Angin bertiup kencang melenyapkan seluruh api ditempat Erina berdiri. Melihat jika wanita itu tidak terluka setelah serangan telak mengenainya membuat mereka yakin jika dia bukanlah manusia biasa.
“Apa dia seorang mutan atau super human?.” ucap salah satu anak buah Hendra yang rambutnya telah berubah menjadi duri seolah dia salah menggunakan lem sebagai minyak rambut.
Braaak! Satu hentakan kaki membuat Erina meluncur cepat kearah mereka, ketiganya berusaha menyerang dengan kemampuan aneh yang dimiliki. Rambut merah melempar api, rambut biru sengatan petir sementara rambut duri memaparkan duri-duri tajam, namun semuanya tidak ada yang berhasil mengenai Erina yang bergerak begitu gesit.
“Payah!.” ledek Erina yang tiba-tiba berdiri di depan rambut merah. Pria itu begitu terkejut karena musuhnya begitu dekat dengannya, dia mencoba menyerang tapi pukulan Erina begitu cepat mengenai perut.
“Bgoekkk!.” seperti dihantam oleh truk, pria berambut merah itu merasa seluruh organ dalamnya meledak, perlahan dua pun terjatuh ke lantai.
“Tidaaak, sialan!.” Sambaran petir yang begitu dahsyat dikeluarkan oleh pria berambut biru, tapi seperti sebelumnya Erina samasekali tidak terluka oleh serangan yang datang padanya.
“Setidaknya kau harus menaikkan tingkat kerusakan setara dengan petir asli untuk menggelitik tubuhku.” Erina tersenyum kecil, dia menunjukkan kobaran api ditangannya yang kembali membuka semua orang terkejut.
“Kecepatan dan sekarang sihir api, bagaimana mungkin itu dilakukan, seolah wanita ini mampu menyalin kekuatan orang yang dia kalahkan.” Hendra mulai waspada pada Erina.
“Hemp, semua ini hanya trik kecil. Jika kau cukup memiliki otot kau bisa bergerak secepat angin, sementara sihir apapun bisa dipelajari oleh siapapun selama orang itu memiliki cukup energi mana dan ingatan yang bagus.”
Perkataan Erina segera dibantah oleh Hendra keren pria besar itu tahu jika tidak mungkin seseorang mampu melampaui batasnya jika hanya mengandalkan kekuatan sebagai manusia. Ada sesuatu yang dibutuhkan untuk menembus batas.
“Tidak semua manusia bisa menembus batas itu.” tatapan Hendra tertuju pada anak buahnya. “Hanya mereka yang terpilih yang mampu menembus batas dengan kekuatan sendiri, sementara sisanya memerlukan pemicu.” perkataan Hendra mengarah pada doping evolusi.
Bergerak dengan perlahan Erina mengarahkan serangannya pada pria biru. Berusaha mempertahankan diri pria berambut biru mengeluarkan seluruh kekuatannya. Kilatan listrik menyambar di seluruh lantai membuat penerangan mati lalu hidup secara berulang-ulang. Tapi sayangnya semua yang dilakukan pria biru tidak mampu menghentikan Erina.
“Fak!, Apa dia benar-benar memiliki imunitas terhadap elemen petir!.” pria biru begitu putus asa melihat seluruh serangannya tidak ada yang berhasil melukai Erina.
“Bukan karena aku imune pada elemen petir, tapi kekuatan sihir mu saja yang lemah.”
“Bren9sek berani kau mengatakan jika kekuatanku lemah!.” sadar tidak dapat mengandalkan kekuatan sihirnya, pria berambut biru mengeluarkan belati lalu menyerang Erina menggunakannya. Namun...
Grab! Kecepatan gerak Erina tidak sebanding dengan pria itu. Erina dengan mudah mencengkram lebarnya lalu, “Let me show you what a real lightning bolt looks like.” senyum wanita itu melebar membuat pria biru begitu cemas
“Hah!.”
Jdaaar! Ledakan suara begitu keras menggetarkan gendang telinga, seluruh kaca di lantai hancur berantakan, kilatan yang terjadi sesaat menyebabkan listrik di seluruh gedung terganggu. “Kyaaah!.” Hanna berteriak akibat suara Guntur dan tiba-tiba penerangan di seluruh lantai mati.
“Hem.... seperti aku terlalu berlebihan.” Erina tidak menyesal pada pria biru yang kini menjadi gosong ditangannya, namun dia menghawatirkan adiknya.
Bruk!
Tubuh gosong itu jatuh begitu saja saat Erina melepas cengkraman di lehernya. Hanna yang menonton dari balik tiang berpikir apakah kakak perempuannya membunuh pria biru itu, namun melihat asap hitam yang keluar secara berkala dari mulut pria itu membuat Hanna sadar jika dia masih hidup.
“Hanya tersisa kalian berdua sekarang.” Erina namun menatap Hendra dan anak buahnya yang terakhir si pria berambut duri.
“......” pria rambut duri melirik ketiga rekannya sebelum akhirnya melihat kearah bosnya. Hendra hanya menguap malas, “Cepat selesaikan, aku sudah bosan di sini.” ucap pria gemuk itu.
Walaupun sebenarnya pria berambut duri tidak yakin dapat mengalahkan Erina setelah melihat apa yang wanita itu dapat lakukan. Tapi dia tidak mungkin melawan perintah Hendra. “Tidak ada cara lain.” pria itu bersiap menyerang, postur tubuh membentuk kuda-kuda yang terlihat kuat, lalu perlahan seluruh tubuhnya mengeluarkan duri tajam.
“Rasakan kekuatanku..... eh?.”
Dor dor dor dor!
“Gyaaaah!.”
Sebelum pria diri melakukan apapun, Erina menggunakan pistol yang ingin dia berikan pada adiknya. Empang tembakan mengenai setiap kaki dan tangan membuat pria duri tidak dapat menggerakkan anggota badannya.
“Aaarrg! Aaaaaa....” pria duri menjerit keras merasakan sakit luar biasa dari empat tembakan yang dia terima. Erina berdiri didepannya menatapnya yang masih berteriak. Karena terganggu dengan suara teriakan, Erina menendang kepala pria duri hingga pingsan.
“Sekarang tidak ada lagi orang yang kan melindungi mu, bagaimana kau bisa begitu tenang tuan Hendra.” tatapan tajam Erina tertuju pada pria yang ingin mencelakai adiknya.
“Heh!, Aku tidak butuh mereka untuk melindungiku, karena tugas mereka sudah dikerjakan dengan baik.” mendengar perkataan Hendra membuat Erina memasang wajah bingung.
“Hahaha.... biar aku jelaskan. Apa kau tahu apa ini?.” Hendra menunjukkan ponselnya. Melihat ponsel yang tengah dinyalakan dan sedang melakukan perekaman, Erina dengan cepat menyadari kenapa Hendra begitu percaya diri.
“Aku telah merekam seluruh pertarungan yang terjadi barusan, dengan menggunakan video ini aku bisa menghancurkan hidupmu dan juga adikmu.” senyum pria gendut itu melebar. Sebagai petinggi perusahaan terkemuka dia memiliki koneksi yang bagus pada pihak berwenang. Semua ucapannya akan didengar walaupun itu adalah kebohongan.
“Hemp, jadi itu yang kau rencanakan, sebuah pemerasan?.”
“Ahahaha... seharusnya kau lebih cerdas dalam bertindak. Walaupun kau memiliki kekuatan tidak berarti semuanya bisa kau lakukan. Kau tahu kenapa mereka yang terbangkitkan seperti mereka berempat justru menjadi budak orang seperti ku?.”
“Itu karena..... mereka adalah minoritas?.”
“Benar sekali, di masa manapun minoritas akan selalu ditindas walaupun dalam kekuatan individu mereka jauh lebih unggul. Kau tidak bisa mengabaikan pendapat masyarakat, mereka lah yang menentukan apa itu keadilan.”
Melihat Erina yang hanya berdiri diam membuat Hendra merasa menang. Ini adalah hal yang paling dia sukai, memenangkan pertempuran tanpa menggunakan kekuatan. ‘Ahahaha... aku memang seorang jenius.’ pikirnya.
Namun, “Lalu bagaimana jika aku tidak peduli terhadap penilaian masyarakat?.”
“Hah?.” perkataan Erina langsung membat Hendra menatapnya dengan begitu jijik. Pria itu pernah menghadapi tipe seperti ini sebelumnya. Orang-orang yang tidak peduli dengan pendapat orang lain dan teguh mengikuti apa yang dia yakini. ‘Tipe yang sangat merepotkan.’
“Itu adalah hak mu untuk melaporkan semua yang terjadi di sini, tapi ini juga hak say untuk memberikan kau pelajaran karena telah berani berpikir mengganggu adikku.”
Tangan Erina terkepal, dia bersikap memberi Hendra pelajaran yang tidak bisa dia lupakan. Bergerak dengan kecepatan tinggi Erina berpindah dalam sekejap mata di depan Hendra, tapi pria itu masih terlihat begitu tenang. Perasaan aneh mulai dirasakan Erina, tapi tinjunya sudah terlanjur melayang.
Hanna berpikir jika Hendra akan tewas dalam satu serangan kuat dari kakaknya, namun itu tidak pernah terjadi.
Plop! Pukulan Erina ditahan oleh Hendra. Hanna begitu terkejut, pria gemuk mesum yang terlihat seperti manusia normal ternyata menyembunyikan sesuatu yang tak terduga.
“Kau terkejut?.” senyum pria itu melebar begitu lebar hingga terlihat menyeramkan. “Tidak ju.....ghoook!.”
Pukulan keras menghantam perut Erina. Begitu kerasnya hingga tubuh wanita itu terlempar menembus dinding beton beberapa kali dan akhirnya terjatuh dari ketinggian lantai 20, terjun bebas ke bawah.
“Kakak!.” Hanna berteriak histeris melihat kakaknya terjatuh dari gedung.
***
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
entahlah
oooh jadi ada sihir juga toh
2022-08-13
0