siapapun laki-laki yang melihat Asri dengan dandanannya petang itu pasti akan terpesona.

"Ah mas Joko..." Asri tersipu malu mendengar pujian Joko, "Yuk berangkat." Tak sabar Asri ingin menemui Hening ... dan tentu saja Seti ...

...----------------...

Bercelana jeans pemberian Seto dan kemeja batik coklat lengan panjang, Seti tampak dewasa saat tiba di rumah Joe.

Mendengar suara motor yang dihapalnya, Joe bergegas keluar menemui Seti. Sama dengan Seti, kali ini Joe terlihat rapi dengan celana jeans dan kemeja batik coklat lengan pendek. Gaya rambutnya tetap sama, berkilat ke belakang tebal polesan minyak Tancho.

"Bawa kado apa Set ?" Tanya Joe, melihat bungkusan yang ada di pangkuan Seti.

"Ah cuma cat lukis, sesuai kesenangan Hening," jawab Seti, "Kamu bawa apa ?" Seti balik bertanya melihat Joe juga menenteng bungkusan.

"Kanvas lukis." jawab Joe sambil naik ke boncengan si Denok. Dua bungkusan itu dipangkunya,"Yuk lets go," ajaknya.

Sejak satu kelas dengan Hening, Joe akrab dengannya. Keduanya sama-sama menyukai seni dan sama-sama dekat dengan Seti. Mungkin itu yang mengakrabkannya. Perbincangan mereka di sela-sela kelas Biologi-nya selalu tentang itu. 

Tak heran kado ulang tahun Seti dan Joe mirip. Masing-masing tentang kesukaan Hening.

...----------------...

Jam tujuh seperempat Seti dan Joe sudah ada di teras belakang rumah jengki. Kali ini Joe tidak merokok. Mungkin sungkan dengan Bening yang tadi menyambut kedatangan mereka. 

"Hening masih berdandan ... Minum kopi atau teh yang ada di meja Set sambil menunggu," Bening tampak keibuan, ayu dengan setelan kebayanya saat menegur Seti dan Joe. 

"Ya mbak, terimakasih." Jawab Seti. Pandangannya masih ke arah Bening ... Pantaslah Seto jatuh hati padanya gumam hati kecil Seti. 

Mengambil segelas kopi panas di meja, Seti mencicipnya sambil berdiri. 

Joe mengikutinya. Berdiri berhadapan di kebun, keduanya memainkan gelas di atas lambar yang dipegangnya.

"Tampaknya ini malam yang spesial Set," Joe penasaran dengan suasana resmi yang ada di rumah jengki. Bayangan hingar pesta pora anak muda menghilang.

"Bisa jadi," timpal Seti, "Dari awal kamu mengingatkan berpakaian batik aku juga menduganya demikian Joe."

Joe dan Seti masih menerka makna dan filosofi batik yang harus dikenakan saat terdengar suara dari depan.

"Masuk ...yuk ke belakang," suara Bening menyambut seseorang.

Tak berapa lama Asri, Joko, dan Bening sudah ada di antara Seti dan Joe. 

Ada ketakjuban dari wajah Seti saat Asri mendekatinya sambil tersenyum tipis. Ah... Nawang Wulan batin Seti.

"Malam Set,"  Asri mengucap salam ke arah Seti. Ada kebanggaan kewanitaan Asri melihat cara pandang Seti yang lain. Pandangan terpesona. Pandangan yang selalu dinantikannya.

"Malam As... malam mas Joko," Seti mencoba menghilangkan rasa campur aduknya. Membaur dengan semuanya.

"Aku panggil Hening ya ... ," Bening beranjak ke dalam.

Teras belakang itu mulai ramai dengan perbincangan.

...----------------...

Tak berapa lama Hening muncul, menyebelahi Asri yang berpakaian sama. Jika banyak laki-laki yang sedang mencari pasangan. Sudah barang tentu akan bingung menjatuhkan pilihannya. Hening dan Asri tampak dengan keistimewaan fisik masing-masing yang menggoda setiap laki-laki untuk ingin lebih lama berdekatan. Begitupun Seti. Ada dalam pusaran kebimbangan pilihan itu. Membiarkan waktu untuk menjatuhkan pilihan yang tidak mudah dari sudut pandang laki-laki. 

Joe melirik Seti,  membenarkan betapa beruntung dan sulitnya Seti ada di antara Asri dan Bening untuk menjatuhkan pilihan.

Rupanya tidak ada yang lain yang diundang di acara itu. Lebih kepada hubungan orang terdekat saja. Merasa basa basi obrolan sudah cukup. Bening memulainya dengan mengucapkan terimakasih kepada yang datang. 

Setelah ucapan selamat datang kedewasaannya, Hening memotong gunungan tumpeng dan memberikan kepada Bening yang lalu mengecup keningnya. Tampaknya semuanya larut dalam keakraban Bening dan Hening.

Lalu Joko berdiri di antara Bening dan Hening. Mengatakan  tak lama lagi akan melamar Bening menjadi istrinya.

Melihat Bening menatapnya. Seti tak menyalahkan pilihan Bening. 

Cerita tentang pupusnya percintaan Seto dan Bening sudah banyak dipahaminya. 

Tidak ada yang salah. Masing-masing sudah menemukan kebahagiaannya. 

Senyum Seti melegakan Bening. Seolah Seto membenarkan pilihannya ... kali ini tak ada yang terluka.

                            ***

Kegembiraan Hening terlihat jelas saat bersama Asri, Seti dan Joe. Tidak ada lagi kecanggungan persangkaan. 

Lalu Bening dan Joko menyingkir ke dalam, membiarkan ke-empatnya dalam kisah awal kedewasaan umur tujuh belas-nya.

Joe menyuruh Hening membuka kado darinya. Mulai dengan polah keisengannya, menyuruh Hening menebak apa isinya. Tangannya memegang sepiring penuh nasi dan lauk. 

"Handuk ...," menebak sekenanya Hening tertawa melihat ulah Joe yang malah lahap menikmati nasi dan lauknya. 

"Kaos ...," Asri ikut menebak.

Seti hanya tertawa kecil. Kegembiraannya malam ini adalah melihat tawa lepas Asri dan Hening. 

Hening terpana saat membuka kado Joe yang berisi kanvas lukis. Kanvas dua lapis gesso yang tebal. Kanvas yang diidamkannya selama ini. Entah darimana Joe mengetahui dirinya sedang mencari kanvas model ini.

"Terima kasih Joe," kata Hening sambil menepuk punggung Joe. 

"Ho'oh ..." Joe terbatuk. Tak siap menerima tepukan Hening saat dirinya sedang menelan potongan besar ayam bakar yang ada di mulutnya. Sedikit nasi berhambur dari mulutnya.

"Serakah ... ," Seti terbahak keras melihat Joe yang kerepotan dengan makanan yang ditelannya.

Asri tertawa lepas melihat olok-olok Seti kepada Joe ... Ah si Davos sudah kembali ... celoteh hati kecilnya riang.

Kegembiraan terus berlanjut. Diselingi perbantahan akrab Seti dan Joe jika ada sesuatu yang tidak pas menurut mereka. Tampaknya Joe pintar mengalirkan suasana. Tak habis-habisnya dia menyoal persoalan yang rumit menjadi keakraban dan pertemanan ringan. 

Mulai dari persoalan mana yang lebih cantik antara Hening dan Asri ... sampai persoalan  ketampanan  antara Seti dan Joe ikut melarutkan suasana hati Asri dan Bening. 

Keempatnya saling berbantah dengan versinya masing-masing jika Joe mula menyoal suatu persoalan. Tak ada batas di antara mereka, keempatnya sungguh menikmati pertemanan malam itu.

                            ***

"Thanks Joe," ucap Seti saat sampai di rumah Nenek. Tak terasa sampai jam 11 malam mereka ada di rumah jengki. Pamit undur bersamaan saat Joko mengajak Asri pulang. Lalu mengajak Joe menginap di rumah Nenek.

"Thanks apanya ?" Jawab Joe sambil merokok.

"Obrolan kita tadi,"

"Ah cuma buat banyolan  saja. Tidak perlu serius menghadapi persoalan wanita," Joe mulai pamer kelebihannya.

"Ahahahaha ... Kenapa aku baru menyadarinya ya ?" Seti membenarkan kata-kata Joe.

"Kamu terlalu perasa dan berharap tak mau melepas keduanya ... Jika itu maumu ... Paling aman ya berteman saja, jangan mengharap lebih," 

"Tanpa mengucapkan cinta ?"

"Ya ..  atau nekad kayak aku," sela Joe.

"Dan ditolak Lusi ... ahahahahahaha..." Seti mulai mengolok Joe.

"Asuuuuuu !!!" Joe melemparkan guling ke arah kepala Seti. Lalu keduanya bergelut akrab terbahak bersama. 

Kamar luar rumah Nenek ramai dengan suara perdebatan tentang cinta yang rumit dan aneh.

                       ***

Terpopuler

Comments

Nikfyni

Nikfyni

Seti pria tampan di tahun 80an nih

2023-09-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!