“Hanna cepat bangun, sudah hampir jam tuju. Jangan sampai kau telah lagi seperti kemarin!.” Erina memanggil adiknya yang masih tertidur. Hanna langsung terbangun ketika mendengar panggilan kakaknya yang begitu jelas seolah berbicara disampingnya, walaupun sebenarnya Erina saat ini berada di dapur lantai dasar.
Aroma lezat masakan tercium begitu Hanna keluar dari kamarnya. “Pagi kak,” Hanna menyapa Erina. Tergoda oleh masakan kakak, Hanna berniat mencicipi tapi Erina melarangnya, “Mandi dulu.” hardik Erina. Tidak dapat melawan Hanna pun segera pergi ke kamar mandi dengan bibir meruncing.
Setelah berpakaian rapi dengan seragam sekolahnya, Hanna menikmati sarapan bersama Erina. Pagi yang menyenangkan seperti ini telah berlangsung hampir satu minggu sejak kepulangan Erina. Itu berarti sudah hampir satu minggu juga sejak insiden di gedung AFK studio.
Banyak yang terjadi setelah perkelahian Erina dengan Hendra dan empat anak buahnya, tekanan dari Bridge grup begitu gencar, banyak media massa yang membicarakan hal itu dan memojokkan Erina. Hannan bahkan terus mendapatkan ancaman pembunuhan.
Tapi hanya berselang selama dua hari keadaan menjadi tenang seolah tidak ada yang terjadi. Hanna berpikir jika kakaknya telah melakukan sesuatu pada pihak Bridge grup walaupun gadis itu tidak tahu apa.
Bridge grup memiliki pengaruh besar di negara ini, mereka tidak dapat diremehkan. Tapi mengingat seperti apa keluarga Hanna masalah seperti itu akan mudah diselesaikan.
“Kakak memang koki terbaik.” puji Hanna yang begitu menikmati sarapannya. Sebelum berangkat sekolah Hanna mengatakan jika paket yang dia pesan akan tiba siang nanti, paket itu adalah hadiah untuk Erina.
“Mouh, padahal kau tidak perlu memberiku benda mahal seperti itu.” Erina mengeluhkan sikap adiknya yang terkesan memaksa.
“Tidak apa, aku sudah menyiapkan hadiah itu bahkan sebelum Mbak pulang. Aku hanya ingin bermain bersama.” Hanna seperti ingin menangis saat Erina menolak hadiah yang dia berikan, itu membuat Erina tidak tega.
Setelah keberangkatan Hanna, Erina melakukan kegiatan rutinnya selama di rumah. Bersih-bersih, mencuci, dan menikmati waktu luang dengan menonton televisi atau berselancar di media sosial.
“Seperti biasa, para bomer itu selalu membuat masalah.” Erina tersenyum getir melihat betapa kacaunya pemberitaan media massa saat ini. Sistem pemerintahan yang kacau, para penegak hukum yang korup dan para netizen yang begitu toxik. Semua itu membuat Erina heran bagaimana negara ini masih bisa bertahan.
“Yah setidaknya mereka barbar hanya di media sosial. Kan?.”
Tingnong! Bel rumah berbunyi membuat Erina teralihkan perhatiannya dari komputernya. “Ya tunggu sebentar.” wanita itu segera menuju pintu depan dan melihat ada sebuah truk box pengantar paket dengan logo pisang kuning.
Hadiah dari Hanna telah datang.
***
[Erina POV]
“Terimakasih Nona telah menggunakan jasa kami. Jika ada masalah silahkan hubungi costumer servis di nomor ini.”
“Baik akan saya lakukan, dan sekali lagi terimakasih atas kerja keras anda semua.”
Satu jam berlalu setelah paket yang ditunggu datang. Petunas pengiriman yang merupakan para teknisi memasang alat berbentuk kapsul di dalam kamarku. Kapsul yang merupakan sebuah mesin penghubung antara dunia nyata dan dunia virtual.
“Ibu sudah memberitahuku mengenai ini. Sana seperti Hanna, ibu juga memintaku untuk segera login.” aku mengingat kembali percakapandengan ibunya lewat telepon,
“Kuasai seluruh dunia virtual katanya. Setelah dunia nyata, dia juga ingin menguasai dunia virtual?.” walaupun aku juga seorang wanita tapi samasekali tidak mengerti apa yang ibu pikirkan.
Sebelum memasuki dunia virtual aku memastikan jika keadaan sekitar rumah sudah aman. Seluruh pintu dan jendela aku pastikan terkunci, setelah semua siap aku segera memasuki kapsul. “Kupikir dua jam saja cukup untuk permulaan.” menggunakan ponsel aku menyalakan timer.
“Baiklah, semua sudah aman. Saatnya untuk melihat dunia seperti apa yang mereka buat.” perlahan kesadaran ku menghilang, seperti mimpi ketika aku tersadar bukan lagi kamarku yang aku lihat.
Ding!
[Player tidak teridentifikasi telah memasuki layanan]
[Selamat datang di Minvers player baru!.]
Suara seorang perempuan menyambut ku.
[Buat karakter untuk melanjutkan]
Selanjutnya banyak beragam opsi muncul di depanku beserta sebuah Avatar yang dapat aku rubah dengan sesuai keinginan.
“Mari lihat, yang pertama gender sudah pasti perempuan.” aku mulai mengotak-atik opsi merubah Avatar yang akan aku gunakan. Hasilnya itu tidak jauh berbeda dengan rupa ku di dunia nyata.
“Apa ini akan baik-baik saja?.” aku memikirkan keamanan diriku sendiri. Walaupun tidak banyak orang yang bisa melakukan hal buruk padaku, tapi aku khawatir jika apa yang aku lakukan berdampak pada Hanna. “Tidak lebih baik aku rubah sedikit.”
Sekitar satu jam berlalu akhirnya aku menyelesaikan pembuatan karakter, “Tidak ku sangka akan memakan waktu setengah dari jatah bermainku.” aku menyesal karena membuang cukup banyak waktu.
Di depanku sekarang berdiri seorang wanita dengan tinggi badan sedikit lebih tinggi dariku. Avatar itu sekarang justru terlibat seperti ibuku. Pada akhirnya aku menggunakan seluruh waktu yang aku miliki untuk membuat Avatar.
***
“Tiga jam hanya untuk membuat Avatar!.” Hanna terkejut setelah mendengar ceritaku saat pertamakali memasuki game Minvers.
“Yah, aku juga berpikir itu terlalu lama untuk sekedar membuat karakter avatar.”
“Tidak, itu normal bahkan bisa dibilang cukup singkat.”
“Hah, benarkah?.”
Aku dibuat terkejut saat diberitahu Hanna jika sebagian besar pemain Minvers menghabiskan waktu lima hingga sepuluh jam untuk menciptakan Avatar mereka.
“Semua orang ingin terlihat menarik.” ucap Hanna. Keduanya kini tengah menikmati makan malam.
“Itu membuatku penasaran seperti apa Avatar yang kau buat.” perkataan Erina seketika membuat Hanna tersedak. “Selama ini aku hanya menggunakan Avatar yang dibuat oleh pihak AFK studio untuk Livestream. Tapi setelah AFK studio bubar, aku pikir untuk mengganti Avatar yang baru.”
Satu setengah tahun Hanna bermain game Minvers dengan Avatar yang sama. Itu membuatnya merasa berat jika harus merubahnya. Dia bisa saja terus menggunakan Avatar yang sama jika saja AFK studio tidak dibubarkan.
“Kalau begitu kenapa kau tidak membuat lagi grup itu?.” tanya ku.
“Um... Tidak semudah itu, butuh setidaknya lima streamer aktif untuk mempertahankan group.” Sebelumnya Hanna telah menghubungi teman-teman yang masih bermain Minvers, dia sudah memiliki niat untuk mempertahankan AFK studio, bukan hanya karena ingin menggunakan Avatar miliknya tapi lebih dikarenakan dendam yang dua miliki pada seseorang.
“Lalu hasilnya?.” tanya Erina sambil memakan nasi goreng yang hanya tersisa satu sendok di piringnya.
Hanna menggelengkan kepalanya menandakan tidak mendapatkan hasil yang memuaskan, “Hanya tiga temanku yang setuju dengan rencana ku. Ditambah dengan ku sendiri maka ada empat streamer. Tersisa satu lagi untuk bisa mempertahankan grup.”
“Hemm....” Erina mengangguk memahami penjelasan adiknya. “Hanya butuh satu orang lagi, bukankah itu tidak sulit?.”
“Tentu tidak semudah itu. Aku tidak bisa asal-asalan mencari member, aku tidak ingin kejadian yang dulu terulang lagi.” Hanna pernah menceritakan kada kakaknya kenapa AFK studio bisa jatuh ke tangan Bridge grup. Semua berawal dari penghianatan salah satu anggota AFK studio.
Beberapa masalah terjadi karena penghianat itu hingga grup hampir bubar, saat itulah Bridge grup datang bagaikan pahlawan walaupun belakangan diketahui jika si penghianat ternyata adalah mata-mata dari Bridge grup sendiri.
“.....” Tatapan Hanna tertuju pada Erina, dia seolah tengah memikirkan sesuatu, “Kenapa kakak tidak bergabung dengan ku menjadi seorang streamer?.”
“Pfrrrrrr...” sontak Erina menyemburkan semua air minum di dalam mulutnya karena begitu terkejut. “Mustahil, aku buruk dalam berkomunikasi.” Erina mencoba untuk menghindar, tapi seperti dia gagal. “Itu bukan sebuah masalah besar.” Hanna tersenyum lebar entah apa yang dua pikirkan, itu membuat Erina agak merinding.
***
Bersambung.
[Note: pengantar yang terlalu panjang. Chapter berikutnya akan mulai cerita utama]
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments