[Hanna, kamu dimana sekarang!.]
Suara dari telepon terdengar begitu keras, sontak Hanna menjauhkan alat itu dari telinganya. Gadis itu memasang wajah heran karena tiba-tiba di bentak oleh si penelpon.
“Manejer Carlie, saat ini aku sedang menuju rumah setelah dari bandara. Ada apa kenapa tiba-tiba menelfon, bukankah aku sudah memberitahu pada Nona Rara jika hari ini aku cuti?.” entah karena sopan pada seseorang yang lebih tuan atau sekedar etika pekerjaan, Hanna berbicara seramah mungkin pada lawan bicaranya.
[Situasi tidak terduga telah terjadi, secepatnya datang ke studio. Segera kemari!.]
“Hah!.” panggilan itu terputus begitu saja tanpa memberikan kesempatan pada Hanna untuk berbicara. Dia terlihat kesulitan, Erina mengatakan pada adiknya untuk menemui bosnya dahulu dari pada mengantarnya pulang.
Hanna sempat menolak saran dari kakaknya karena khawatir jika Erina terlalu lelah setelah perjalanan panjang. Namun Erina mengatakan tidak perlu khawatir dengan kondisi dirinya.
“Aku pernah tidak tidur selama satu bulan penuh dan menerbangkan pesawat berkecepatan lima belas ribu kilometer per jam tanpa sedikitpun merasakan pusing, apakah alasan itu sudah cukup untuk membuatmu tidak khawatir pada kakakmu ini?.”
Alasan yang diberikan oleh Erina membuat Hanna bengong. “Tentu tidak, justru itu semakin membuatku khawatir. Apakah kakak ku ini benar-benar seorang manusia?.” ucapnya, mendengar itu Erina hanya tertawa.
AFK studio, sebuah perusahaan kecil yang menaungi beberapa konten kreator kecil. Namun seminggu terakhir perusahaan itu mengalami peningkatan setelah sebagai sahamnya di beli oleh manajer sekarang yaitu Carli.
“Katakan padaku tentang manajer itu.”
“Kenapa kakak begitu penasaran padanya?.”
“Tidak, hanya saja aku merasa setiap kali kau menceritakan pria itu, wajahmu berubah agak gelap.”
“Ahaha... aku benar-benar tidak bisa menyembunyikan apapun pada kakak.”
Di dalam lift, Hanna menceritakan tentang pendirian perusahaan AFK yang dulunya adalah miliknya beserta teman-temannya. “Dua tahu lalu setelah kakak pergi untuk bertugas, aku merasa begitu kesepian. Waktu yang kumiliki sebagai besar dihabiskan di dunia Maya, entah menjelajahi media sosial atau sekedar bermain game.”
Hanna menceritakan jika pada awalnya dia hanya iseng membuat channel streaming karena bosan bermain game, namun tanpa dia duga channel itu menjadi begitu populer. Semenjak itu banyak orang yang mendekatinya, yang beberapa diantaranya berakhir menjadi teman.
Bersama teman-teman barunya Hanna mendirikan kelompok steramer kecil yang cukup sukses mendapatkan perhatian di dunia maya. Kelompok kecil itu perlahan berkembang menjadi besar, hingga akhirnya AFK studio pun didirikan.
“Pada awalnya semua berjalan baik seperti sebelumnya. Tapi keuntungan yang kami dapatkan membuat banyak orang ingin ikut ambil bagian darinya.”
Semakin terkenalnya Hanna dan kawan-kawannya membuat banyak sponsor berdatangan salah satunya adalah Bridge grup, salah satu perusahaan besar yang memiliki jaringan terbesar. Mereka berniat membeli semua saham AFK studio.
“Awalnya kami menolak dengan alasan semua member kami tidak terlalu serius dalam mencari keuntungan lewat streaming. Namu sejak penolakan itu banyak masalah yang terjadi.”
Ding!.
Bel lift berbunyi menandakan mereka telah sampai di lantai yang dituju. Walaupun Hanna tidak sempat menjelaskan apa yang terjadi setelah penolakan terhadap tawaran Bridge grup, tapi melihat apa yang saat ini terjadi membuat Erina memahami situasinya.
‘Aku penasaran apa yang dilakukan orang-orang dari grup Bridge itu hingga adikku mau tunduk.’ Erina berpikir untuk menceri informasi tentang apa yang terjadi pada adiknya selama dua tahun terakhir.
***
Lantai 25 gedung Paku bumi merupakan kantor AFK studio. Begitu memasuki ruang manajer kedua perempuan itu disambut oleh pemandangan yang tidak aneh.
“Ada apa di neraka?.” ucap Erina setelah melihat ada seorang pria tanpa busana tengah menari di atas bangku, sementara beberapa pria berwajah sangar lainnya menertawakan pria tela*jang sambil minum-minum.
“Oh, akhirnya Hanna Chan datang juga.” salah satu pria yang tertawa menyadari kedatangan Erina dan Hanna. “Wooooh... akhirnya penghibur sesungguhnya telah datang!.” ucap pria lainnya.
Melihat gelagat yang tidak baik, Hanna mulai gelisah. Tatapannya tertuju pada pria yang berdiri di atas meja, dia tidak lain adalah manajer Carli yang telah menyuruhnya untuk datang.
“Gadis sialan ini akhirnya datang juga. Karena kau terlambat aku terpaksa harus menggantikan mu untuk menghibur mereka.” dengan penuh emosi Carli mendatangi Hanna, “Wa huawaaa!.” di datangi oleh pria tanpa pakaian membuat gadis itu sontak menutupi wajahnya.
“Berhenti di situ pecundang!.” ucap Erina pada Carli yang membuat pria itu langsung mengalihkan perhatian padanya. “Kau sebut aku apa!.” bentak Carli, “Kau mendengarnya.” balasan singkat Erina membuat Carlie tidak dapat mengendalikan dirinya.
Dengan penuh emosi Carli hendak melayangkan tamparannya pada Erina, “Dasar jal*g tidak tahu diri, akan ku tunjukkan di mana posisimu!.”
“Oh yeah?.” melihat serangan datang padanya, Erina terlalu begitu tenang. Bahkan senyum diwajahnya begitu meremehkan Carlie.
PLAAK! Bunyi tamparan terdengar keras namun bukan Erina yang merasakan sakit tapi justru Carlie sendiri. “To slow.” ucap Erina yang berhasil mendarat tamparannya lebih dulu pada pria telanj_ang itu.
“Khuuh! Bren_gsek!.” merasa semakin terhina, Carli semakin brutal menyerang Erina. Serangan itu bukan lagi sebuah tamparan melainkan pukulan keras. Tapi sebanyak apapun Carli berusaha mendaratkan pukulannya, telapak tangan Erina selalu mengenai pipinya lebih dulu.
“Bwuahaha... lihat dia bahkan tidak bisa melawan perempuan.”
“Begitu menyedihkan.”
“Ahahaha... bukankah ini lebih menghibur daripada tari b*Gil tadi!.”
“Aku ingin tahu seberapa banyak tamparan yang bisa dia terima.”
Empat pria itu hanya menonton, mereka terlihat senang melihat penderitaan Carli. “Ghuak!” Carli terjatuh dengan bibir yang sobek dan darah mengalir dari mulutnya, pipi pria itu begitu merah setelah ditampar puluhan kali oleh Erina.
“........” Erina hanya menatap dengan dingin pria dibawahnya, tatapan yang terlihat biasa bagi orang lain tapi begitu menakutkan untuk Carli. “Hueeeh!.” pria itu bahkan meringkuk dengan tubuh bergetar.
Terdengar suara sesunggukan dari Carli. “Buahahaha... Lihat dia sampai menangis.” keempat pria lain tertawa terpingkal-pingkal melihat keadaan Carli. Sementara itu Hanna terdiam setelah melihat apa yang kakaknya lakukan.
“Kenapa di sini begitu ribut, apa gadis yang aku inginkan sudah datang?.” dari ruangan lain datang seorang pria bertubuh gemuk. Melihat kehadiran Hanna langsung membuat wajah pria gemuk itu berubah mesum.
“Hanna Chan, akhirnya, akhirnya aku mendapatkan mu!.” dia berlari ke arah Hanna hendak menerkamnya. Lantai bergetar disetiap langkahnya membuat Erina dan Hanna berpikir seberapa berat tubuh pria gemuk itu.
“Uggh.... apa yang akan dua lakukan.” wajah Hanna berubah pucat, dia membayangkan tubuhnya akan remuk jika dipeluk oleh pria itu. “Berhenti di situ!.” Erina memberikan peringatannya, wanita itu sudah siap menggunakan tendangan jika pria gemuk semakin mendekat.
Merasa bahaya pada pria gemuk, empat pria lain segera bertindak. “Tuan Hendra berbahaya!.” tiga pria menghentikan pria gemuk bernama Hendra, sementara sisanya menghadapi Erina.
Braaak!
Tendangan Erina ditahan oleh pria itu, “Huh!.” pria itu terkejut dengan kuatnya serangan yang baru saja dia tahan.
***
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments